Sinopsis dan Review Film Kabut Berduri (2024), Mengungkap Pelaku Pembunuh Berantai di Perbatasan Kalimantan-Malaysia
Judul Film : Kabut Berduri (2024) – Borderless Fog;
Tgl Rilis : 1 Agustus 2024;
PH : Palari Films, Netflix;
Genre/Rate : Thriller, Crime, Mystery / 18+;
Negara Asal : Indonesia;
Waktu : 111 Menit;
Pemain : Putri Marino sebagai Ipda Sanja Arunika, Yoga Pratama sebagai Thomas, Lukman Sardi sebagai Ipda Panca Nugraha, Yudi Ahmad Tajudin sebagai Bujang, Yusuf Mahardika sebagai Silas, Iedil Dzuhrie Alaudin sebagai James Linggong, Kiki Narendra sebagai Agam, Siti Fauziah sebagai Umi, Sita Nursanti sebagai dr. Mei, Maryam Supraba sebagai Lintang, Nicholas Saputra sebagai Komandan Batalion, Vonny Anggraini sebagai Esther
Ulasan Film Kabut Berduri (2024), Genre Thriller Kriminal Penuh Misteri yang Jarang Sekali di Indonesia
Hai, sejak kemunculan trailer-nya di Youtube, film Kabut Berduri (2024) atau Borderless Fog menimbulkan rasa kagum sekaligus deg-degan apakah hasilnya akan bagus. Mengingat ini film Indonesia yang hanya akan tayang di Netflix dengan genre yang hampir nyaris tidak ada sejauh ini, yaitu thriller kriminal dan penuh misteri, dengan tokoh utama seorang wanita manalagi detektif polisi dengan latar di perbatasan Indonesia-Malaysia. Biasanya film orisinal Netflix memiliki cerita-cerita menarik, budget lebih dengan sinematik yang memukau serta jajaran pemeran yang terkenal. Sutradaranya adalah Edwin (dua kali menang Piala Citra dari film Posesif dan Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas), yang juga menulis naskahnya bareng Ifan Ismail, dengan riset oleh Dave Lumenta. Bertabur bintang pula seperti Putri Marino, Yoga Pratama, Lukman Sardi, Yudi Tajudin, Yusuf Mahardika sampai Nicholas Saputra sebagai kameo!
Film Kabut Berduri (2024) berkisah tentang detektif polisi wanita, Sanja Arunika yang menyelidiki kasus kriminal penemuan potongan tubuh dan kepala mayat pada perbatasan Indonesia – Malaysia di pulau Kalimantan. Sanja yang berasal dari Jakarta harus menghadapi bapak berpangkat sama dengannya- bernama Panca, juga rekan kerja seorang suku Dayak bernama Thomas. Penyelidikan semakin hari semakin kabur, seperti kabut yang sering muncul di daerah perbatasan. Banyak masalah yang terjadi dan tentunya tidak sepele, apalagi kemungkinan berhubungan dengan instansi negara bahkan mitologi daerah itu sendiri.
Penyelidikan Terhadap Kepala dan Badan dari Dua Orang Berbeda
Film Indonesia berjudul Kabut Berduri (2024) ini bermula dengan Ipda Sanja Arunika, polisi penyelidik yang ditugaskan dari Jakarta ke pulau Kalimantan tepatnya di daerah perbatasan Indonesia dan Malaysia. Dia mendapat rekan kerja satu pangkat bernama Ipda Panca Nugraha dan bawahannya- orang asli daerah itu dari suku Dayak bernama Bripka Thomas. Sejak awal Panca seperti menganggap remeh Sanja karena dia seorang wanita (berpakaian modis juga berkacamata warna ala model). Sepertinya Sanja mempunyai koneksi orang dalam sampai bisa menjadi polisi, karena itu seorang komandan TNI yang datang menemuinya setengah menyindir dan memberi pesan bahwa sang ayah meminta dia untuk mengawasi Sanja.
Kasus yang perlu Sanja selidiki berawal dari penemuan mayat kepala dan badan yang jatuh bersamaan dari atas genting sebuah warung makan. Rupanya mayat itu berasal dari dua orang yang berbeda, seorang bernama Thoriq Herdian (kepala) dan Juwing (badan). Thoriq adalah sersan dari tentara batalion di wilayah perbatasan. Sementara bagian badan memiliki beberapa tato dan polisi menduganya adalah Juwing, seorang aktivis suku Dayak yang beberapa bulan lalu terlapor hilang oleh keluarga. Prosesnya berbelit-belit, tidak ada penyelesaian. Bahkan sekarang pun, verifikasinya lama sampai pihak keluarga datang dan marah-marah pada polisi. Salah satunya ada Silas yang vokal menyuarakan ketidaksukaannya pada aparat.
Pak Bujang Memperkenalkan Ambong, Siluman dari Organisasi PARAKU
Panca membawa Thomas dan Sanja di TKP. Sanja tampak percaya dengan kesaksian seorang perempuan ABG, sementara Panca tidak dan terkesan meremehkan. Thomas dan Sanja kemudian pergi di pos penjaga area kebun sawit, berkenalan dengan Pak Bujang, seorang bapak tua dengan kaki pincang sebelah. Bapak itu menceritakan kepercayaan rakyat di daerah perbatasan tentang sosok Ambong yang berada dalam hutan. Ambong dulunya adalah salah satu pimpinan organisasi komunis (PARAKU) yang lari ke hutan untuk menyelamatkan diri dari kejaran aparat negara, kemudian menjadi siluman. Ambong ini justru dipercaya menjadi pelindung rakyat.
Thomas yang mendengar kata-kata Pak Bujang itu geleng-geleng kepala dan cerita ke Sanja, kalau itu hanya sekadar mitos. Selain itu, dari keterangan Bujang, Sanja jadi tahu kalau pengelolaan kelapa sawit tidak ada di dekat situ karena korupsi merajalela dan akhirnya mereka lebih suka menjualnya ke Sarawak. Pabrik pengelola di tengah hutan terbengkalai lama dan menurut Bujang, dia mendengar sekitar sebulan sekali seperti ada suara perempuan yang berteriak-teriak dari sana, mungkin korban PARAKU di masa lalu. Jadi si Bujang ini ‘meniupkan’ isu pabrik berhantu kepada Sanja.
Wanita Mencurigakan Membawa Beberapa Anak untuk Pergi Bekerja
Sanja membeli beberapa kebutuhan dan ketika keluar dari toko, dia melihat ada surat yang terletak di depan kaca mobilnya. Surat tersebut teruntuk kepada Panca, dari pihak kepolisian Sarawak yang menemukan mayat tanpa kepala dengan tato garuda di lengan kanan. Surat itu tertera tanggal dari hampir 3 minggu yang lalu. Lama amat kinerja si Panca ini, malah masuk ke kantornya dia hanya sibuk main mini golf portable. Sanja yang tak puas pergi sendiri ke Sarawak dan mencari informasi tentang mayat korban ketiga. Dia kemudian menatap foto-foto si mayat, berpikir sambil makan di sebuah restoran pinggir jalan.
Sanja heran melihat disitu ada anak-anak dan remaja yang tampak lusuh, berbicara bahasa daerah Kalimantan juga seorang wanita yang berada di sisi mereka. Sanja mengajak bicara salah satu anak bernama Sindai yang ternyata bukan asyik jalan-jalan tapi justru mau pergi bekerja. Kerjanya juga tidak menentu, di kedai makan sampai kebun juga. Sindai merasa aman karena ada sosok Ambong yang selalu melindungi. Mulai curiga kalau mereka adalah korban human trafficking, Sanja berusaha mengorek informasi lebih dalam lagi. Namun sayangnya wanita itu segera meminta anak-anak itu untuk pergi bersamanya ke dalam mobil van, menegur agar tidak berbicara dengan orang yang tak dikenal.
Si Wanita di Restoran Menjadi Korban Berikutnya
Silas bertengkar dengan tentara di pos perbatasan dan memukul telak mereka. Dia melakukannya karena mau meminta kayu-kayu pada pos itu untuk dikembalikan karena berasal dari hutannya. Sanja mengajukan diri untuk membantu menemukan Silas yang telah melarikan diri dengan bantuan Thomas. Mereka berhasil menemukan Silas, sampai ada aksi kejar-mengejar dan berhasil membawanya ke penjara. Pak Bujang meminta mereka bertemu karena kebetulan dia dapat tugas jaga. Kemudian dia mengemukakan pendapat kalau pembunuh Thoriq dan Juwing adalah orang yang berbeda. Bujang tahunya dari Ambong hahaha. Selain itu Juwing memang terlihat vokal, namun sebenarnya dia seperti “menjual” kisah-kisah sedih rakyat Dayak dan ujung-ujungnya mencalonkan diri jadi caleg. Mata Sanja yang sensitif perih dan dengan cekatan Bujang meneteskan obat dengan daun ke atasnya, sampai beneran enak gitu penglihatannya (ada ilmu kayaknya dia ini!).
Terjadi kasus lagi, kepala seorang wanita tergantung di atas pohon ketika para pengepul madu menemukannya. Pohon itu berada dekat tepian sungai. Sanja melihat mayat itu dan memberitahu pada yang lain kalau dialah wanita yang dilihatnya di warung makan, bersama dengan beberapa anak perempuan. Bahkan handphone yang ada di mulut si mayat bernama Umi itu, berisikan foto-foto bersama korban ketiga (yang ada tato garuda), juga Thoriq dan seorang saudagar bekas preman bernama Agam. Panca datang dengan kabar pihak Malaysia meminta tolong menemukan dua anak yang hilang dari mobil van-nya si Umi.
Sanja dan Thomas Berhasil Meringkus Agam, Si Saksi Kunci Penyelidikan
Sanja meminta Thomas menemaninya untuk menyelidiki Agam, alih-alih pergi mencari kedua anak hilang itu. Mereka meringkus Agam di rumahnya dan membawa ke kantor polisi, menempatkannya di sel samping Silas. Agam berkilah kalau bukan dia pelaku. Namun Sanja tidak mau melepasnya, apalagi si Agam ini pernah jadi makelar pabrik terbengkalai di tengah hutan. Bahkan dia melalukan aksi sulap menghilangkan pulpen di depan Sanja, seolah mengisyaratkan jangan main-main dengannya. Benar saja, Panca malah memarahi Sanja karena menangkap Agam tanpa perintah. Dia meminta Sanja untuk memulangkan salah satu anak dari tiga yang ditemukan dalam van, ke rumah keluarganya. Orangtua si anak, terlebih ayahnya, tampak tidak senang dia kembali pulang.
Setelah kembali ke kantor, Sanja menjadi marah dengan sikap Panca yang melepaskan Agam. Manalagi si Silas meneriaki kalau Thoriq adalah anak buah Agam. Sanja pergi ke pihak imigrasi Malaysia untuk menyelidiki, mau meringkus Agam namun lelaki licik itu berhasil kabur dengan menjadikan para petugas di sana sebagai tameng. Malaysia belum tahu mengenai tingkah Agam yang ada kaitannya dengan mobil van, jelas Panca tidak membahas ini dengan pihak mereka. Ayah Arum yang berada di kebun sawit berlarian ketakutan sambil menatap ke atas, kepalanya yang terpenggal ditemukan. Di rumah Arum, Sanja melihat bahkan mendengar bunyi-bunyian sepeda mainan seperti di jalanan gelap beberapa hari lalu. Lalu penglihatan itu menghilang. Saudaranya Arum memberikan Sanja sebuah kalung khas suku Dayak yang ada di gudang sebelum mereka diberangkatkan bekerja. Namun dia tidak memberitahu siapa yang memberikannya, aksesoris mirip punyanya Juwing itu.
Penyerangan Terhadap Sanja di Pabrik Terbengkalai
Sanja kemudian pergi ke pabrik terbengkalai di tengah kebun kelapa sawit. Ketika masuk di tempat yang tidak terawat itu, Sanja menemukan bungkus roti dengan tanggal expire sama dengan hari itu. Tiba-tiba seseorang berjas plastik tertutup setengah wajah menyerang Sanja, membuatnya terperosok ke dalam sumur. Berusaha merangkak naik, Sanja gagal terus karena dinding sumur yang licin. Teriakan Sanja terdengar Pak Bujang (ini termasuk hint, itu adalah tempat yang jauh dalam hutan dan seperti terisolasi, masa Bujang bisa dengar kecuali tempat itu memang beberapa kali dia kunjungi!) sehingga Thomas bersama lelaki itu bisa datang untuk menolongnya. Thomas membantu merawat luka-luka perkelahiannya di pos jaga.
Malamnya, Bujang tertidur nyenyak sementara Thomas-Sanja bercerita tentang asal masing-masing. Kemudian datang rekan kerja Bujang yang cerita kalau pada hari kejadian Thoriq tewas, ia mendapat tugas patroli bersama bapak tua itu. Namun dia sempat tidur sekitar 2-3 jam dan Bujang masih melek. Sanja mulai berpikir keras. Thomas mendapat telepon, kabar yang membuat mereka kembali yaitu adanya mayat Sindai di hutan. Setelahnya, Sanja juga melihat Panca menyodorkan amplop coklat kepada Thomas, sementara Silas menatapnya penuh cemooh dari kejauhan. Tentunya dia mendengar Panca ‘menyuap’ Thomas. Pencarian Arum dimulai, Sanja juga berpapasan dengan Bujang yang mau ikut dalam tim dan berkata-kata sesuatu yang aneh.
Rahasia Thomas dan Sang Atasan
Panca memberitahu kabar resmi bahwa Sanja akan dipulangkan ke Jakarta dan dia harus menandatangani dokumen. Mirisnya pulpen yang dia pinjamkan, yang Agam hilangkan dalam atraksi sulapnya. Kaki Panca terkena bangku dan dia meringis sakit pula. Nah lo! Sanja pulang ke rumah dinasnya dan Thomas masuk. Gadis itu segera meluapkan emosinya, menyatakan rasa percaya pada Thomas namun terkhianati seperti itu.
Thomas mengakui bahwa Panca sering memberinya uang dan balasannya dengan melaporkan gerak-gerik Sanja. Namun uang-uang tersebut belum pernah dia pakai dan tersimpan dengan rapi. Selama ini dia muak dengan kelakuan Panca itu karena merasa terganggu dengan Sanja yang mulai mengurusi “bisnis sampingannya”. Bisnis itu sendiri tidak ingin Thomas ketahui, begitu juga soal Sanja yang pergi ke pabrik. Sanja akhirnya menceritakan dosa masa lalunya secara detail sambil menangis. Dia merokok sambil menatap kejauhan, rupanya rumah Arum terlalap api dan Sanja akhirnya pergi membantu untuk menyiramkan air. Bahkan sampai melihat sosok anak kecil yang pernah dia tabrak.
Sanja Bekerja Sama dengan Silas dan Thomas
Sanja bersama Silas menyusun siasat, hari berikutnya mereka meringkus Agam yang telah dibebaskan dari penjara. Agam mengaku dia menyuruh Thoriq membunuh si lelaki bertato garuda, juga kepalanya dia bakar sendiri. Namun korban lain bahkan Juwing pun, Agam tak tahu siapa yang membunuh. Gadis itu menelepon Thomas yang sedang berusaha “melemahkan” Panca di dalam mobil. Thomas berhasil merekam video pengakuan Panca dengan bisnis ilegalnya (teleponan dengan Agam), namun sang atasan licik dan membalikkan keadaan hingga membuat mobil mereka terjerumus. Teleponnya dengan Sanja terputus membuat gadis itu kebingungan.
Silas sendiri memutuskan untuk berpisah dengan Sanja dan mau “main hakim sendiri” dengan melarikan diri bersama Agam. Dia tidak percaya pada kinerja polisi yang lamban. Namun pihak kepolisian sudah siap meringkus Silas dan Agam. Ketika sedang melihat hal itu dari balik pohon, Sanja dibuat pingsan. Begitu sadar Sanja telah berada di depan pabrik terbengkalai. Dia masuk ke dalam dan mendapati tubuh lelaki yang dia sayang sudah dalam keadaan mengenaskan! Panca juga di sana, siap untuk pelaku tebas. Rupanya ada pelaku lain yang tak kalah mengerikannya dengan Panca. Siapakah dia? Apa motifnya? Atau apakah dia adalah Ambong sendiri?
Akting Para Pemain Film Kabut Berduri yang Penuh Totalitas
Akting para pemain, terlebih Putri Marino sangat keren! Kapan lagi melihat Putri berambut pixie keriting, pakai kacamata dan baju stylish dengan kemampuan detektif? Sekilas karakternya yang berani dan suka mendebat lawan bicara mengingatkanku pada perannya di film Architecture of Love. Manalagi dia ketemu Nicholas juga di sini, film ini rupanya pertemuan pertama mereka dalam satu projek, jadi masih malu-malu katanya. Apalagi Nicho idolanya Putri, wow. Namun sayang Nicho hanya muncul dua kali, seperti menegaskan cerita bahwa tokoh Sanja memang seorang ‘titipan’ alias masuk di institusi kepolisian karena jasa orang dalam. Selain itu film Kabut Berduri merupakan projek reuni Putri dan sutradara Edwin setelah kerjasama dalam film Posesif tahun 2017 lalu.
Yoga Pratama dan Yusuf Mahardika tampil apik berbicara dengan logat daerah Dayak Iban dan sedikit bahasa Melayu. Beberapa pemeran lain sedikit kaku tapi masih meyakinkan kok. Aktingnya Yudi Tajudin sebagai Bujang juga sangat bagus, menampilkan cara berjalan terseok-seok dengan tutur kata penuh misteri. Chemistry antara Putri dan Yoga juga pas, tidak berlebihan dan dapat romansa tipis-tipisnya. Apalagi ketika tokoh Sanja menangisi Thomas di bagian ending, itu keren banget aktingnya Putri! Dia seperti berteriak tanpa suara gitu, nangisnya terasa seperti menembus layar. Cocok sih kalau Putri masuk nominasi bahkan menang penghargaan karena perannya di film ini, badass pula, apalagi ketika dia menembak ke arah langit saat mengejar tokoh Silas.
Sisi Sinematografi yang Indah, Scoring Lumayan Membangun Ketegangan
Dari sisi sinematografi, film ini indah banget! Tim produksi memang melakukan pengambilan gambar langsung di daerah Kalimantan, takjub sekali melihat pemandangan pepohonan dan sungai yang asri. Di sini ada beberapa adegan menaiki mobil di jalanan coklat berpasir sampai menaiki kapal cepat melintasi air, teringat film Petualangan Sherina 2 deh. Juga ada detail-detail menarik sebagai elemen cerita, dari ikan arwana dalam akuarium sampai patung tanpa kepala di Sarawak. Selain itu penataan kostum dan atribut cukup baik, lihat saja baju polisi dan TNI yang dikenakan, sampai kepala-kepala palsu yang lumayan terlihat asli. Belum lagi kaus hitam yang Sanja pakai bertuliskan ‘Asamurat’ seperti nama band metal dengan gambar tengkorak di bawahnya. Lucu pol melihat kaus plesetan seperti itu, teringat sama beberapa selebgram IG yang suka pakai begitu 😀
Bagian sound-nya lumayan, rupanya penata musik adalah Abel Huray yang juga menangani film Heartbreak Motel dan Mencuri Raden Saleh yang terdengar mewah. Hanya saja sayang di film ini kurang nendang, apalagi di bagian-bagian tertentu seperti penemuan mayat dan menunjukkan siapa si pelaku karena itu terasa biasa saja feel-nya (tebakanku soal si pelaku bener hm!). Btw, instrumen di penghujung film dari lagu ‘Potong Bebek Angsa’ terdengar mengerikan tapi punya makna tersirat. Kalau kalian masih ingat liriknya, ada kata ‘potong’ seperti mengisyaratkan ‘menebas leher korban’, juga lirik ‘sorong ke kiri sorong ke kanan’ yang bisa saja berarti ‘bisa saja baik, bisa saja jahat tergantung kepentingan’.
Cerita yang Bersinggungan dengan Banyak Aspek Permasalahan
Premis cerita sangat menjanjikan. Di babak awal terlihat sat-set langsung menampilkan permasalahan yang akan Sanja hadapi bersama rekan-rekannya. Namun di bagian pertengahan, film ini terasa lamban menangani masalah utama (malah ada banyak masalah lain yang muncul) dan mendekati akhir, cerita lebih mudah tertebak bahkan si pelakunya juga. Beberapa permasalahan dalam film ini, seperti aspek korupsi di bidang pengelolaan kelapa sawit, bisnis ilegal kepolisian, human trafficking, konflik perbatasan (terlebih rakyat yang ‘terpinggirkan’ karena pembangunan masif), suap-menyuap, penyelidikan yang berbelit-belit dan kadang tak ada penyelesaian, adanya kelompok komunisme jaman dulu sampai mitos adanya siluman di dalam hutan (ranah mistis). Cukup berani dalam menyentil karena jarang sekali ada film yang mau mengambil risiko seperti itu.
Beberapa Pertanyaan dan Kekurangan dari Film Kabut Berduri (2024)
Ada beberapa poin yang terasa kurang di film ini, bersifat SPOILER :
- Pembunuhan pertama sepertinya pada si lelaki bertato garuda dan Juwing, kemudian bapak tua yang marah membalaskan dendam pada Thoriq juga kroni-kroninya. Si bapak sengaja menebas kepala Juwing agar terlihat semua pelaku pembunuhan adalah orang yang sama karena suka menebas korbannya. Tapi kenapa si bapak tua menargetkan Thomas pula? Apa karena dia bawahan Panca? Selain itu siapa pelaku yang pada akhirnya membunuh si bapak tua? Endingnya terasa open sih, jadi mungkin sama dengan narasi di awal film bahwa konflik di perbatasan terus ada hingga saat ini. Bisa saja rantai membunuh di film ini tidak akan selesai karena saling membalas dendam, ada kepentingan masing-masing pihak baik yang berkuasa maupun rakyat daerah itu.
- Adegan yang tidak muncul atau terkesan kasar editing-nya. Adegan ke adegan lain rada kurang mulus gitu, lebih baik ditunjukkan apa yang terjadi. Contoh nih, cara pelaku membunuh tak terlihat dalam film, bagaimana cara meletakkan mayat di atas pohon hingga jatuh ke atap warung serta terjerembap ke tanah, juga kepala Umi diletakkan dekat sarang lebah. Adegan menembak Thomas dan Panca dalam mobil juga, itu siapa atau apa memang tidak ada yang tertembak? Lantas kenapa setelah kejadian itu, mereka berdua bisa ditangkap si bapak tua, sampai si Panca terikat pula? Padahal secara fisik kan tidak sebanding. Bagusnya hal-hal tersebut tampil di bagian membuka tabir pelaku.
- Rumah Arum yang terbakar, apa pelakunya adalah si polisi yang tak suka dengan keluarga itu karena anak-anaknya berhasil lolos dari penjualan ilegal? Selain itu kenapa pula rumahnya harus dibakar padahal ayah Arum itu kan sudah terbunuh? Apa manfaatnya? Apa ada data-data para pihak jahat disana atau hanya sekadar estetika film (menunjukkan pergolakan hati Sanja yang seperti tak berdaya melihat kasus-kasus di sekitarnya)?
Beberapa Pertanyaan dan Kekurangan dari Film Kabut Berduri (2)
- Beberapa hal yang masih membuatku bertanya-tanya: Apa mayat kepala dalam plastik di pabrik adalah milik Juwing? Selain itu, Sindai yang berlari karena melihat pabrik berisi kepala, dia meninggal karena apa? Apakah terjerat ranting pohon? Apa yang Umi lihat di sungai (terdengar sabetan pisau) dan ayah Arum di lapangan terbuka (seperti sosok gaib yang terbangkah?), juga pusaran air di sungai dekat Arum duduk (masa buaya)?
- Apakah Ambong itu benar-benar ada sebagai siluman dan bisa saja Bujang adalah murid ngilmu-nya? Apalagi Bujang tahu soal PARAKU karena pernah menjadi penunjuk jalan tentara ketika masih kecil. Bahkan adegan penutupnya, anak kecil yang mencuci sepatu orang dewasa yang terkena noda darah di sungai itu adalah Bujang. Sejak kecil dia sudah familiar dengan darah dan kekerasan. Bisa saja film ini ada sekuel dan bercerita tentang Ambong, bahkan Bujang sendiri.
- Begitu banyak permasalahan dalam film ini, sehingga menurutku akan lebih cocok dalam format serial. Tidak perlu episode yang banyak, namun jelas memberikan keterangan siapa pelaku, motif dan pemecahan masalahnya. Selain itu kupikir dengan membuka masa lalu Sanja, gadis itu berani untuk membongkar kebusukan institusinya sampai menyerahkan diri karena merasa bersalah dengan korbannya. Ternyata tidak, jadi terkesan hanya bumbu saja untuk jadi makin dekat dengan Thomas dan membuat kita bisa simpati dengan karakternya- seorang aparat dengan dosa lama namun berusaha menebusnya dengan menjadi polisi yang baik.
Makna Mendalam dari Film Kabut Berduri (2024)
Dari film Kabut Berduri (2024) ini kita bisa mempelajari bahwa setiap orang punya latar belakang berbeda, traumanya masing-masing dan bagaimana cara untuk menghadapinya. Selain itu jika kita bekerja di pemerintahan, sudah sepantasnya untuk mengabdi kepada rakyat. Dalam artian, tidak menghambat penyelidikan dan bergerak cepat menangani kasus. Harus adil dan tak melihat status sosialnya, jangan tunggu viral atau makin banyak korban berjatuhan baru bergerak. Juga membantu rakyat, bukannya ikut-ikutan bisnis ilegal, menangkap orang lain namun ternyata diri sendiri lebih parah sampai jadi bandar. Hidup munafik dengan orang sekitar yang memuja karena status jabatan dalam pekerjaan, akhirnya ada pihak lain yang tahu jadi dengki sampai membalas dendam. Itu akan menjadi lingkaran setan yang akan susah untuk terputus. Untuk kamu yang suka film genre thriller crime penuh misteri, gas nonton Kabut Berduri hanya di Netflix 🙂
Quotes menarik dari film Kabut Berduri (2024) :
“Bu Sanja ndak usah dimakan rasa bersalah. Banyak cara untuk menebus kesalahan.” ~ Pak Bujang
“Nuan harus belajar memilih apa yang nuan lihat.” ~ Pak Bujang
Rating versiku : 3/5
Trailer film Kabut Berduri (2024) berikut ini :