Sinopsis dan Review Film 1 Kakak 7 Ponakan (2025), Adaptasi Sinetron Jadul Mengusung Pengorbanan Sandwich Generation Versi Cowok
Judul Film : 1 Kakak 7 Ponakan (2025);
Tgl Rilis : 23 Januari 2025;
PH : Mandela Pictures, Cerita Films dan Legacy Pictures;
Genre/Rate : Drama, Slice of Life, Family / Semua Umur;
Negara Asal : Indonesia;
Waktu : 131 Menit;
Pemain : Chicco Kurniawan sebagai Hendarmoko “Moko”, Amanda Rawles sebagai Maurin Fidella, Fatih Unru sebagai Woko, Freya JKT48 sebagai Nina, Ahmad Nadif sebagai Rivano “Ano”, Kawai Labiba sebagai Gadis “Ais”, Ringgo Agus Rahman sebagai Eka, Niken Anjani sebagai Osa, Kiki Narendra sebagai Atmo, Maudy Koesnaedi sebagai Agnes, Ence Bagus sebagai Nanang Maulana (Ayah Gadis), Sheila Dara Aisha sebagai Arsitek senior, Reza Nangin sebagai Samuel Martin “Pak Sam”, Chandra Satria sebagai Albert Kurniawan, Iman Usman dan David Brendi “GadgetIn”
Ulasan Film 1 Kakak 7 Ponakan (2025), Drama Keluarga Hangat yang Memunculkan Tangis Haru
Hai kali ini aku mau mengulas atau me-review film 1 Kakak 7 Ponakan (2025) atau A Brother and 7 Siblings yang masih tayang di bioskop. Yandy Laurens memegang kursi penyutradaraan sekaligus penulis naskah yang mengadaptasi sinetron jadul tahun 1996 oleh Arswendo Atmowiloto. Sebelumnya Yandy juga menyutradarai film dari Arswendo yang berjudul Keluarga Cemara. Namun yang membuat Yandy makin terkenal di film Jatuh Cinta Seperti di Film-Film tahun lalu yang meraih 7 Piala Citra FFI. Dengan mengetahui nama ini membuatku penasaran ingin menonton film 1 Kakak 7 Ponakan. Terlebih para pemainnya dari aktor aktris senior, juga dari kalangan muda yang sudah sering muncul di layar lebar seperti Kiki Narendra, Maudy Koesnaedi, Ringgo Agus Rahman, Niken Anjani, Chicco Kurniawan, Amanda Rawles sampai Freya JKT48. Apalagi dari posternya saja telah menunjukkan bagaimana sang pemeran utama duduk di tengah keluarganya yang sedang tertidur sementara dia berjaga sendiri.
Film 1 Kakak 7 Ponakan (2025) berkisah tentang arsitek muda, Moko yang setelah wisuda diperhadapkan dengan takdir tragis dimana kakak dan suaminya meninggal lalu akhirnya mengurus anak-anak mereka. Selain itu, ada tambahan anak mantan guru pianonya sampai kakak kedua beserta sang suami. Moko berjuang keras untuk mengejar karier di tengah-tengah menghidupi keluarganya, juga hubungan cinta dengan Maurin.

Tragedi 1 Kakak 7 Ponakan yang Moko Alami
Film 1 Kakak 7 Ponakan (2025) bermula dengan kehidupan Moko, calon arsitek yang serumah dengan sang kakak, Agnes bersama suaminya- Atmo. Anak-anak mereka yaitu Woko dan Nina, beserta ponakan Atmo- Ano juga tinggal bersama-sama Moko. Ponakan-ponakan Moko itu masih sekolah. Ano di bangku SD, sementara yang lain SMA. Sebentar lagi Woko juga akan menyelesaikan sekolahnya. Agnes sedang hamil tua dan akan dekat waktunya untuk melahirkan. Pagi itu, Agnes dan Atmo berebut memasangkan dasi untuk Moko yang akan mengikuti sidang skripsi. Kebiasaan Moko dan para ponakan, mereka akan pergi sambil melambaikan tangan pada Agnes dan Atmo hingga mereka hilang dari pandangan. Moko mempunyai pacar cantik nan baik hati bernama Maurin. Dia membelikan sepatu baru untuk Moko yang sepatunya sudah butut dengan sol hampir copot. Sementara sidang, Maurin mengangkat telepon masuk di handphone Moko, ternyata ada kabar buruk dari Agnes.
Moko bergegas ke rumah sakit selesai sidang. Dia mendapati kakak iparnya telah terbujur kaku, Agnes menangis terus dan ketubannya pecah. Agnes berhasil melahirkan putrinya, namun dia sendiri ikut meninggal. Sang bayi diberi nama Ima, akhirnya bersama saudara-saudaranya diurus oleh Moko. Padahal Moko mendapat beasiswa lanjut berkuliah S2 ke luar negeri bersama Maurin, kemudian mereka berencana untuk membuka biro arsitek sendiri. Namun akhirnya Moko harus menekan cita-citanya itu, merelakan Maurin pergi sendiri kesana. Moko tidak bisa bekerja full-time karena mengurus Ima, sementara ponakan-ponakannya yang lain masih harus pergi ke sekolah. Akhirnya dia mengambil beberapa projek lepas untuk menghidupi kebutuhan sehari-hari dan membiayai sekolah para ponakan. Moko juga bertindak seperti ayah bagi mereka, datang ke pembagian rapor para ponakan sambil menggendong Ima di pelukannya.

Anak Titipan Sang Mantan Guru Piano
Mantan guru piano Moko datang dan mengangsurkan amplop coklat berisi uang untuknya. Dia memohon terus untuk sang putri, Gadis agar bisa tinggal di sana hingga bisa kembali untuk menjemputnya. Ais, panggilannya, ikut memohon dari luar pintu. Dia berjanji untuk menjadi anak baik yang akan mencuci dan memasak untuk mereka. Moko akhirnya luluh dan menerima Ais di rumah. Woko sempat mempertanyakan keputusan Moko itu, sambil berdua memasak di dapur. Santapan sederhana yang tidak banyak untuk mencukupi kebutuhan mereka semua. Moko heran karena ketika dipanggil makan, para ponakan tidak datang ke meja. Rupanya mereka sedang asyik melihat Ais memainkan piano di depan. Akhirnya mereka bersama-sama menyanyi ‘Jangan Risau’ dengan suasana yang hangat. Selain itu, Moko bersama para ponakan juga sering melihat Bali dari Google Earth, seakan-akan pergi berlibur bersama kesana.
Dengan segala keruwetan yang ada, Moko memutuskan Maurin di kala mereka sedang melakukan video call. Dia melakukannya karena tidak bisa membagi waktu untuk Maurin. Sebenarnya gadis itu tidak mau, tetapi dari telepon yang belum terputus, Maurin melihat bagaimana perjuangan Moko mengurus Ima sendirian hingga air panas jatuh ke kakinya. Dua tahun berlalu, Ima makin besar dan Woko juga sudah lulus SMA. Woko mengurus rumah, sesekali ngojek online dan meminta Moko untuk mencari pekerjaan tetap. Datanglah Moko ke suatu biro arsitek untuk mengikuti wawancara, yang ternyata ada Maurin di sana. Melihatnya membuat Maurin mencari Pak Sam- sang atasan, walau beliau sedang rapat bersama klien. Maurin meyakinkan Pak Sam bahwa Moko pantas menjadi junior arsitek yang dia cari selama ini. Moko kemudian bertemu dengan Maurin di sana, mengobrol tentang kabar terkininya bersama para ponakan walau singkat namun berkesan untuk mereka berdua.

Maurin Selalu Siap Membantu Moko dan Keluarganya
Untuk mengerjakan tes dan mempersiapkan presentasi untuk besok, Moko berniat untuk membeli laptop baru. Namun dia mendapat telepon yang mengabarkan bahwa Ano sakit perut hingga perlu membawanya ke rumah sakit. Angsuran BPJS menunggak selama dua tahun sehingga Moko tak punya pilihan untuk membayarkan secara cash biaya-nya. Padahal orang yang akan menjual laptopnya sudah datang di RS itu dan menemui Moko, namun dia tak punya biaya lagi untuk membelinya. Ano bisa pulang dan mendapat rawat jalan, sementara Moko tetap berkutat dengan laptop lamanya yang sering restart karena cukup berat menangani proyek. Para ponakannya tetap menyemangati dia, sampai membuatkan kopi sebagai amunisi. Bagai malaikat Maurin muncul sambil membawa makanan untuk mereka semua. Dia juga meminjamkan macbook untuk Moko, menemani dan menghibur Ano di meja makan. Ketika sudah selesai, Moko berbalik dan tersenyum hangat melihat Maurin bersama para ponakannya tidur di ruangan itu.
Maurin pergi ngantor bersama Moko, menyemangatinya dan mengingatkan momen mereka itu seperti dulu mengerjakan skripsi hingga pagi. Moko kemudian berhasil dan diterima bekerja di biro tersebut. Pulangnya dia membawa kue red velvet sebagai hadiah keberhasilannya untuk para ponakan namun betapa terkejutnya Moko melihat kedatangan kakak keduanya, Osa bersama sang suami, Eka dari Australia. Ketika Ima masih bayi, Osa memang pernah meneleponnya dan meminta waktu untuk pulang karena Eka masih ada urusan pekerjaan. Kini mereka kembali namun makin menambah beban Moko. Eka berlagak paling benar, dengan kerah terangkat menanyakan hal sensitif yaitu gajinya Moko! Setelah mendengarnya, Eka seperti ‘merendahkan’ gaji Moko yang bisa dia dapat 10 tahun lalu. Eka juga meminta Moko tenang untuk mengambil proyek ke Anyer itu karena dia akan menjaga para ponakan bersama Osa.

Eka dan Osa Kembali dari Australia dan Mengacau Hidup Moko Lagi
Maurin dan Moko kembali mengobrol di tempat cuci mobil. Mereka mendalami perasaan masing-masing, meminta maaf terlebih Moko yang menceritakan kerapuhannya dulu ketika harus menjadi ‘ayah’ bagi para ponakannya. Moko juga lega karena sekarang ada Osa sehingga mungkin inilah waktunya dia bisa memikirkan diri sendiri dan kariernya ke depan. Maurin kemudian mengusulkan untuk membawa keluarganya ke Anyer untuk berlibur beberapa hari, sekalian mereka meninjau lokasi proyek. Saat itu Eka mulai menunjukkan taringnya. Ketika anak-anak tidur, dia mulai mengungkapkan kegelisahannya. Mulai dari Ais yang seharusnya diurus oleh tantenya yang merupakan waitress di resort itu, hingga menyinggung Woko yang tidak pintar dan tak perlu dikuliahkan, sampai Ano yang bukan ponakan langsung mereka tetapi dari pihak Atmo. Pulang dari liburan, Ais ikut pulang ke rumah tantenya sendiri. Sambil menangis, dari dalam mobil, Ais melambaikan tangan terus ke arah mereka semua.
Moko bekerja di Anyer bersama Maurin. Di sela-sela kesibukannya, Eka beberapa kali meminta uang untuk kebutuhan rumah dan para ponakan. Jumlahnya makin besar, kebutuhannya juga semakin ngawur sampai ada dimana Eka meminta uang untuk mengajak mereka semua makan di luar. Moko juga kesulitan menghubungi para ponakan, seringnya tidak aktif. Hal itu makin mempengaruhi performa Moko, sampai Maurin dan senior mereka juga memperhatikan gelagatnya. Puncaknya ketika Moko harus mempresentasikan desain di depan klien yang terkenal sangar. Beberapa hal berlainan dengan kemauan si klien, hingga Moko bersuara cukup tajam. Walau begitu untungnya Pak Sam tidak memecat dia. Moko berniat untuk mengunjungi para ponakan walau tidak lama dan Maurin berbaik hati meminjamkan mobilnya.

Menerima Kenyataan Pahit dari Keluarganya Sendiri
Moko lebih dulu pergi ke rumah Ais dan melihatnya berjualan es blender. Mereka mengobrol hingga menyentuh hati Moko, menyatakan bahwa Ais bukanlah beban untuk dia dan yang lain. Ayah Ais juga tak pernah muncul membuat gadis itu sangat rindu. Ketika bermain piano dia merasa seolah-olah sang ayah hadir di sampingnya. Moko tersadar perilakunya selama ini yang bertindak sebagai kepala keluarga dan mengingat kebaikan Agnes beserta Atmo untuknya. Dari Ais pula Moko mengetahui kenyataan pahit tentang nasib para ponakannya selama dua bulan ini. Moko meminta penjelasan pada Osa, terlebih Eka sudah lama pergi dan para ponakan disuruh bekerja. Bagaimana nasib Moko selanjutnya, hubungan dia dan Maurin dan nasib para ponakan? Apakah Moko harus kembali mengurus para ponakan dan merelakan kariernya?

Drama Keluarga Paket Komplit di Film 1 Kakak 7 Ponakan
Film 1 Kakak 7 Ponakan (2025) memiliki formula drama keluarga yang tidak ‘memaksa’ penonton untuk menangis. Baik di adegan sedih maupun bahagia, aku dapat menangis haru dengan tulus, ceritanya hangat seakan memeluk kita. Beberapa kali aku menangis hingga ingusan loh. Jarang sekali ada film yang membuatku seperti ini. Jika disandingkan dengan cerita Home Sweet Loan, Kaluna bisa menghindar di beberapa situasi dan tidak seratus persen dia pula yang membiayai keluarganya.
Di film ini, Moko ‘dipaksa’ keadaan dan mau tak mau berjuang untuk para ponakannya. Betapa hidup Moko sejak awal terasa sulit namun dia tidak banyak berdiam diri dan mengeluh akan keadaan. Plot cerita film ini berjalan rapi, tidak stuck berlama-lama dalam satu adegan dan eksekusinya hingga akhir berjalan dengan mulus. Contohnya saja, tidak ada adegan pemakaman atau berdoa di rumah atas meninggalnya Agnes dan Atmo. Film langsung menunjukkan bagaimana Moko memandangi foto keduanya dengan mata berkaca-kaca. Sat set, tapi ceritanya padat dengan durasi dua jam yang tidak terasa sama sekali.
Kelebihan dan Kekurangan dari Film 1 Kakak 7 Ponakan
Memang cerita tentang sandwich generation sudah beberapa kali diangkat dalam perfilman Indonesia. Namun film ini punya caranya tersendiri. Kehangatan keluarga yang sangat terasa, begitupun pengorbanan pemeran utama yang tidak merasa bahwa para ponakannya adalah beban. Moko menyayangi para ponakan karena Agnes dan Atmo juga menyayanginya dulu. Dia merasa ikut bertanggungjawab akan kelangsungan hidup mereka karena rasa sayang pada kakak-kakaknya itu. Kasihnya yang tulus mampu menggetarkan hati hingga akhir film. Sampai dia tersadar dengan keinginan para ponakan untuk bekerja, juga perkataan dari Maurin, Moko akhirnya menangis dengan lepas. Dia menyadari mereka juga ingin berjuang bersamanya, tidak ingin membiarkan Moko membiayai semua. Tidak mau membuat Moko berjuang sendiri.
Mungkin bagian endingnya yang udahan tetapi aku masih ingin terus hahaha. Walau konflik dari Eka sudah terselesaikan, aku berharap bisa tahu kelanjutan hidup Moko dan para ponakan, juga hubungannya dengan Maurin apakah hingga ke jenjang yang lebih serius. Film ini berpotensi dapat menyambung ke cerita yang lain. Selain itu aku masih bingung, apa para ponakan ketika disuruh bekerja (kecuali Woko) masih bersekolah? Atau putus sekolah? Lalu di bagian ending, apa Woko, Nina juga Ais bisa berkuliah? Aku juga heran apa Agnes dan Atmo tidak mewariskan tabungan atau harta yang bisa dipakai untuk kebutuhan para ponakan? Selain itu aku kesal dengan pola pikir bapaknya Ais. Tidak menitipkan Ais sejak awal pada si tante, malah pergi ke rumahnya Moko yang jelas-jelas ‘orang luar’. Agak nonsense sih kalau di kehidupan nyata.
Pendalaman Karakter yang Kuat Seperti Memiliki Nyawa
Aku juga suka dengan pendalaman tiap karakter dalam film ini. Seakan masing-masing mereka memiliki nyawa yang menggerakkan cerita hingga akhir. Mulai dari Moko yang begitu baik dan tipe kakak laki-laki yang bertanggungjawab, ada pula kekasihnya- Maurin yang juga kukuh memperjuangkan cinta mereka. Maurin begitu memperhatikan Moko dan keluarganya, bahkan rela diputusin demi memberikan waktu untuk Moko yang prioritasnya telah berubah. Hubungan cinta mereka amat dewasa, tidak sedih berlarut-larut dan saling memahami satu sama lain. Tidak saling berteriak atau memarahi, sampai melempar barang pula hahaha.
Para ponakan dan Ais juga memiliki karakter unik masing-masing. Terlebih Ais, dia tipe yang mengerti akan keadaan orangtuanya yang bercerai. Ais merasa ayahnya benar-benar akan meninggalkan dia, karena itu berusaha menjadi anak baik di rumah Moko. Memasak sampai mencuci, begitupula ketika ‘diusir’ dia menerima dengan lapang dada. Ais tipe anak yang dipaksa dewasa oleh keadaan. Bekerja membantu tantenya berjualan es karena tidak mau merepotkan. Ada pula Ano dengan perkataannya yang nyesek pada Maurin, bahwa lebih baik dia tidak bilang kalau merasa sakit karena tidak mau menyusahkan Moko. Terkadang celetukannya yang polos begitu lucu, ada pula yang membuat hati sesak.
Karakter paling menyebalkan tentu saja jatuh pada sosok Eka, the real villain. Bagaimana perkataannya pada Moko dan Maurin benar adanya sampai mereka tak kuasa membantah, namun ternyata itulah yang akan dilakukan Eka. Perkataannya pedas, arogan dan gaya berpakaiannya terkesan angkuh. Minta-minta uang terus, padahal dirinyalah yang harus ikut bekerja. Apalagi Osa kan yang menjaga para ponakan di rumah. Aku juga kesal dengan karakter Osa ini. Terlalu bucin ke suami sendiri hingga mengesampingkan logika, mulai dari ponakan disuruh kerja sampai kena investasi bodong. Macam mana otaknya itu, padahal dia dan Eka tinggal lama di luar negeri ckck.
Akting Para Pemain Senior dan Junior Begitu Bagus juga Menunjang Naskah
Sedangkan dari segi akting, semuanya bagus dong. Dari pemeran senior sampai kicik sekalipun macam Ima yang pemainnya itu banyak dengan beragam usia. Chicco sebelumnya pernah kutonton di film 13 Bom di Jakarta. Namun di sini sebagai pemeran utama benar-benar aktingnya sangat bagus. Wajahnya juga cukup mendukung, kalem gitu. Ekspresi kesedihannya sangat natural, berasa tembus hingga keluar layar. Aku masih ingat bagaimana matanya berkaca-kaca menatap foto, menelan ludah ketika mendengar kabar buruk, gestur rasa gelisahnya sambil menggendong bayi dan tatapan sayangnya untuk kekasih dan para keponakan. Chemistry Chicco dan anak-anak sangat bagus, dengan Amanda juga. Kemampuan akting mereka benar-benar kelihatan meningkat di film ini.
Ringgo juga sukses memerankan Eka, benar-benar ingin ditinju hahaha. Jarang melihat Ringgo mengambil peran jahat, ternyata bagus juga. Mungkin sedikit kurang pada Freya JKT48, tapi dia memang belum banyak pengalaman. Tetapi dibanding Kuasa Gelap, mungkin karena kekuatan naskah dan banyak bagian untuknya, akting Freya di sini terasa lebih baik. Pada bagian ketika dia marah-marah pada keluarganya di resto agak kaku sih. Ahmad Nadif juga, gestur dan perkataannya beberapa kali terasa kaku, tetapi masih bolehlah. Tidak mengurangi rasa nikmat mengikuti filmnya.
Aku suka banget dengan Kawai Labiba yang memerankan Ais. Adegan dia ngobrol dengan Moko terasa sangat dewasa, bahkan dia tersenyum tapi wajahnya sendu dengan mata berkaca-kaca. Adegan Ais melambaikan tangan dari dalam mobil juga sangat bagus. Setelah tersenyum, dia langsung menangis. Perubahan emosi itu terasa keren. Aku juga tak menyangka ada kameo semacam Sheila Dara, bahkan youtuber GadgetIn sekalipun. Lucu amat si GadgetIn setelah mengulas laptop, lanjut membicarakan rumah sakitnya XD
Detail dan Sinematografi Film yang Jarang Ada di Judul Lain
Detail film ini begitu bagus. Dari awal terlihat keadaan rumah yang tua nan sederhana, dengan atap juga dinding yang berubah warna di beberapa bagian. Moko yang mengenakan baju robek sambil memandangi laptop. Suasana kamar mandi dengan tempelan stiker di sana-sini plus sabun batang tumpuk menandakan banyak anak di rumah tersebut, bahkan ada arena mandi bola untuk Ima. Moko yang mengganti buku arsiteknya dengan bacaan tentang mengasuh bayi juga beberapa popok di rak. Sampai posternya juga memberikan detail dan clue tentang siapa si kakak dan tujuh ponakan. Bagaimana keruwetan sekaligus kehangatan terpancar dari foto poster.
Sinematografi film ini begitu indah. Di adegan awal sutradara mengambil angle luas, lalu ketika Moko menghadapi tragedi, disitulah sudut kamera lebih fokus kepadanya. Adegan dalam mobil juga terasa cantik, perpaduan warna ungu-pink dari busa yang menutupi kaca, sebelumnya kotor menjadi bersih. Seperti menandakan masalah di antara Moko dan Maurin menjadi jelas dan terbuka satu-sama lain. Aku suka banget dengan adegan deeptalk mereka di situ. Selain itu, adegan Moko bersama Ais seolah bermain piano bersama itu sangat dalam dan indah. Ada juga kompilasi Moko yang memanggil para ponakan kembali pulang, sambil berpelukan dengan emosional.
Pengambilan gambar di pantai Anyer juga indah, ada adegan mereka melihat ke langit sambil berjejer dan ketika berada di dalam kamar sambil saling mengejar. Itu hangat dan menenangkan. Ada pula adegan Moko yang presentasi tentang desain resort dan proyek skripsinya, rupanya itu semua terinspirasi dengan keluarga. Aku juga suka bagaimana film ini memanfaatkan teknologi Google Earth, pembuatan projek arsiteknya Moko dengan software, sampai adegan video call dia dan Maurin dari laptop. Jarang amat aku melihat hal-hal seperti ini di film Indonesia.

OST, Penempatan Iklan dan Makna Mendalam dari Film 1 Kakak 7 Ponakan
Penempatan iklan di film ini juga sangat smooth. Mulai dari Wardah ketika Maurin menggunakannya sebelum ngantor hingga Macbook yang dipinjamkannya untuk Moko hahaha. Sal Priadi menyanyikan 3 lagu dari film 1 Kakak 7 Ponakan, berkaitan erat dengan makna dalam film. Ada ‘Kita Usahakan Rumah Itu’, ‘Besok Kita Pergi Makan’ dan ‘Mesra-mesraannya Kecil-kecilan Dulu’. Para pemain ikut membawakan lagu berjudul ‘Jangan Risaukan’ di dalam salah satu adegan film ini.
Film 1 Kakak 7 Ponakan (2025) memiliki beberapa pesan moral yaitu berjuang bersama untuk kehidupan keluarga. Tidak menganggap anggota keluarga sebagai beban dan tidak menciptakan kehidupan toxic untuk mereka. Selain itu jika mencintai seseorang, perjuangkan dengan tulus dan berikan ruang apabila dia butuh mengatur hidupnya sendiri. Terakhir, bangun keluarga dengan kesiapan mental dan ekonomi yang berkecukupan. Amit-amit cerai atau meninggal dengan masih memiliki anak-anak yang muda dan belum siap kerja, maka tidak membebankan dan menelantarkan anak, apalagi melempar tanggungjawab kepada orang lain. Untuk kamu yang suka nonton genre drama keluarga nan menyentuh penuh makna, film 1 Kakak 7 Ponakan ini sangat kurekomendasikan 😀
Quotes menarik dari film 1 Kakak 7 Ponakan (2025) :
“Kok rasanya aneh ya, dengan berpikir punya hidupku sendiri itu salah rasanya.” ~ Moko
“Orang sungkan akan selalu dipertemukan dengan orang yang tidak tahu diri.” ~ Eka
“Sebaik apa pun kamu, gak bisa kamu nolong semua orang.” ~ Eka
“Yang harus ditanggung itu biaya hidup, bukan gaya hidup.” ~ Seniornya Moko
“Pernah gak melakukan sesuatu biar merasa orangnya tetap ada?” ~ Ais
“Kita itu keluarga, gak ada yang namanya nyusahin, apalagi beban.” ~ Moko
“Kakak kerja pagi, siang, malam, itu gak pernah berpikir untuk kalian kembalikan.” ~ Moko
“Aku mau hidup sama kamu, kita di sini saling memperjuangkan boleh dong?” ~ Maurin
Rating versiku : 5/5
Trailer film 1 Kakak 7 Ponakan (2025) berikut ini :
Kak ini review terlengkap hingga bisa membayangkan bagaimana sedihnya, sesaknya jd Moko. Beruntung ada Maurin ya..btw aku jg liat trailer Eka sepertinya emg bnr the real villain wajib ditinju kak :D..pengen ajakin anak2 nonton ini ah
Keren banget, reviewnya lengkap kap kap, jadi bikin kepingin segera nonton.