Film Jumbo (2025) tentang petualangan seorang bocah yatim piatu bertubuh gemuk bernama Don yang berusaha membuktikan dirinya dengan mengikuti pentas, bersama gengnya dan hantu Meri.
Judul Film : Jumbo (2025);
Tgl Rilis : 31 Maret 2025;
PH : Visinema Animation, Visinema Pictures;
Genre/Rate : Adventure, Animation, Musical / Semua Umur;
Negara Asal : Indonesia;
Waktu : 102 Menit;
Pemain : Prince Poetiray sebagai Don, Den Bagus Satrio Sasono sebagai Don 4 tahun, Yusuf Özkan sebagai Nurman, Graciella Abigail sebagai Mae, Quinn Salman sebagai Meri, Muhammad Adhiyat sebagai Atta, Bunga Citra Lestari sebagai Ibu Don, Ariel “Noah” sebagai Ayah Don, Ratna Riantiarno sebagai Oma Don, Angga Yunanda sebagai Acil, Cinta Laura Kiehl sebagai Ibu Meri, Ariyo Wahab sebagai Ayah Meri, Kiki Narendra sebagai Pak Rusli, Aci Resti sebagai Panitia Datar, Rachel Amanda sebagai Panitia Panik, Abel Ibran Lumban Gaol sebagai sahabat Don
Hai… Selamat Hari Raya Idul Fitri bagi kamu yang merayakannya, pasti senang dong liburan panjang ini ada film animasi karya anak bangsa rilis di bioskop judulnya Jumbo (2025). Dengan sutradara Ryan Adriandhy yang menulis naskahnya bareng Widya Arifianti, film Jumbo memiliki para pengisi suara bertabur bintang di antaranya ada Prince Poetiray, Quinn Salman, BCL, Ariel Noah, Angga Yunanda, Cinta Laura hingga Aci Resti. Aku kagum karena film ini dibuat oleh pemenang kompetisi komika SUCI pertama, Ryan yang turut menggandeng Aci pula. Kebayang kan PH-nya ini Visinema (Mencuri Raden Saleh, 13 Bom di Jakarta dan Home Sweet Loan) yang sering mencoba genre anti mainstream di Indonesia, sekaligus ini buatan komika dan mengikutsertakan 400-an animator lokal. Membutuhkan 5 tahun penantian, film ini benar-benar memuaskanku juga keluarga (terlebih ponakan yang pertama kali menonton di bioskop!).

Sinopsis dan Review Film Jumbo (2025): Don Mewujudkan Impian Bersama Para Sahabat dalam Pentas Seni
Sinopsis film Jumbo (2025) tentang cerita dongeng Pulau Gelembung yang dibacakan oleh kedua orangtua Don, seorang anak laki-laki berusia 4 tahun. Dongengnya berisi bocah kesatria yang hidup bahagia bersama orangtua. Namun suatu hari ayah dan ibunya harus pergi menenangkan langit berawan gelap pembawa badai. Untuk menemani Don selama pergi, mereka meminta bantuan ombak. Sayangnya dongeng itu tidak memiliki akhir bahagia seperti kehidupan yang Don alami karena orangtuanya kecelakaan mobil. Don kini sudah berumur 10 tahun yang hidup berdua bersama Omanya. Oma bercerita kalau buku dongeng tersebut buatan orangtuanya dan peninggalan mereka yang berharga. Don sangat bangga dan selalu membawakan cerita tersebut di depan teman-teman mainnya.

Sayangnya Don hanya memiliki dua sahabat yang benar-benar peduli yaitu Nurman dan Mae. Nurman juga senasib dengan Don, yatim piatu dan tinggal bersama kakeknya. Sehari-hari dia menjaga kambing sang kakek. Sementara Mae sebelumnya tinggal di panti asuhan dan akhirnya diadopsi oleh orangtuanya yang sekarang. Anak-anak kampung Seruni sering bermain sepak bola atau kasti. Don yang bertubuh gemuk sering menduduki posisi cadangan. Kesempatan datang untuknya bermain kasti, namun bola yang dipukul Atta terlalu jauh. Don mengejar bola itu hingga melewati banyak jalanan dan menubruk apa saja di hadapannya. Tetapi ketika berhasil mendapatkannya, teman-teman kampung malah pulang melewatinya. Atta meledek Don yang tidak akan menang ikut apapun karena tubuhnya bongsor. Teman-teman yang lain juga tidak ingin bermain dengan Don lagi karena sering kalah jika mengikutsertakannya. Don pulang dengan sedih.
Don dan Atta Berniat Ikut Pentas Seni di Kampung Seruni
Nurman dan Mae berusaha menghibur Don. Mereka menyuruh Don untuk ikut pentas seni kampung, begitupun Oma yang mengusulkan dongeng pulau gelembung untuk diikutsertakan dalam lomba. Don sempat ragu karena teman-temannya saja bosan mendengar cerita itu, jadi mana mungkin mau dia bawakan di pentas. Namun ketika Don membuka-buka buku dongengnya itu, ia menyadari ada selipan yang tertempel di bagian belakang. Ternyata ada lagu yang ibunya ciptakan di situ. Don jadi semangat untuk ikut pentas dengan membawakan dongeng beserta lagu tersebut.
Di sisi lain ada Atta, anak yang terlihat sering mengejek Don, dengan nasib yang tak kalah ngenes. Tinggal bersama kakaknya, seorang teknisi alat elektronik yang mengalami kecelakaan pada kakinya dan akhirnya digips. Beruntung ada kepala desa yang memberikan bantuan perban dan tongkat. Seorang pelanggan sang kakak melihat Atta berbakat karena bisa membuat kotak mainan berlampu. Dia mengusulkan agar Atta mau ikut pentas seni kampung mereka karena berhadiah uang yang bisa dipergunakan untuk pengobatan sang kakak. Atta yang pergi mendaftar tidak diterima karena sudah cukup peserta. Tapi Don dan kedua sahabatnya malah beruntung, sebenarnya sudah tutup tapi peserta lain rupanya sudah mengonfirmasi tidak akan bisa hadir nanti. Jadilah mereka keterima dan membuat Atta iri. Atta berhasil merebut buku dongeng Don agar mereka tidak bisa ikut pentas.

Meri dan Don Bertukar Bantuan
Don dan kawan-kawan mulai memikirkan rencana untuk merebut kembali buku dongeng di markas (seperti sebuah pabrik terbengkalai). Nurman bahkan memberi ide SAP SAP SAP agar bisa mengecoh Atta hahaha, kocak pokoknya. Tiba-tiba muncul hantu perempuan bernama Meri yang mengagetkan mereka. Meri meminta bantuan mereka bertiga untuk menemukan orangtuanya yang juga adalah hantu. Ada seseorang berjubah hitam hingga menutupi atas kepalanya, memegang radio dan mengenakan cincin batu merah yang ingin merusak makam mereka. Sebelum itu dia mau menangkap roh mereka terlebih dahulu. Meri berhasil kabur dari sosok berjubah itu, namun dia juga memiliki batas waktu. Terlihat dari kalung bunga melatinya yang semakin hari semakin layu. Jika semuanya layu dia akan menghilang. Don dan kawan-kawan setuju membantu Meri yang akan mengambilkan buku dongeng yang direbut Atta.
Don, Nurman, Mae dan Meri membuntuti Atta mulai dari depan rumahnya hingga pergi ke sebuah rumah bagus. Mereka melihat sisi lain Atta, mulai dari memberi makan kucing liar hingga pergi bekerja di halaman rumah orang. Meri yang punya kemampuan memperlihatkan diri pada orang yang dia inginkan, berhasil merebut bukunya Don. Tetapi Don dan Nurman yang agak ribut ketahuan Atta. Terjadi kejar-kejaran, walau begitu Don berhasil mendapatkan bukunya lagi. Don membujuk Meri untuk membantu mereka sekali lagi di pentas nanti. Akhirnya Meri mau dan mengubah diri seperti manusia biasa, menggunakan baju dan style rambut anak perempuan zaman sekarang. Nurman dan Mae mengatur kostum hingga tata dekor. Mereka juga mencari tambahan uang untuk peralatan yang akan dipakai dengan mengikuti lomba-lomba ala 17 Agustusan di Pekan Seni kampung. Tentu saja mereka banyak memenangkan uang karena bantuan ajaib dari Meri 🙂

Tunda Janji Menyebabkan Kehilangan Hubungan Pertemanan
Tibalah hari pentas, Don dan kawan-kawan mampu memukau para penonton. Selain ikut menyanyi bersama Don, Meri juga membuat nuansa makin meriah dengan gelembung sabun dan dekor warna-warni panggung yang indah. Mereka berhasil menang dan mendapatkan uang. Meri kemudian menagih janji Don untuk mencari orangtuanya. Namun Don meminta waktu karena besok mereka disuruh untuk tampil lagi. Meri tidak mau. Dia bersikap seperti itu karena bunga melati segar di kalungnya makin tersisa sedikit. Meri pergi menyendiri ke pabrik terbengkalai.
Atta mendengar obrolan mereka bahkan melihat Meri, lalu menyampaikan hal itu kepada kakaknya. Kepala desa yang saat itu jadi tamu sang kakak kemudian menawarkan pekerjaan untuk besok. Rupanya itu berhubungan dengan Meri! Selain itu, Don dan teman-temannya malah bertengkar karena kepergian Meri. Bahkan di pabrik, Don masih lebih mementingkan buku dongengnya daripada Meri. Namun dengan itu, mereka dan Atta memiliki tujuan yang sama untuk mencari kepala desa. Akankah mereka bertemu lagi dengan Meri? Apakah Atta dan Don akan berbaikan? Apa motif si kepala desa sebenarnya?
Animasi Visual Film Jumbo (2025) yang Indah
Aku benar-benar bangga menonton film Jumbo (2025) ini di bioskop. Seindah itu, semagis itu! Beneran terasa dibuat pakai hati, bayangkan 5 tahun loh! Aku berharap total penontonnya banyak, sehingga PH lain bisa mengikuti dengan membuat film animasi bagus ke depannya. Animasinya sekelas Pixar (Toy Story, aku suka banget dulu ada yang judulnya A Bug’s Life), bahkan ceritanya tidak kalah dengan keluaran Disney maupun Studio Ghibli. Latar tahun di awal film 1994 ketika berusia 4 tahun, kemudian bergerak maju ke Don yang berusia 10 tahun, berarti ceritanya berada di tahun 2000. Itulah kenapa film ini bukan hanya cocok untuk anak-anak, tapi semua usia terlebih kaum milenial karena beragam properti di dalamnya. Mulai dari permainan kasti, bermain markas bersama teman, menjaga hewan peliharaan, ikut lomba kampung hingga radio!
Animator banyak dengan menghasilkan film dengan gambar seimajinatif ini, rasanya terharu. Indonesia bisa bikin film seperti ini. Dari detail mimik muka (contohnya Don yang menatap hingga alisnya seperti mau tertaut), properti (kampung, pentas seni, pabrik sampai penempatan produk iklan yang mirip- kecap Bango, snack sampai Buavita ada loh!), hingga gerak bibir dan suara bisa sinkron. Aku kagum dengan beberapa adegan yang sulit untuk jadi live action (kartun banget!) seperti pengejaran bola kasti dan kepala desa di bagian akhir. Tambah lagi ada subtitle Inggris-nya. Film ini katanya bakal diputar di luar negeri, aku yakin tanggapan mereka pun positif 🙂
Musik dan Alur Cerita Film Jumbo (2025) yang Menawan
Dari segi musik dan scoring, enak banget di telinga. Lagu-lagunya apalagi, mulai dari BCL (bikin nangis haru), hingga duet Prince dan Quinn di dua lagu (yang versi BCL dan di pentas) dan remake dari lagu Vina Panduwinata yang MALIQ & D’Essentials bawakan. Semuanya bagus! Lagunya BCL berjudul “Selalu Ada di Nadimu” begitu unik karena liriknya menyimpan anagram di huruf pertama tiap kalimat “Kami Akan Selalu ada di Nadimu”. Jarang-jarang ada lagu terniat seperti itu kan? Mana melodinya sangat indah. Peran para pengisi suara juga bagus-bagus. Aku suka banget karakter suara oma Ratna, BCL, Ariel, Prince, Yusuf, Quinn dan Angga. Sedikit saran, ada beberapa tokoh yang kadang suaranya tidak jelas atau volumenya kecil. Minor sih. Semoga berikut lebih jernih lagi ya 🙂
Alur ceritanya rapi dengan plot yang mengalir (malah ada twist di akhir tentang Meri dan neneknya Don!). Meski sebenarnya konflik di dalam film ini kompleks juga berlapis, namun eksekusinya bagus dan bisa diterima baik anak-anak (walau ada adegan ‘injak kaki’ dan ‘jerat leher roh’ yang harus ada bimbingan orangtua) maupun orang dewasa. Salut pada penulisan Ryan juga Widya, film Jumbo terasa begitu hangat, seperti memeluk inner child dalam diri. Selain itu komedinya juga dapet, dari percakapan maupun tingkah para tokoh yang menggemaskan. Si peran Panitia Datar juga walau minim dialog hahaha (pas Aci juga yang perankan).
Film ini menyorot berbagai aspek mulai dari hubungan anak dengan orangtua, oma, kakak, keluarga, sahabat, teman main sampai dunia lain juga ada. Isu bullying sampai ketidakadilan juga masuk di sini. Feel-nya nano nano, ada senang, sedih, haru, lucu dan bangga. Perpaduan petualangan dan magis, aku teringat dulu suka nonton Petualangan Sherina, Casper dan Scooby Doo hahaha.
Penokohan Menarik dan Easter Egg yang Bertebaran
Unsur penokohannya juga bagus. Tidak ada yang benar-benar baik atau jahat di sini. Kebanyakan abu-abu. Para tokoh melakukan sesuatu karena ada sebab-akibat. Ada cerita latar belakang baik kepala desa maupun para bocah. Sikap Don sebagai anak-anak yang sebelumnya bersikap egois, namun makin mendekati ending, aku makin bisa bersimpati kepadanya. Begitu juga Atta. Pengembangan karakter mereka sangat terasa. Mereka mau berubah. Untunglah ada juga peran bijak yang mengimbangi yaitu Oma dan kakaknya Atta. Namun memang akan lebih baik ada cerita tentang keluarga Meri (Jerman Indo kah?). Aku sedikit penasaran kenapa Meri tidak tertangkap di awal, apa karena seperti kisah Harry Potter ya yang mendapat perlindungan cinta sang ibu dari mantra kematian Voldemort? Lalu kekuatan magis si kalung melati, juga gelembung melati yang Meri berikan untuk Don. Tapi tanpa mikir jauh begini film ini tetap asyik kok, beneran! (akunya yang rada overthinking hahaha).
Uniknya film ini memiliki banyak easter egg. Kalender tahun di mana Don masih kecil menunjukkan dia anak gen milenial karena itu belum ada handphone, banyakan main di luar bareng teman-teman. Ada plat nomor kepala desa yang merujuk nama sang pengisi suara. Nama kampung Seruni dari kata “seru” dan “nih”, juga kalau kalian perhatikan kata “dongeng” bisa saja dari nama Don dan kata “geng” hahaha.
Pesan Moral Untuk Kita Semua dari Film Jumbo (2025)
Pesan moral dari film Jumbo ini begitu banyak, cocok untuk anak-anak bahkan orang dewasa yaitu:
- Menghadapi rasa duka atau kehilangan orang yang dicintai. Hidup akan berjalan terus, kenangan tentang mereka akan selalu ada di hati. Aku suka adegan di mana Don ikhlas “melepas” buku dongengnya dan lebih mementingkan keselamatan teman-temannya.
- Jangan iri hati. Tiap orang punya masalah dan kesedihan sendiri. Jadi kalau ada masalah, jangan melampiaskan ke orang lain. Cukup ceritakan, siapa tahu mereka ada saran atau setidaknya hati kita terasa plong jika sudah mengeluarkan unek-unek.
- Sadar telah salah dan berani meminta maaf. Juga mau memaafkan orang lain karena kita manusia biasa, tak luput dari kesalahan.
- Tahu menepati janji dan tidak lama menunda apalagi ada hal yang penting daripada urusan kita.
- Mau mendengarkan, jangan mau terus didengarkan. Jadilah pendengar yang baik, terkadang orang lain hanya mau bicara. Tidak usah banyak menggurui.
- Setiap orang bisa jadi peran utama, juga peran pendukung tergantung siklus kehidupan. Terkadang kita tak perlu tampil di depan, bisa jadi pendukung yang baik untuk orang lain.
- Impian akan terwujud jika mau memperjuangkannya, apalagi jika ada support system di sekitar kita, seperti Don bersama teman-temannya yang naik pentas.
- Berdamai dengan diri sendiri. Don yang dulunya tidak suka dengan julukan ‘Jumbo’ dan merasa rendah diri karena gemuk, akhirnya jadi memakai kata itu.
- Di dunia yang luas dan penuh dengan keterbatasan, kita harus belajar hidup rukun dan selaras dengan alam, bahkan dengan dunia lain sekalipun. Film ini mengajarkan pada anak-anak untuk tidak takut soal hantu atau roh.
Untuk kamu yang belum nonton, ayo segera ajak keluarga ke bioskop, apalagi ada promo beli 1 gratis 1! Aku terbantu banget ketika ajak keluarga menonton dengan adanya promo itu. Ayo dukung animasi buatan anak bangsa, agar kelak kita punya film-film bagus seperti ini 🙂
Rating versiku : 5/5
Trailer bisa lihat di sini:
Duuuuh aku berharap banget sebenernya bisa nonton ini di bioskop juga mba. Walaupun belum tahu kapan bisa Krn kesibukan.
Moga2 weekend bisa. Kalo ga juga, berharap banget film jumbo akan masuk Netflix, JD bisa nonton pada akhirnya. Walo aku tahu sih pasti LBH seru kalo lihat LGS di bioskop, feel-nya pasti beda 😍😍😍😍
Lihat dr trilailer pun udh sukaaaa. Gambar animasinya baguuuus, lagu2nya sampe terngiang2