[Review Film] Pengepungan di Bukit Duri (2025), Pencarian Ponakan Berujung Maut

Halo, aku kembali me-review film yang belum lama ada di bioskop berjudul Pengepungan di Bukit Duri (2025). Film karya penulis sekaligus sutradara Joko Anwar (Perempuan Tanah Jahanam & Gundala) ini sudah lama kutunggu dengan poster dan teaser yang unik, sekaligus menunjukkan Morgan Oey sebagai pemeran utamanya. Selain dia berderet pemain top lainnya seperti Omara Esteghlal, Kiki Narendra, Endy Arfian, Fatih Unru dan Satine Zaneta. Tempo hari aku nyari rekomendasi film, eh ketemu Ulasan Film Sosok Ketiga. Setelah baca artikelnya yang lain, aku jadi suka sama situs itu. Apalagi di sana ada ulasan film dari dalam maupun luar negeri dengan berbagai genre seperti horor, thriller, romance, aksi dan drama. Film Pengepungan di Bukit Duri (2025) berkisah tentang seorang guru yang bekerja di banyak SMA untuk menemukan ponakannya, namun dalam pencariannya dia menemukan fakta mengerikan sekaligus bersisian dengan kerusuhan kembali yang dulunya pernah merenggut kebahagiaannya.

Sinopsis dan Review Film Pengepungan di Bukit Duri (2025): Terjebak dalam Sekolah dengan Siswa Brutal dan Kerusuhan Besar

Film Pengepungan di Bukit Duri (2025) atau dalam bahasa Inggrisnya – The Siege at Thorn High bermula dari tahun 2011, dalam suasana sekolah menengah yang ceria namun berakhir dengan kekisruhan karena adanya kerusuhan di luar sana. Kerusuhan ini menargetkan masyarakat ber-etnis Cina dan seorang siswi, Silvi pulang bersama sang adik, Edwin. Siswa kaya bukan etnis Cina dan menyukai Silvi, Panca ikut bersama-sama mereka. Padahal sudah ada yang menjemput Panca dengan mobil pribadi. Mereka masuk ke dalam bus, terseret keluar hingga masuk lorong oleh beberapa lelaki dewasa bertubuh besar, Silvi tak berdaya dan mengalami pemerkosaan. Mereka menggoreskan pisau di telapak tangan Pinca dan menyuruhnya pergi karena bukan target sasaran, sementara Edwin kena pukul hingga pingsan. Ketika Edwin terbangun, dia mencari keberadaan kakaknya dan mendapati tempat tinggalnya terbakar habis termasuk orangtuanya ikut tewas di dalam.

Enam belas tahun kemudian, tepatnya 2027, Edwin menjadi guru SMA tanpa embel-embel marga mengingat masyarakat banyak membenci etnis Cina. Dia sudah berkali-kali pindah sekolah karena memiliki misi terselubung. Sebelum meninggal Silvi yang ternyata bertahan hingga dewasa, memintanya mencarikan sang anak yang merupakan hasil perkosaan dulu. Anak tersebut sudah lama tidak diketahui keberadaannya. Hanya tertinggal satu sekolah yang belum ‘disisir’ Edwin yaitu SMA Bukit Duri, tempat yang terkenal banyak siswa berandalnya karena merupakan buangan sekolah-sekolah bagus.

kerusuhan di masa remaja edwin dan permohonan silvi
Kerusuhan di masa remaja Edwin dan permohonan Silvi (dok. trailer Youtube)

Siswa Berandal dan Ibu Guru BK yang Ceria

Benar saja, ada sekelompok siswa rasis di sekolah itu yang dikepalai Jefri, bersama Dotty (cewek sendiri) dan teman-temannya. Mereka sering menganiaya siswa ber-etnis Cina dari sekolah lain dan menamai kegiatan itu dengan berburu babi. Jefri juga sering menantang Edwin di kelas, namun lelaki itu tidak mau menyerah kepada siswanya itu. Edwin membalas dengan kata-kata tajam, menyinggung orangtua Jefri yang pastinya tidak bangga akan kelakuannya selama ini. Bakat jago menggambar Edwin sejak remaja sudah terlihat dan dari keluarganya memang semua ahli sama seperti dia. Karena itu ketika Edwin menyuruh siswa kelasnya menggambar, dia tertegun pada hasil Kristo yang bagus. Anak itu fisiknya juga putih bersih dan sering kena bully oleh siswa lain sehingga Edwin berpikir bahwa kemungkinan Kristo adalah keponakannya.

kristo dan jefri siswa sma bukit duri
Kristo dan Jefri siswa SMA Bukit Duri (dok. trailer Youtube)

Sikap dingin dan cuek Edwin menarik perhatian guru perempuan muda BK berkacamata, Diana. Dia kagum sekaligus heran ada guru Cina yang berani masuk di SMA Bukit Duri, apalagi sering menentang Jefri. Mereka lama-kelamaan menjadi dekat, Edwin juga kagum dengan sifat perempuan yang ceplas ceplos itu. Dia tidak takut menjadi guru di sana karena siswa laki-laki tak menjahatinya, sementara para siswi hanya mengikuti mereka saja. Suatu malam Diana mengajaknya keluar, namun Edwin menolak dan meminta di hari lain saja sambil melihat ke luar jendela. Rupanya ada Jefri bersama gengnya sedang mengamati Edwin dari luar gedung.

Insiden Seusai Minum di Bar Pecinan

Beberapa hari kemudian atas rasa penasaran si guru wanita, Edwin mengajaknya ke bar pecinan yang lokasinya cukup tersembunyi. Bartender yang biasa melayani Edwin dengan ramah, Vera tidak menyangka Edwin mengajak gadis pribumi ke sana. Dia memandangi Diana dengan sinis, melayani mereka dengan jutek. Sementara wanita itu entah tidak tahu atau memang cuek, asyik saja ngobrol dengan Edwin. Ada breaking news yang terputar dan membuat lantunan musik berhenti sementara. Mulai ada kerusuhan di berbagai tempat seperti tahun 2011, namun kali ini skalanya mungkin akan besar. Ketika pulang Edwin mau mengantarkan Diana, tapi perempuan itu memilih pulang sendiri dan dia merasa akan lebih aman karena bukanlah target sasaran kerusuhan. Benar saja, belum lama berjalan Edwin kena serang namun lelaki itu berhasil menusuk kaki si penyerang yang kemudian lari ke dalam mobil.

diana dan bar pecinan
Diana dan bar pecinan (dok. trailer Youtube)

Edwin menyadari si penyerang adalah Jefri. Edwin melaporkan hal itu pada kepala sekolah sehingga mereka berdua harus menghadap dan Jefri terpaksa membuka celana panjangnya. Ada luka tusuk yang masih baru di sana yang membenarkan laporan Edwin. Namun Edwin juga terkejut karena ada banyak luka lain di kaki Jefri. Si kepsek mengusir dan memberhentikan Jefri. Namun ketika Edwin masih bersamanya, si kepsek mengeluh dengan penuh sesal bahwa selama dia ada di SMA tersebut tak pernah memberhentikan siswa seperti tadi. Karena Edwin, dia terpaksa melakukannya. Yah, kalau mau dipikir masa depan Jefri bakal sulit setelah ini karena sekolah buangan saja sudah tidak mau menerimanya lagi. Diana juga mengkritik Edwin, kenapa harus sampai melapor namun Edwin juga tidak terima mendapat perlakuan seperti itu.

Terjebak antara Perburuan Siswa atau Kerusuhan Masyarakat

Daripada Jefri, Edwin memilih untuk fokus terhadap Kristo. Besok sekolah libur dan dia meminta Kristo untuk membantunya menghias kelas. Kristo mengiyakan asal Rangga juga ikut bersamanya. Edwin memperbolehkan karena Diana juga akan bersama-sama mereka. Kristo lega karena Edwin bukan homo, hahaha. Soalnya cara Edwin mendekatinya cukup aneh. Ketika mereka asyik menghias kelas, Jefri serta kawan-kawan mengunci sekolah dari dalam dan memulai perburuan dengan banyak senjata tajam di tangan. Kebetulan kerusuhan sampai merembet di dekat sekolah, sampai satpam pergi meninggalkan tempat itu.

Edwin, Kristo, Rangga dan Diana terjebak dalam sport hall yang besar, sementara di luar Jefri berteriak-teriak sambil memaki. Ayah Rangga datang, Dotty mengajaknya masuk. Jefri mengancam Edwin dkk, hingga berani membakar ayah Rangga! Dari situlah mulai terjadi pergolakan batin di dalam gengnya Jefri. Ada yang menangis dan ingin pulang. Jefri sudah tidak berniat kembali, hilang rasa dan mendesak mereka untuk menunggu Edwin. Apalagi Rangga juga berhasil mereka dapatkan. Jefri akan membunuh Edwin dkk, lalu rencananya mereka akan membiarkan mayat-mayat itu terbakar di dalam dan tersamarkan dengan kerusuhan.

Edwin yang hampir putus asa akhirnya mendapat jalan keluar, menyuruh Diana dan Kristo pergi dari sana. Sebelumnya Edwin menceritakan alasannya mendekati Kristo. Ketika Diana dan Kristo berada di lab, sang guru memberi tahu tujuan Edwin. Kristo menyatakan bahwa dia bukanlah keponakan Edwin. Apalagi dia juga memiliki saudara kembar. Lantas siapakah keponakan Edwin sebenarnya? Apa yang terjadi pada Edwin yang hanya tinggal sendirian dan berhadapan langsung dengan Jefri? Bagaimana kerusuhan akan mempengaruhi perkelahian mereka?

terjebak di sekolah dan kerusuhan besar
Terjebak di sekolah dan kerusuhan besar (dok. trailer Youtube)

Aspek Sinematik ala Gundala dengan Akting yang Badass

Film ini memiliki aspek sinematik dengan tone hangat namun suram, seperti Gundala. Latarnya juga sangat merakyat, mulai dari toko-toko kecil, bar pecinan, sampai aula sekolah yang beraura gelap. Joko menampilkan detail yang mendukung cerita dengan baik. Scoring-nya tegas, berbagai lagu mengentak tetapi asyik membuat sensasi menonton jadi menarik. Cocok banget film ini kamu tonton di bioskop. Sampai di rumah, aku segera mencari daftarnya di Spotify, aku suka lagunya Amazing in Bed berjudul Riot Girl, juga Nuansa Bening dari Keenan Nasution.

Dari segi akting, aku merasa ini projek Morgan paling keren. Aku memang ngefans Morgan sejak masih di SM*SH. Ada beberapa filmnya yang dulu kutonton yaitu Ngenest, Winter in Tokyo sama terakhir itu- Pernikahan Arwah. Namun baru di film ini akting Morgan terlihat sangat matang, laki banget! Di sini juga Morgan menjajal action, koreo-nya bareng Omara sungguh keren. Kalau akting Omara memang aku akui jempolan. Sejak Budi Pekerti, aku yakin dia akan jadi aktor sukses selanjutnya. Bisa memerankan apa saja gitu loh. Ini juga mau ada filmnya dalam waktu dekat berjudul Tinggal Meninggal. Pastinya aku akan menonton judul itu, apalagi dari produksi Imajinari. Morgan berhasil menampilkan sosok Edwin yang terluka karena bertahun-tahun kena diskriminasi, sementara Omara dari mata dan gesturnya saja sudah menunjukkan sisi Jefri yang tak pernah mendapatkan cinta tulus.

Penokohan yang Matang

Dari segi penokohan, Joko telah membaginya ke para pemain dengan sangat baik. Karakterisasi para tokoh juga sangat kuat. Walau memang aku masih kurang puas dengan masa lalu Jefri yang minim. Kita hanya tahu dari endingnya saja. Dengan video yang berdurasi pendek, dialog cepat dengan suara yang kurang jelas. Audio perfilman Indonesia memang masih perlu banyak berbenah, akan lebih baik memang ada teks untuk lebih mudah memahami adegan khususnya bagi para teman kita yang tunarungu. Di film ini, semua tokoh sifatnya abu-abu. Baik Edwin maupun Jefri adalah korban dari sistem yang gagal karena pemerintah tidak bisa melindungi, hanya statusnya saja yang ada.

Tokoh Diana juga terasa belum jelas, apakah dia benar-benar berada di pihak Edwin atau sebenarnya bisa saja kepada Jefri! Karena ajakan si guru pada suatu malam yang bertepatan dengan geng Jefri yang menunggu di luar gedung, pulang sendiri dari bar pecinan dan membuat Edwin mudah Jefri serang, serta sikapnya yang terlalu ceria di tengah lingkungan SMA amburadul terasa aneh. Selain itu, keberadaan Edwin yang menghias kelas pada hari libur di sekolah bisa saja wanita itu ceritakan kepada Jefri. Atau mungkin memang Jefri membuntuti Edwin sejak awal sampai hari nahas pengepungan di sekolah tersebut.

Easter Egg dari Film Pengepungan di Bukit Duri (2025)

Ada beberapa easter egg yang bertebaran khas Joko Anwar, melambangkan sesuatu dan membuat film terasa elegan. Seperti frekuensi radio mobil 98.05 FM yang mengisyaratkan tanggal kerusuhan 98, superhero gambar dari Edwin ketika remaja yang mungkin saja mengarah pada tragedi Silvi nantinya yang sayang tak tercegah atau mungkin merujuk Gundala kreasi Joko, juga pensil yang terinjak dan kemudian menjadi alat melukai seperti pendidikan atau kesenian yang punya 2 sisi seperti itu. Selain itu ada Panca, teman mereka yang terluka di telapak tangan yang bisa saja kalau tergabung akan menjadi PancaSila yang tergores karena peristiwa kerusuhan.

Kekurangan Film Pengepungan di Bukit Duri (2025)

Film Pengepungan di Bukit Duri (2025) tidak seperti karya Joko lainnya yang perlu kita untuk berpikir keras. Namun ada beberapa poin kurangnya yang kuperhatikan dari film ini :

  • Latar belakang kerusuhan yang menargetkan etnis Cina tidak jelas dalam film sehingga terasa dangkal. Jadi hanya seperti pengingat pernah ada kerusuhan di Indonesia tahun 1998 silam.
  • Pemikiran Edwin terhadap Kristo. Wong kalau jago menggambar dan putih, bukan berarti dia keponakan elu dong. Kentara amat sikap pilih-pilihnya Edwin sampai Kristo geli hahaha. Akan lebih baik Edwin mendekati dan mengamati para siswa, mana tidak terlihat apa dia memperhatikan kelas yang lain atau tidak. Karena itu aku langsung menduga Kristo bukanlah ponakannya karena tertuju dengan jelas begitu. Keponakan yang asli malah mudah tertebak karena sering berinteraksi dengan Edwin.
  • Adegan Edwin dkk yang terkurung lama dan membosankan, cari jalan keluarnya dan siswa yang mau membuka pintu itu juga lama muncul idenya. Padahal hal-hal seperti itu banyak di film action.
  • Cukup banyak kebetulan yang membuat cerita berjalan, terlebih di bagian akhir. Kebetulan setelah Edwin selesai berkelahi, masyarakat brutal masuk ke dalam untuk menjarah. Epiknya lagi, Panca muncul pas di saat Edwin keluar dari sekolah.
  • Sumpah serapah yang begitu banyak dari Jefri, sampai enek aku dengarnya. Tidak perlu sebegitunya sih, semua juga sudah tahu kalau dia anak berandalan.

Aspek Moral, Politik dan Sosial dalam Film Pengepungan di Bukit Duri (2025)

Film Pengepungan di Bukit Duri (2025) ini menyorot berbagai aspek moral, politik dan sosial yang terjadi dalam masyarakat sehari-hari. Benar-benar cocok sebagai tontonan orang dewasa. Bagaimana menjadi anggota pemerintah yang peduli pada masyarakat, bukan hanya ketika mau ada pemilihan saja. Sistem pendidikan yang baik, menjadi orangtua yang tidak hanya mengucurkan uang tetapi kasih sayang juga kepada anak-anaknya. Para siswa di SMA Bukit Duri banyak yang membenci ayah mereka, karena merupakan figur yang tidak baik seperti korup, pemabuk dan lain-lain. Menjadi orangtua juga haruslah menjadi contoh teladan bagi anak.

Andai saja Edwin minta kepsek untuk memaafkan Jefri, lalu sebagai guru, merangkul juga mencari tahu penyebab siswa itu bersikap brutal. Padahal dia telah melihat banyak bekas luka di tubuh Jefri loh. Yah karena memang Edwin bukan hadir sebagai guru, tujuannya saja sudah beda. Ini menjadi pengingat untuk sistem pendidikan di negara kita. Bukan hanya terima gaji, didik siswa asal-asalan lalu pulang. Para siswa itu yang akan jadi generasi penggerak di masa depan. Kalau dari pendidikan saja sudah begitu, sistem pemerintahan ke depannya yah akan jadi ngawur.

Begitu pula kerusuhan yang terjadi, peran pemerintah sangatlah penting harus menjadi penengah sekaligus pelindung. Namun faktanya, sampai saat ini belum terusut dengan tuntas. Manalagi ada opini sesat beredar dari tokoh pejabat, yang seharusnya tidak membuka luka lama. Aku berharap sejarah ini akan tetap tertulis jika memang mereka mau menuliskan ulang dalam waktu dekat. Film ini sarat akan pelajaran hidup, intensitas yang terjaga hingga akhir dan terselip beberapa dialog jenaka sehingga sangat seru untuk mengisi waktu lowong. Apalagi vibes-nya seperti Perempuan Tanah Jahanam mix Crows Zero-nya Jepang. Kalau kamu mau baca seputar review film atau series bisa baca di https://ngefilm.id/ya. Sampai ketemu di review selanjutnya gaesss 🙂


Info Seputar Film Pengepungan di Bukit Duri (2025)

Judul : Pengepungan di Bukit Duri (2025);

Tgl Rilis : 17 April 2025;

PH : Amazon MGM Studios, Come and See Pictures;

Genre/Rate : Action, Thriller/17+;

Negara Asal : Indonesia;

Waktu : 118 Menit;

Pemain : Morgan Oey sebagai Edwin, Theo Camillo Taslim sebagai Edwin remaja, Omara Esteghlal sebagai Jefri Hariman, Hana Pitrashata Malasan sebagai Valdiana “Diana” Rahardjo, Endy Arfian sebagai Khristo Ramli, Fatih Unru sebagai Rangga Kurnia, Satine Zaneta sebagai Dorothy “Dotty” Susatyo, Dewa Dayana sebagai Gerry Rahadi, Faris Fadjar Munggaran sebagai Reihan Wahyudi, Florian Rutters sebagai Simala “Sim” Arka, Farandika sebagai Jay Adiguna, Sandy Pradana sebagai Hananto “Anto” Setiawan, Raihan Khan sebagai Robin Oliando / Culap, Lia Lukman sebagai Silvi Meilani, Sheila Kusnadi sebagai Silvi remaja, Emir Mahira sebagai Panca, Bima Azriel sebagai Panca remaja, Landung Simatupang sebagai Darmo Sumitra, Natalius Chendana sebagai guru, Shindy Huang sebagai Vera Lestama, Kiki Narendra sebagai ayah Rangga.

“Kita pikir kita baik-baik saja. Tapi luka takkan hilang hanya dengan dilupakan.”

Rating versiku : 4/5

Trailer bisa lihat di sini:

 
Share :

admin

Leave a comment

Kembali ke atas
error: Nggak boleh dicopy. Share link saja ya