Judul Film : Budi Pekerti (2023) atau Andragogy (Internasional);
Tgl Rilis : 2 November 2023, 9 September 2023 (TIFF), 25 Oktober 2023 (Jakarta Film Week);
PH : Rekata Studio, Kaninga Pictures;
Genre/Rate : Drama, Keluarga, Slice of Life / 13+;
Negara Asal : Indonesia;
Waktu : 111 Menit;
Pemain : Sha Ine Febriyanti sebagai Prani Siswoyo, Dwi Sasono sebagai Didit Wibowo, Angga Aldi Yunanda sebagai Muklas “Animalia” Waseso, Prilly Latuconsina sebagai Tita Sulastri, Omara Esteghlal sebagai Anggoro “Gora” Sambudi Putra, Ari Lesmana sebagai Tunas Anuraga, Nungki Kusumastuti sebagai Bu Tunggul, Sekar Sari sebagai anggota dewan sekolah, Annisa Hertami sebagai Uli, M.N. Qomaruddin sebagai kepala sekolah
Halo, belum lama ini di bioskop ada pemutaran film Indonesia berkelas dengan kualitas cerita serta penempatan simbolnya terasa seperti film Oscar Parasite, judulnya Budi Pekerti (2023) atau Andragogy. Film ini tayang perdana di Festival Film Internasional Toronto, kemudian menyabet nominasi 16 kategori di FFI 2023 dengan perolehan kemenangan sebanyak 2 kategori. Dengan keempat pemeran utama yang bukan kaleng-kaleng seperti Sha Ine Febriyanti, Angga Yunanda, Prilly Latuconsina dan Dwi Sasono, juga sutradara sekaligus penulis naskah yaitu Wregas Bhanuteja yang pernah membuat film berkelas lainnya- Penyalin Cahaya. Film Budi Pekerti (2023) berkisah tentang tentang video perselisihan seorang guru BK, Prani ketika mengantre di pasar dan menjadi viral di internet. Perkataannya dinilai tak pantas terucap dari seorang guru, sehingga tiap aksi pembelaan dirinya bersama keluarga menjadi bumerang yang perlahan menghancurkan kehidupan mereka yang dulunya berjarak.
Sinopsis Film Budi Pekerti (2023): Perundungan Terhadap Guru di Internet
Film Budi Pekerti (2023) berawal dengan sosok Bu Prani Siswoyo, guru BK (Bimbingan Konseling) di sebuah SMP Yogyakarta. Prani menjadi salah satu kandidat guru yang akan menjadi wakil kepala sekolah. Dia berusaha untuk meraih jabatan itu agar lebih meningkatkan kualitas ekonomi keluarganya. Apalagi Prani memiliki suami yang bipolar (depresi karena berbagai usahanya tak berhasil apalagi setelah pandemi COVID) bernama Didit. Lelaki itu harus beberapa kali pergi ke psikiater dan meminum obat dengan biaya yang lumayan besar. Selain itu sudah beberapa bulan Prani belum bisa membayar sewa rumah karena terkendala biaya. Kedua anak Prani perempuan dan laki-laki. Yang sulung, Tita adalah anggota band indie dan memiliki bisnis thrift shop (menjual baju bekas). Sementara adiknya, Muklas adalah seorang pembuat konten tentang meditasi yang mencontoh perilaku hewan di medsos dengan nama beken ‘Animalia’.
Suatu hari di sela-sela kesibukannya, Prani pergi ke pasar untuk membelikan suaminya kue putu legendaris. Begitu banyak yang mengantri hingga ada beberapa oknum menyerobot antrean dengan memanfaatkan mereka yang sementara dilayani atau sudah dekat antreannya dengan si penjual. Prani kesal dengan hal itu dan akhirnya menegur halus seorang bapak yang terlihat habis bersepeda. Si bapak tidak terima dan malah memarahi Prani balik hingga suasana memanas. Bu Rahayu selaku penjual berusaha melerai keributan dan menyarankan untuk membuat kuenya Prani lebih dulu. Prani yang menjunjung keadilan akhirnya mengalah dan pergi darisitu tanpa membeli. Sebelum pergi Prani berujar ‘ah su’ yang sebenarnya berarti ‘ah lama’, namun rupanya banyak yang merekam kejadian itu dan mengira dia mengumpat pada Bu Rahayu. Rekamannya menjadi viral dan netizen sampai menjadikan ‘sepenggal situasi’ itu beberapa video parodi hingga meme.
Video Klarifikasi dari Prani Malah Membuka Identitasnya
Muklas meminta sang ibu agar jangan berbuat apapun karena banyak yang tidak tahu bahwa orang bermasker dalam video viral itu adalah Prani. Menurut Muklas, hanya orang sekitar Prani saja yang mengenalinya di video tersebut- semisal murid sang ibu yang ‘menyindir’ ketika sedang mengikuti kelas daring. Namun Prani yang merasa dirinya tidak bersalah, tambah lagi Tita yang mendukungnya karena tidak terima dengan perlakuan netizen akhirnya membuat keputusan. Prani mengunggah video klarifikasi di IG dengan bantuan editing dari Tita. Hal ini menjadi bumerang untuk Prani sekeluarga.
Akun IG Prani yang dulunya privat berisi konten untuk para muridnya, kini memang ia pasang dalam mode publik agar video klarifikasinya terlihat. Sayangnya ada wajah Muklas di akun IG-nya dan lelaki itu jadi bulan-bulanan netizen karena sebelumnya berkata tidak mengenal Prani dari video live-nya. Selain itu si bapak bersepeda ikut tampil ke publik karena walau wajahnya di-blur dalam video klarifikasi, namun menurutnya masih terlihat bahwa itulah dia. Bapak itu mengajukan pembelaan berdasarkan versinya- bahwa orang yang dia titipkan membeli kue adalah saudaranya. Selain itu dia mengancam akan melaporkan Prani.
Masalah Satu Selesai, Namun Bermunculan Masalah Lainnya!
Keadaan menjadi lebih sulit, Prani yang semula menjadi kandidat kuat jadi wakasek (apalagi dengan programnya yang bukan menghukum murid tapi memberikan refleksi) malah “diserang” pihak sekolah. Pihak berwenang di sekolah dan yayasan menyayangkan atas video klarifikasinya, bahkan para orangtua murid juga resah. Selain itu timbul berita dari media online, Gaung Tinta yang menggiring opini (framing) seolah Prani menyebarkan virus COVID pada Bu Rahayu sehingga wanita paruh baya itu tidak kelihatan lagi di pasar dan beristirahat di rumah. Tita sampai mendatangi kantor Gaung Tinta, namun ketuanya- Tunas melawan balik gadis itu dengan perkataan pedas hingga dia tak berkutik.
Prani kemudian meng-counter pihak lawan bersama-sama Muklas dan Tita. Sejauh ini mereka berusaha agar Didit tidak mengetahui kerunyaman di luar sana. Tita dan Prani pergi menemui Bu Rahayu. Di ruangan terpisah, Tita mewawancarai Bu Rahayu dan meminta izin kepadanya untuk mengunggah percakapan mereka ke internet. Video itu kemudian menjadi bahan konten dari grup band Tita. Selain itu, Muklas juga mengkonfirmasi bahwa ibunya memang Prani, bahkan sampai menghubungi beberapa alumni untuk bersama-sama berkumpul dalam memberi dukungan dan merekamnya jadi konten pembelaan. Salah satu alumni bahkan berprofesi sebagai aktivis. Respon netizen jadi melunak. Muklas kembali dapat job dan membawa serta sang ibu bahkan Tita sekalian. Didit pun terlihat membaik, memasak untuk keluarga dan menceritakan ide untuk membuka usaha lagi. Selain itu Prani sekeluarga juga pergi makan di luar.
Masalah Pamungkas yang Mengakibatkan Keluarga Prani Harus Mengambil Keputusan
Rupanya nasib buruk kembali menghantui Prani sekeluarga setelah muncul video dari salah satu mantan muridnya, Gora yang terunggah dari akun tempatnya bekerja- Gaung Tinta. Gora ikut berterimakasih pada Prani yang dulunya memberi dia refleksi dengan menggali kubur! Sebelumnya Prani pernah berpapasan dengan Gora ketika mengantarkan Didit ke psikiater. Nah, videonya Gora segera viral dan banyak yang menyayangkan jenis hukuman dari Prani itu. Pihak sekolah, psikolog, netizen sampai aktivis seperti mantan muridnya Prani ikut menyalahkan dia. Keluarga Bu Rahayu juga memberi “hukuman” pada keluarga Prani karena tidak terima dengan videonya Tita. Rekan band Tita juga sampai marah padanya. Video Gora juga menghilang dan Prani sekeluarga kesulitan mencari tahu tempat lelaki itu berada.
Puncaknya, Didit menghilang karena kemungkinan mengetahui masalah yang membelit Prani, hingga kedua anaknya mendesak sang ibu untuk menyerah saja (membuat konten permintaan maaf) demi kepulangan ayah mereka. Semua terasa chaos! Akankah Didit kembali? Bagaimana mereka dapat menemukan Gora dan meminta konfirmasi mengenai efek hukuman gali kubur? Akankah Prani menjadi wakasek dan bisa menyelesaikan permasalahan yang membelitnya bersama keluarga? Apakah memang hukuman refleksi dari Prani baik adanya?
Plot dan Penokohan Film Budi Pekerti (2023) yang Kuat Serta Berkarakter
Film Budi Pekerti (2023) termasuk ajang reuni dari dua aktor dalam film Mencuri Raden Saleh, Angga dan Dwi. Selain itu ada dua artis hebat lainnya, Ine dan Prilly. Chemistry mereka sebagai keluarga cukup kuat. Akting Ine di film ini begitu membius, plus jalan cerita yang membuat sesak dada, hingga selesainya masih membuatku terkagum-kagum. Ine sangat menyatu dengan karakternya, dari tatapan matanya hingga beberapa gestur. Aku paling suka gesturnya ketika adegan memarahi si bapak bersepeda, kekecewaannya pada Muklas dengan memati-nyalakan ring light, serta kesedihannya di atas tempat tidur sambil memakai headset dan mendengarkan suara ‘bodoh bodoh bodoh’. Ada Prilly yang men-challange dirinya dengan mengikuti arahan Wregas dengan menangis dari mata kiri. Selain itu sang sutradara memintanya agar sering berekspresi datar dan bukan meledak-ledak seperti kebanyakan peran yang Prilly ambil. Adegan yang kusuka dari Prilly yaitu ketika dia marah-marah sambil melemparkan makanan ikan ke beberapa bak berisi air.
Angga yang sering tampil sebagai lelaki kalem, di film Budi Pekerti seperti Mas Jamet dengan potongan rambut pendek tanpa poni serta pirang, bertindik telinga dan badan yang berisi. Penuh totalitas Angga sampai menaikkan berat badannya hingga 15 kg. Dia mampu membawakan karakter sebagai kreator muda yang melakukan apa saja agar bisa mendapatkan banyak job. Selain itu ada Dwi yang penampilannya tidak banyak, namun membawakan karakter orang depresi dengan sangat meyakinkan. Ada juga salah satu pemeran pendukung yang sangat menonjol yaitu pemeran Gora- Omara. Ekspresinya yang ‘agak lain’ sungguh sangat meyakinkan! Mulai dari caranya berbicara hingga gerak-gerik yang terasa menyesakkan sebagai mantan anak asuh. Paling dark ketika dia melakoni adegan berendam di kolam toilet. Selain itu ada Ari yang berperan menjadi sosok berpengaruh di media daring. Aktingnya yang menampilkan wajah datar namun dengan perkataan dan gestur mengintimidasi dalam menggerakkan smartphone-nya, itu juga terasa mengerikan.
Gerak, Dialog dan Tatapan yang Menyatu Pada Setiap Tokoh
Pengembangan karakter tiap tokoh sangat terlihat dari Prani dan anggota keluarganya. Mulai dari Prani yang sejak awal meyakini prinsip-prinsip hidupnya sebagai seorang guru, kemudian mulai berpikir metode refleksinya bisa saja berdampak tak normal. Ataupun Muklas yang sempat tidak mau mengakui ibunya di video live, kemudian berbuat berlebihan ketika sang ayah tiba-tiba menghilang lalu di ending dia melepaskan apa yang selama ini menjadi kebanggaannya. Atau Tita yang merasa “tertampar” dengan perilakunya sendiri ketika Gaung Tinta memperingatkannya, bahkan rekan-rekan band pun ikut menjauh, namun kemudian dengan berbagai usaha dia memilih untuk tetap di sisi keluarganya. Ada juga Didit, sang kepala keluarga yang rupanya berusaha mencari bantuan. Dia berupaya keluar dari depresi demi keluarganya.
Karakter yang Wregas bangun tampak nyata dan solid, dengan keseharian Prani yang melakukan segala cara untuk memperbaiki perekonomian keluarga. Orang-orang seperti keluarga Prani bisa saja ada di sekitar kita. Alur ceritanya rapi, kadang film berbicara tanpa kata. Dengan gerak-gerik juga tatapan, kita seperti berada di dalam film, merasa seperti Prani yang hidupnya mendadak berantakan dan tak sesuai ekspektasi. Namun kita harus benar-benar menyimak film ini agar bisa memahami keseluruhan cerita dan memaklumi endingnya. Tenang saja, film ini tidak membosankan karena kadangkala terselip komedi bahkan dari tingkah teman-teman Prani ketika latihan lompat tali untuk perlombaan. Lagunya saja kocak.
Makna Simbol yang Ada Serta Sinematografi yang Memukau
Selain karakter, latar serta gerakan bahkan kostum seperti mengisahkan apa yang ada di film ini. Mulai dari kostum mengajar dan baju kesehariannya Prani, masker hingga helm berwarna kuning dan hal lain berwarna biru yang sengaja Wregas pilih seperti warna kover buku pelajaran Pendidikan Moral Pancasila dulu. Secara teknis juga, berbagai video editan yang tampil tampak mulus di layar. Beberapa tampak lucu sehingga membuat seisi studio tertawa. Dari gerakan, misalnya Prilly yang Wregas minta untuk menangis dari mata kiri karena bermakna rasa sakit dan kepedihan. Atau ketika Muklas melepas barang berharganya di rumah lama yang berarti dia mau move-on. Bahkan di endingnya ada adegan Tita memberikan makan bakso satu-persatu keluarganya di bawah hujan deras, melewati jembatan dan berpindah ke tempat lain dengan dua kendaraan. Itu sangat realistis. Ada kalanya kita berada di titik terendah dan keluargalah yang akan menerima kita bersama-sama. Kalau sulit, pindah tujuan.
Para pemain juga diajar berdialek dalam bahasa Jawa karenanya ada subtitle bahasa Indonesia. Dari sisi sinematografi, film ini sangat indah karena menyorot jalan-jalan dan perkampungan Yogyakarta dengan sisi tradisional (kue putu di pasar) dan modern (misal teknologi yang Muklas, Prani serta Tita pakai) yang menyatu. Apalagi pemandangan yang terambil dari atas ketika ending, itu kelihatan megah. Adegan murid-murid yang mengantar Prani pergi juga sangat dalam, indah sekaligus menyesakkan. Scoring dan lagunya terlebih di adegan akhir makin membuat kesedihan terasa nyata.
Film Budi Pekerti (2023) Kaya Akan Makna
Secara keseluruhan film Budi Pekerti (2023) sangat bagus! Tema yang jarang terangkat di Indonesia yaitu cyberbullying, cerita yang terasa nyata dan bisa saja terjadi (mengandung slice of life), juga banyak pembelajaran yang bisa kita petik. Beberapa di antaranya :
- Kita harus menghentikan cyberbullying atau perundungan lewat internet karena bisa berdampak luas bukan hanya pada si target, tetapi juga keluarganya. Selain itu, hal yang terunggah belum tentu benar kejadiannya, bisa editan atau hanya sepenggal saja yang muncul sehingga dapat menimbulkan prasangka buruk. Ingat, tidak semua di internet adalah benar adanya!
- Hentikan kebiasaan menghakimi orang lain. Tiap orang memiliki mental yang berbeda-beda. Bahkan dalam kasus guru BK sekalipun, untuk memberi pengajaran pada murid perlu ada kajian dan izin khusus dari pihak sekolah. Guru juga manusia, bisa salah bisa benar.
- Smartphone bisa jadi senjata maka bijaklah dalam menggunakannya.
- Jika kita menuliskan berita atau mengunggah suatu hal ke internet, berpikir lebih dahulu apa baik-buruknya. Terlebih bukan untuk membuat clickbait dan mencari keuntungan semata lalu merugikan orang lain.
- Keluarga adalah orang terdekat yang biasanya paling mengetahui dan menerima kita, apapun kondisinya- baik ketika sukses maupun sedang terpuruk. Perlakukanlah anggota keluarga dengan baik dan saling menyayangi satu sama yang lain.
- Mungkin lebih baik kita tidak mengklarifikasi masalah yang terjadi dalam hidup melalui internet. Walau masalahnya muncul di sana. Lebih baik menyelesaikan langsung dengan orang-orang yang terkait, karena dunia internet luas sehingga masalah demi masalah bisa muncul layaknya efek domino.
- Kebenaran dan keadilan kadang tidak mudah diterapkan di dunia. Banyak hal yang menjadi pertimbangan, misalnya dalam kasus Prani sendiri, sekolah tidak bisa berbuat apa-apa ketika keadaan makin chaos. Orangtua murid dan Yayasan perlu solusi nyata.
Hidup Kadang Terasa Kejam dan Tak Adil?
Aku suka dengan film ini karena memiliki ending yang pas, walau memang rasanya belum ada keadilan untuk Prani. Namun kadang begitulah hidup, kita harus menerima dan meyakini bahwa Tuhan pasti akan memberikan buah baik yang berperilaku buruk maupun baik. Selama masih hidup, roda atau masa kita pasti akan terus berputar. Bisa terpuruk, berikut jadi sukses. Film ini juga cukup berani dengan ide refleksi ‘gali kubur’ dan kemudian pada akhirnya kita akan menyadari bahwa kebanyakan dalam hidup bukan hitam-putih, tetapi lebih ke dalam area abu-abu. Kita juga jadi mempertanyakan apa metode yang Prani ajarkan sudah tepat (seperti perkataan bodoh yang terulang-ulang dan ternyata tak berdampak pada si tanaman)? Apalagi beliau tidak meminta persetujuan pihak sekolah atas metode-metodenya.
Fyi, ketika SMP setiap mata pelajaran ada murid yang terpilih sebagai ketua bidang studi. Aku pernah menjadi ketua studi dari mapel BK. Karena itu film ini terasa berkesan untukku dan beneran sepenting ini mata pelajarannya karena mengajarkan pentingnya bersikap moral yang baik. Kalau sudah tidak ada lagi, semoga sekolah-sekolah kembali menyediakan mapel BK dengan guru yang berkompeten di bidangnya. Ayo nonton film Budi Pekerti (2023) selagi masih ada di bioskop, ajak anggota keluarga atau teman-temanmu karena film ini sangat berkualitas dan penuh pesan moral 🙂
Quotes Menarik dari Film Budi Pekerti (2023)
Beberapa quote menarik yaitu:
“Kalau kamu dituduh yang salah, masa kamu diam saja?” ~ Tita
“Ekosistem media sosial sangat banyak dengan yang namanya hoax dan kita harus melawan itu semua!” ~ Uli
“Salah atau benar itu cuma perkara siapa yang paling banyak ngomong.” ~ Muklas
“Di dalam dunia yang berisik, kita hanya perlu mendengarkan suara hati sendiri.” ~ Muklas dan Prani
Rating versiku : 5/5
Trailer berikut ini :