Sinopsis dan Review Film How to Make Millions Before Grandma Dies (2024), Cucu yang Berharap dapat Warisan Karena Merawat Neneknya yang Divonis Kanker
Judul Film : How to Make Millions Before Grandma Dies (2024) ~ หลานม่า;
Tgl Rilis : 4 April 2024, 15 Mei 2024 (Indonesia), 12 September 2024 (Netflix);
PH : Jor Kwang Films, GDH, Netflix;
Genre/Rate : Drama, Family, Comedy, Slice of Life / 10+;
Negara Asal : Thailand;
Waktu : 125 Menit;
Pemain : Putthipong “Billkin” Assaratanakul sebagai M, Usha “Taew” Seamkhum sebagai Nenek Mengju, Sarinrat “Jear” Thomas sebagai Chew (ibu M), Sanya “Duu” Kunakorn sebagai Kiang, Pongsatorn “Phuak” Jongwilas sebagai Soei, Himawari Tajiri sebagai Rainbow (anak Kiang), Tontawan “Tu” Tantivejakul sebagai Mui, Duangporn Oapirat sebagai Pinn (istri Kiang)
Ulasan Film How to Make Millions Before Grandma Dies (2024), Kisah Hubungan Nenek bersama Keluarganya yang Menyayat Hati
Halo, sebenarnya aku ingin nonton film How to Make Millions Before Grandma Dies (2024) atau หลานม่า (Lahn Mah) ini di bioskop beberapa bulan lalu, tapi takut nangis-nangis kejer mending tunggu di aplikasi streaming saja. Eh beneran, akhirnya ada di Netflix. Dugaanku terbukti, dari awal sampai akhir tangisanku tumpah ruah. Sutradaranya seorang debutan bernama Pat Boonnitipat, yang menulis naskahnya bareng Thodsapon Thiptinnakorn (yang nulis Suckseed, The Con-Heartist dan Friendzone ketiganya bagus). Beberapa pemeran, mulai dari sang nenek ternyata merupakan debutan di film ini, berikut ada M (Billkin) yang banyak main series bergenre BL, si Mui (Tontawan) yang pernah main di F4 versi Thai dan Soei (Phuak) yang banyak main film- salah satunya Pee Mak. Film ini sendiri memiliki premis sederhana namun penuh arti, khas slice of life yang biasanya kulihat di perfilman Jepang. GDH juga sering mengeluarkan cerita bagus dan berkesan, sehingga film ini tentu sangatlah potensial.
Film How to Make Millions Before Grandma Dies (2024) berkisah tentang seorang cucu laki-laki bernama M, seorang streamer game yang kurang laku memutuskan untuk merawat sang nenek yang divonis mengidap penyakit kanker dan tak berusia lama. M terinspirasi dengan saudara sepupunya yang merawat sang kakek kemudian mendapatkan warisan rumah mewahnya. Sebelum neneknya meninggal, M yang cuek kemudian berusaha memenangkan hatinya agar mendapatkan rumah warisan.
Vonis Hidup Amah yang Hanya Setahun Lagi Membuat Keluarganya Gempar
Film Thailand berjudul How to Make Millions Before Grandma Dies (2024) ini bermula dengan adegan di kuburan, seorang nenek bernama Mengju yang berusia 79 tahun bersama keluarganya pada hari Menyapu Makam. Nenek yang dipanggil ‘Amah’ ini meminta cucu laki-lakinya, M untuk menaburkan bunga dengan benar. M sibuk bermain game dan terkesan cuek, bahkan sampai Amah turun tangan untuk menabur bunga dan akhirnya terjatuh. Ketika itu ada ibu M- Chew yang merupakan anak kedua dan bekerja di pasar swalayan. Ada anak laki-laki tertua yang sukses dalam dunia saham- Khiang yang istri dan anak perempuan kecilnya- Rainbow tidak ikut datang karena sibuk. Mereka memang tinggal cukup jauh dari daerah itu. Ada anak bungsu Amah bernama Soei yang kerjanya mereparasi mesin namun suka berjudi. Sebelum mereka di makam leluhur yang berdempet, Amah berdoa terlebih dahulu di suatu makam tunggal yang harganya sekitar sejuta per kavling. Impian Amah untuk dimakamkan di tempat seperti itu.
Amah yang terjatuh rupanya menjadi alarm buat keluarganya. Dokter yang memeriksa mendapat hasil kurang mengenakkan, Amah terkena kanker usus stadium empat dan harapan hidupnya hanya tinggal setahun. M adalah cucu laki-laki yang dropout dari kampus dan kesehariannya menjadi seorang streamer game. Penontonnya sangat sedikit sehingga dia sulit mendapatkan uang. Dia sendiri berkeinginan untuk membeli komputer baru agar lebih bagus dan bisa memancing banyak penonton. Tentu saja sang ibu yang pas-pasan tidak bisa memenuhi keinginan M. Sepupu dari keluarga ayahnya M, Mui, menjadi perawat pribadi sang kakek hingga meninggal dunia dan mendapatkan warisan rumah mewahnya. Sementara untuk M hanyalah sabuk perak. M akhirnya mendapat ide, terinspirasi dari Mui.
Sang Cucu, M Pindah ke Kediaman Amah untuk Merawatnya
M mendatangi rumah Amah yang cukup kuno di pinggir kota, sebelumnya dari stasiun hingga di depan dia memotret semuanya. Dia menuliskan beberapa kata menarik yang menggambarkan rumahnya Amah untuk menjadi bahan jualannya di media sosial. Amah menyambutnya dengan datar, terlebih beberapa kali permintaannya tak dibuat M dengan benar. M mencari Mui lagi untuk meminta saran agar mampu menarik hati Amah.
M kemudian pindah ke rumah Amah. Semula Amah tidak setuju M muncul di sana. Lantas M menceritakan kondisi Amah sebenarnya yang terkena kanker, hanya saja ketiga anaknya tak mau mengatakan hal itu. Dia ingin berbakti pada Amah. Membantu neneknya itu naik tangga karena tidak mau tidur bareng dengannya di bawah, sampai bangun pagi (walau alarm berbunyi sekitar jam 4 tapi dia matikan hahaha) untuk menemani Amah berjualan bubur di dekat rumah. Pulang dari berjualan, Amah melewati sebuah rumah dan memanggil temannya. Seorang lanjut usia pula dengan penyakit kanker, tampaknya sudah gundul karena memakai topi rajut. Amah membisikkan penyakitnya pada sang teman, lalu temannya itu memberi dukungan bahkan mengatakan Amah patut bersyukur karena ada cucu yang menjaganya. M ikut menemani Amah pergi berjalan ke bank untuk menyetor uang. Namun Amah tidak ingin dia masuk ke dalam bersamanya.
Niat Hati M yang Mengincar Rumah Amah
Para anak Amah berkumpul lagi di rumahnya. Amah sampai meminta bermain kartu bersama, namun mereka masing-masing memiliki kesibukan. Kemudian Amah cerita kalau dia sudah tahu penyakitnya dan tidak ingin membebani mereka. Amah bisa pergi ke dokter sendiri. Eh, Kiang dan Soei malah saling melempar tuduhan. Rainbow menjadi penenang keadaan yang mulai panas, dia mendekati Amah dan mengatakan padanya, bahwa ketika besar mau menjadi dokter agar bisa menyembuhkan sang nenek. Sedih banget! Pada akhirnya Chew menawarkan diri untuk mengantarkan Amah berobat. M mulai memerhatikan para anak Amah, termasuk sang ibu. Dia takut rumah warisan tidak akan jatuh kepadanya XD
Chew menukar shift-nya menjadi malam hari (yang membuatnya lembur hingga subuh) agar paginya bisa menemani Amah berenang (disuruh dokter untuk olahraga) dan kemo pada siangnya. Namun M menceritakan pengorbanan ibunya itu di depan Amah sehingga sang nenek jelas menolak. Amah tidak mau Chew nantinya akan sakit karena hanya sedikit waktu untuk beristirahat. Dia juga menyinggung pengorbanan Chew yang putus sekolah untuk menemaninya berjualan bubur. Akhirnya M menawarkan diri pada ibunya untuk menemani Amah ke RS sebagai perwakilannya.
M Mulai Berhasil Menarik Hati Amah
Pertama kalinya ke RS, M meminta Mui untuk menemani dan memberitahukan mekanisme pengobatan. M sampai kaget karena harus antri panjang dengan sendalnya sendiri. Amah makin mempercayai M. Memintanya menyimpan uang di rak, juga menemaninya ke kamar. Malamnya M terbangun kaget karena Amah yang berdoa di depan patung Dewi Kwan Im. Amah mengaku kalau orangtuanya mulai ada di mimpinya. M merasa Amahnya resah dan meminta mereka tidur bersama saja di bawah. Disitulah Amah mengucapkan terimakasih. Manis banget interaksi mereka 🙂
M juga makin mahir membuat bubur karena ajaran Amah. Ketika Amah kurang sehat, M membantu mengelapnya dengan kain basah dan memasangkan CCTV di tempat persembahyangan Amah pada Dewi Kwan Im. Tujuannya agar bisa mengawasi sang nenek yang lalu-lalang, apalagi daerah itu dekat dengan tangga. Soei datang ke rumah Amah untuk memasangkan pegangan di kamar mandi. Namun dia juga mengambil makanan dan meminta uang dengan cium-cium paksa. Bahkan buah delima yang terbungkus di pohon juga direnggutnya, mengeluh kalau Amah menyimpannya hanya untuk Kiang saja. Amah sampai berkata dengan lirih dan terdengar M, bahwa anak-anaknya, apalagi Soei kalau datang pasti ada sesuatu (masalah gitu). Kalau tidak, berarti sedang baik-baik saja.
Kiang Mengajak Sang Ibu untuk Tinggal di Rumahnya
Suatu kali, Kiang datang dan mengajak Amah pergi ke rumahnya yang lebih bagus untuk pertama kali (keterlaluan nih anak model begini, kemana aja lo selama ini!). Kiang mempersiapkan tempat tidur nyaman dengan TV terkoneksi internet sehingga Amah bisa menonton opera seharian. Namun M berusaha meyakinkan Amah untuk tetap tinggal di rumah tuanya sendiri karena lebih dekat dengan RS tempatnya menjalani kemoterapi rutin.
Di lain waktu, Kiang mengajak keluarganya dan Amah serta M pergi ke sebuah kuil. Tempat itu penuh kenangan karena Amah pernah kesana bersama ketiga anaknya semasa kecil. Naik tangga pun dengan sandal sempit yang ternyata benar pemberian Kiang, membuat kakinya lecet dan M menyadarinya. Amah kembali kecewa karena permohonan yang tertempel di kuil dari Kiang dan keluarganya tidak ada sangkut-paut dengannya. Sementara Amah sendiri selain mendoakan dirinya agar bisa sembuh, juga mendoakan kesuksesan anak serta cucunya. M agak kesal karena Amah terlihat baik-baik saja, padahal jelas-jelas Kiang tidak peduli padanya. Doa M pun bahkan tentang Amah agar bisa menang lotre sesuai kata-katanya yang sambil menghitung ketika menaiki tangga tadi (walau yah mungkin harapannya bisa kena ciprat juga haha). Tapi dari sini terlihat M makin menyayangi Amah.
M hanya diam di dalam kereta. Ketika turun, Amah mengatakan kalau kakinya sakit dan ingin mengganti sandalnya. Akhirnya Amah melepas sandal pemberian Kiang itu karena memang sudah tidak muat. M membawanya ke toko dan memberikan berbagai sandal untuk dicoba Amah. Disitu Amah mempertanyakan perbuatan M selama ini seperti menanam untuk menuai benih gitu. M menjawab bahwa dia sama seperti Kiang, mau jadi cucu sejatinya Amah 🙁
Kenyataan Pahit dari Soei dan M Sendiri
Rambut Amah mulai rontok karena efek kemoterapi. M berusaha menghiburnya dengan memperlihatkan filter HP yang bisa membuat Amah terlihat lebih muda, seperti di-makeup dan juga botak. Mereka berdua tertawa, Amah terlihat sangat terhibur. Rambut Amah akhirnya beneran tidak ada lagi. Selain itu M jadi makin jago membuat bubur diawasi Amah langsung yang memberinya petuah agar menguasai sesuatu untuk bisa hidup nyaman. Selain itu mereka bermain kartu bersama, saat itulah Amah memberitahu bahwa dia senang ada M di rumah, rasanya seru :))
Anak-anak Amah tidak muncul lagi. Amah kemudian menyadari beberapa ratus ribu baht-nya hilang dan M menunjukkan hasil CCTV-nya bahwa sang pamanlah, Soei yang mencurinya. M lantas pergi menemui Soei dan berusaha menyadarkan sang paman yang tidak tahu diri. Mencuri uang ibunya sendiri yang hanya penjual bubur dengan hasil tak seberapa per bungkusnya. Soei mengakui bahwa dia khilaf karena terjerat utang dan M akhirnya memberi dia sabuk perak untuk dijual dan memintanya jangan kembali ke rumah Amah dalam waktu yang lama. M juga mengarang cerita ke Amah kalau Soei telah pergi mencari pekerjaan di daerah lain.
Ada orang yang datang mengetuk pintu rumah Amah dalam waktu yang lama. M mengira orang itu pastilah penagih utangnya Soei, sehingga Amah ingin keluar untuk menghadapi orang itu. Rupanya orang itu datang karena melihat iklan penjualan rumah tersebut yang diposting si M. Walau Amah mengetahui hal itu, dia bersikap biasa kepada M dan tak mengungkitnya. Amah malah memakaikan M kemeja putih yang dia beli agar bisa mencari pekerjaan yang layak ke depannya 🙁
Kasih Seorang Ibu Tanpa Batas Kepada Anak dan Cucunya
Amah meminta M menemaninya pergi ke rumah sang kakak yang ternyata begitu mewah. Sayang permintaan Amah untuk kuburan bagus harga sejuta tidak dipenuhi sang kakak. Amah malah diusir dan suaminya pun dikatai seorang yang payah. M mempertanyakan kenapa sang nenek ingin sekali punya tanah pemakaman bagus. Balasan Amah-nya cukup menyayat hati, bahwa dia ingin keluarganya berkumpul dan menebar bunga dengan baik. Orang juga akan berpikir keturunannya berbakti padanya.
Amah mulai merintih kesakitan di malam hari, sampai memanggil-manggil orangtuanya. M berusaha menenangkannya. Amah sudah tidak lagi kemoterapi dan hanya perlu minum obat-obatan saja. Chew menangis karena kata-kata dokter bahwa mereka harus mengikhlaskan sang ibu. Amah sampai menginap di RS. Kiang datang dan menanyakan sertifikat rumah pada Chew. Rupanya jawaban Chew hanya untuk mengecoh, dia memberikannya pada Soei sesuai permintaan Amah. Amarah M tersulut, dia bertanya pada Amah ketika sedang berdua saja, apa sikapnya selama ini tidak bisa membuatnya jadi nomor satu. Amah berkata dengan lirih bahwa perlakuan M selama ini baik, malah sangat baik. M pergi dengan kesal meninggalkan Amah yang menoleh sambil menangis di atas kursi rodanya :((
Walau rumah itu telah dijual Soei dan mampu melunasi utang-utangnya, uang sisa yang ia tawarkan pada M tak diambil. Soei memasukkan Amah ke sebuah panti jompo, karena ia sendiri tidak mampu merawatnya sendirian. Kiang juga marah pada Amah karena tidak mendapatkan warisan rumah. Apakah M dan ibunya, atau bahkan Kiang akhirnya menjaga Amah hingga akhir hayatnya? Apakah M benar-benar tidak mendapatkan sesuatu dari Amah?
Cerita Sederhana, Realistis dan Penuh Makna
Premis ceritanya memang sederhana, namun begitu dekat dengan kehidupan sehari-hari. Kalau di Indonesia, mungkin mirip dengan film Budi Pekerti. Ini tidak terasa seperti film, malah terasa seperti jurnal bergerak. Emosinya dapat, maknanya dapat. Apalagi di kultur keluarga Asia, walau bukan keturunan Tionghoa sekalipun, cerita dari film ini pasti sangat dekat dengan kehidupan kita orang Indonesia. Bagaimana hubungan nenek dan anak-anak juga para cucu. Nenek dengan kakaknya. Hubungan ayah-ibu, ayah-ibu terhadap anak, anak terhadap orangtuanya, cucu kepada nenek begitupun sebaliknya. Kadang ada kekakuan dalam hubungan keluarga Asia. Sulit memberitahu perasaan sebenarnya kepada anak, jadi seringkali dipikir bertindak pilih kasih. Kesibukan anak yang jarang pulang menjenguk orangtua. Namun ketika orangtua lanjut usia, anak-anak mulai mendekat entah memang tulus ingin berbakti, atau mengharapkan warisan pula.
Beberapa adegan di film ini sangat menyentuh. Dari awal hingga ending, aku sulit menghitung berapa kali airmata ini mengalir saking seringnya hahaha. Sehabis nonton, mataku memerah, hidungku meler-meler semalaman. Film ini terasa sangat personal untukku yang memiliki darah Tionghoa dari pihak ibu. Budaya patriarki masih terlihat, seperti anak perempuan yang putus sekolah demi ikut mencari nafkah dan anak lelakilah yang akhirnya meneruskan pendidikan. Nenek yang berpakaian bagus menanti anak-anaknya datang. Meminta main kartu bersama namun para anak punya kesibukan sendiri. Memasakkan banyak makanan untuk keluarga namun tidak habis, dan malah dia habiskan sendiri setelahnya. Adegan cucu memandikan dan mengancingkan baju sang nenek. Menantu yang tak dekat dengan keluarga dari pasangannya. Endingnya walau dapat ditebak, namun eksekusinya bagus. Kasih seorang ibu tanpa batas, selalu memberi dan tak berharap kembali.
Akting Natural yang Mampu Membuat Kita Terhanyut
Akting para pemainnya bagus banget. Walau debutan, nenek Taew tampak sangat alami memerankan Amah. Tatapannya menyimpan banyak rasa, adegan tangisnya juga bikin pedih hati. Billkin sendiri juga sukses memerankan M, dari sosok yang cuek lalu berubah, baik tatapan dan gesturnya menjadi begitu peduli pada Amah. Ketulusannya terasa. Chemistry mereka berdua sangat dalam dan ini menjadi kekuatan dalam film ini, terlepas dari ceritanya. Dialognya bagus-bagus, terlebih bagian dimana M membantah perkataan Amah-nya. Agak logis, walau memang setidaknya bisa bicara dengan lebih sopan karena bagaimanapun Amah masih berpikir ala orang dulu. Juga ketika Amah mengatai M dengan tidak berguna tapi pakai bahasa Mandarin hahaha. Para pemeran pendukung juga mengisi porsi mereka masing-masing dengan baik, ada Chew yang dilematis menjadi seorang putri penuh rasa tanggungjawab mengurus ibunya. Pemeran Kiang juga bisa membuat kesal, apalagi Soei yang tidak berguna malah menambah beban keluarga.
Sinematografinya Memiliki Warna yang Hangat, Scoring-nya Enak di Telinga
Dari sisi sinematografi, film ini sangat indah menunjukkan sudut-sudut pinggiran kota. Jalan yang dilalui pejalan kaki, kereta yang lewat dengan beberapa toko yang kental akan budaya Tionghoa. Tak lupa, rumah lawasnya Amah yang tampak hangat. Warna atau tone film ini juga hangat dengan dominan warna hijau oranye. Ada simbol seperti buah delima yang menurut orang Tionghoa berarti lambang kesuburan, kelimpahan atau masa depan yang diberkati. Cocok dengan harapan Amah untuk M. Baju para pemain juga tampak natural apa adanya, menunjukkan status sosial Amah (dasternya itu loh!) dan keluarganya yang biasa-biasa saja. Bagian scoring-nya juga indah dengan dentingan piano yang membuat suasana haru makin haru.
Ada beberapa poin yang terasa kurang di film ini, bersifat SPOILER :
- Beberapa adegan terlalu cepat ke adegan yang lain. Misalnya dari pemberian sertifikat rumah pada Soei, lalu ke bagian panti jompo. Tidak ada pergelutan konflik di situ, apa Kiang, Chew dan Soei telah berbicara lebih dahulu? Sikap M yang sedemikian cepat berubah dari kesal lalu menjemput Amah.
- Nasib M selanjutnya setelah Amah meninggal. Uang kaget yang ia terima dan menjadi hadiahnya untuk Amah apakah masih ada sisa? Apa dengan uang itu bisa dia gunakan untuk membeli komputer baru? Atau apa pekerjaan M kelak? Padahal akan lebih baik jika ada konklusi. Alasan M merawat Amah kan pada awalnya karena butuh uang.
Makna Mendalam dari Film How to Make Millions Before Grandma Dies (2024)
Dari film How to Make Millions Before Grandma Dies (2024) ini memberikan kita pelajaran untuk menyayangi orang, terlebih keluarga dengan tulus. Bukan mencintai karena warisan atau karena takut kehilangan akan orangtua yang mulai berumur dan akan segera meninggal. Sediakan waktu untuk pulang atau menelepon orangtua. Selain itu, janganlah menambah beban bagi keluarga. Bekerja dan berusaha. Begitupun pelajaran untuk orangtua, agar membangun komunikasi sehingga anak juga paham akan kesulitan dan kesedihan yang dialami. Bersikap tegas agar anak tidak manja dan menjadi mandiri. Untuk kamu yang suka film bergenre drama keluarga yang dekat dengan kehidupan sehari-hari, film How to Make Millions Before Grandma Dies ini sangat kurekomendasikan, nonton hanya di Netflix 🙂
Quotes menarik dari film How to Make Millions Before Grandma Dies (2024) :
“Kau tahu apa yang diinginkan kaum lansia, tapi tak pernah didapat dari anak mereka? Jawabannya waktu, M.” ~ Mui
“Burung yang bangun pagi mendapatkan cacing.” ~ Amah
“M, kau menabur benih untuk menuainya juga, bukan?” ~ Amah
“Setiap jenis pekerjaan mengarah pada kelahiran pemenang. Kau hanya perlu menguasainya. Maka kau bisa hidup dengan nyaman.” ~ Amah
“Amah ingin tanah yang bagus agar keturunan Amah makmur. Orang akan melihatnya dan berpikir kalian berbakti. Jika Amah punya tanah pemakaman indah, mungkin kalian akan ingin berkumpul.” ~ Amah
“Menjadi pemberi terasa jauh lebih baik daripada penerima.” ~ Chew
Rating versiku : 5/5
Trailer film How to Make Millions Before Grandma Dies (2024) berikut ini :