[Sinopsis & Review Film Dokumenter] Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023), Dokumenter True Crime Pertama Netflix dari Kasus Sianida di Indonesia

Judul Film Dokumenter : Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023);

Tgl Rilis : 28 September 2023;

PH : Netflix, Beach House Pictures;

Genre/Rate : Documenter Film, Criminal, Mystery / 18+;

Negara Asal : Indonesia;

Waktu : 86 Menit;

Tokoh Film Dokumenter :

  • Jessica Kumala Wongso
  • Edi Darmawan Salihin – ayah Wayan Mirna Salihin
  • Timothy Marbun – jurnalis dan presenter
  • Otto Hasibuan – pengacara Jessica
  • Made Sandy Salihin – saudari kembar Mirna
  • Devi Siagian – manajer kafe Olivier
  • Rangga Saputro – barista kafe Olivier
  • Vera – sahabat Mirna
  • Sherren – sahabat Mirna
  • Fristian Griec – jurnalis
  • Jaja – pengamat kasus kriminal
  • Dale – pengamat kasus kriminal
  • Arief Soemarko – suami Mirna
  • Edward Omar Sharif Hiariej – Wakil Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia & profesor dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada
  • Hardly Stefano – Komisaris Penyiaran Indonesia
  • Sandy Handika – jaksa penuntut umum
  • Wahyu Oktaviandi – jaksa penuntut umum
  • Meylany Wuwung – jaksa penuntut umum
  • Ardito Muwardi – jaksa penuntut umum
  • Erasmus Napitupulu – Direktur Eksekutif Lembaga Reformasi Peradilan Pidana
  • Djaja Surya Atmadja – dokter patologi forensik
  • Budi Budiawan – ahli toksikologi kimia dari Universitas Indonesia
  • Yudi Wibowo – tim kuasa hukum Jessica (sekaligus sepupunya)
  • Reza Indragiri – psikolog forensik
  • Dewi Haroen – psikolog
  • Marcella Zalianty – artis sinetron
  • Hidayat Bostam – tim kuasa hukum Jessica

Halo, saat ini lagi viral film dokumenter Netflix berdasarkan kasus nyata kriminal di Indonesia tentang kopi bersianida tahun 2016 silam, berjudul Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023). Disutradarai oleh Rob Sixsmith (The Raincoat Killer: Chasing a Predator in Korea), film dokumenter ini menceritakan kasus meninggalnya seorang wanita, Mirna Salihin yang dibunuh menggunakan sianida dalam kopi oleh sahabatnya sendiri, Jessica Wongso. Mengambil sudut pandang dari dua pihak, film ini merangkum beberapa dokumenter persidangan serta wawancara terbaru bahkan beberapa hal yang sebelumnya tidak ada di media mengenai kasus kopi sianida tersebut.

Awal Mula Film Dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023) 

Film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023) berawal dengan narasi pembuka mengenai vonis putusan pengadilan setelah hampir 10 bulan meninggalnya Wayan Mirna Salihin yang menetapkan Jessica Kumala Wongso sebagai terdakwa tunggal pembunuh perempuan itu. Namun persidangannya masih menyisakan pertanyaan dari banyak orang: bagaimana Mirna meninggal dan benarkah itu adalah kasus pembunuhan? Karena cukup banyak hal menggantung, terlebih tak pernah ada bukti kuat bahwa Jessica melakukan hal kejam itu.

review film dokumenter ice cold murder coffee and jessica wongso

Babak pertama adalah wawancara bersama ayah Mirna yaitu Edi Darmawan Salihin. Dengan penampilan rapi dan tampak mendominasi, Edi juga membawa pistol terkunci yang ia selipkan ke dalam pakaiannya. Edi bercerita mengenai Mirna yang mempunyai sifat keras kepala mirip dengan dia. Mereka sering adu pendapat, namun Edi cukup terpukul mengetahui hal mengerikan dari meninggalnya sang putri pada tanggal 6 Januari 2016 di Kafe Olivier (Mall Grand Indonesia, Jakarta).

Saudara kembar Mirna, Made Sandy Salihin kini tinggal di pedesaan Jerman bersama suami dan anak-anaknya. Dia menceritakan impian Mirna yang ingin membuka kafe bersama karena mereka adalah pecinta kopi. Walau begitu Sandy berusaha untuk move on. Dia juga merasa miris karena kembarannya meninggal di tangan sahabatnya sendiri.

edi salihin dan made sandy
Edi Darmawan dan Sandy Salihin

Kronologi Kejadian di Kafe Olivier

Dokumenter kemudian mengarah pada tempat kejadian perkara, kafe Olivier yang mengusung konsep premium karena ada bar juga untuk orang bercengkerama. Peraturan seperti berpenampilan baik dan rapi, bahkan para pelanggan sering memakai barang bermerek. Kemudian masuk ke dalam kronologi awal Jessica masuk ke kafe, lalu keluar lagi untuk berbelanja. Ketika masuk kembali Jessica sudah membawa beberapa paperbag dan memesan minuman untuknya juga kedua temannya. Sebelum datang Jessica mendapat informasi (chat) dari Mirna yang menyukai kopi Vietnam di kafe itu sehingga dia mengatakan akan memesankannya. Jadi Mirna setuju saja akan niat Jessica itu. Jessica juga memberitahu mereka kalau ia sudah memesan (WA grup terdiri dari dia dan ketiga teman termasuk Mirna). Untuk Hanie dan dirinya sendiri, Jessica memesan koktail namun menurut Edi, perempuan itu berbohong padanya bahwa dia memesan air mineral. Jessica kemudian menyuruh pelayan untuk menyajikan pesanannya termasuk kopinya Mirna.

Setelah 52 menit barulah Mirna tiba dengan Hanie. Kemudian setelah minum kopi, tidak berapa lama Mirna kejang-kejang. Sang manajer Devi Siagian mendekati meja mereka dan Jessica bertanya apa ada sesuatu yang mereka masukkan ke dalam kopinya Mirna. Jessica bersikap seolah defensif dan tidak memegangi Mirna, malah Hanie yang lebih bergerak cepat. Devi pergi ke belakang dan memeriksa rasa (mencicip) serta mencium bau kopi yang terasa busuk. Begitupun menurut pengakuan sang barista, bahwa kopi tersebut berbau tidak enak juga menyengat dan berwarna kuning sekali seperti kunyit.

devi manajer dan rangga barista di kafe olivier 2016
Devi manajer dan Rangga barista di kafe Olivier th. 2016

Pengambilan Sampel di Lambung Mirna

Tiga hari setelah kejadian tepatnya tanggal 9, polisi mendatangi rumah duka dan mengatakan pada keluarga Mirna bahwa kemungkinan putri mereka itu diracuni dan harus dilakukan autopsi. Ibu Mirna tidak setuju karena nanti jasad putrinya akan dibongkar. Namun polisi mengatakan kalau tidak ada autopsi maka tidak akan ada penyelidikan dan penyidikan. Akhirnya autopsi berlangsung dan tanggal 10 ada penguburan Mirna. Paginya itu polisi menelepon dan mengatakan pada Edi kalau Mirna teracuni sianida karena hasil autopsi menyatakan zat itu ada dalam lambungnya. Sianida merupakan salah satu dari sepuluh zat paling beracun di dunia, berefek menghentikan sel-sel tubuh untuk mendapatkan oksigen, membanjiri aliran darah dan membuat kulit berubah warna menjadi merah ceri.

Edi mengatakan di wawancara kalau sejak awal ia merasa Jessica aneh karena berbohong akan pesanannya di kafe Olivier. Sebelum Mirna balik ke Indonesia, Jessica dan putrinya itu sempat ngopi-ngopi di Australia. Menurut Edi dan wawancara dengan Arif di media, Jessica langsung pergi dan terlihat tidak terima ketika Mirna menyatakan pacarnya itu tidak baik. Menurut Sandy pun, Jessica mungkin iri pada kehidupan Mirna yang tampak bahagia daripada dia sehingga mampu melakukan hal keji itu.

Jessica Wongso Sebagai Terdakwa Pembunuhan Mirna Salihin

Pada tanggal 30 Januari 2016 atau 24 hari setelah meninggalnya Mirna, Jessica ditangkap di sebuah hotel dengan status sebagai tersangka. Kemudian tanggal 15 Juni adalah sidang hari pertama, orang-orang begitu banyak sampai rela mengantri untuk masuk ke ruangan. Film ini mewawancarai lima orang jaksa penuntut umum ketika persidangan saat itu. Mulai dari basa-basi seputar makanan yang dapat menyatukan mereka, kemudian maju ke bahasan mengenai persidangan. Salah satu jaksa, juga mendapat sorotan media tahun 2016 dengan menyebutnya sebagai penegak hukum yang ganteng dan baru menikahi kontestan Putri Indonesia.

Setelah itu dokumenter ini menyorot keberadaan Jessica di lapas wanita Jakarta kelas IIA. Sebenarnya baru mau menyusun waktu untuk wawancara, jadi baru pengenalan dan ketika menyinggung kenapa kasusnya bisa sangat viral ketika itu, pihak lapas kemudian menghentikan percakapan yang terjadi. Setelah itu pihak pewawancara sudah tidak boleh menemui Jessica lagi.

Edi menyinggung tingkah Jessica yang sangat tenang di persidangan karena ada pengacaranya yang top, Otto Hasibuan (mertuanya Jessica Mila ternyata!). Kemudian kamera berpindah pada sosok Otto yang sedang bermain golf. Dia mulai menceritakan awal mula ingin membela Jessica. Otto memberi Jessica peringatan bahwa dia akan berhenti menangani kasusnya jika nanti yakin bahwa gadis itu memang bersalah. Tetapi sampai akhir Otto tetap membela Jessica walaupun hasilnya tetap kalah. Otto sebenarnya meyakini di awal, bahwa Jessica akan bebas karena tidak ada bukti (seperti bagaimana dia mendapatkan sianida dan caranya mengambil barang itu hingga “memberikannya” ke Mirna).

jessica wongso di sel dan pengacaranya otto hasibuan
Jessica Wongso di lapas dan pengacaranya Otto Hasibuan

Jumlah Sianida yang ada di Tubuh Mirna

Ketika sidang, ada pembahasan mengenai autopsi dan dokter saksi ahli mengemukakan bahwa mereka menemukan zat korosif di lambung ketika pengambilan sampelnya. Tidak ada autopsi menyeluruh karena atas permintaan kepolisian. Padahal di dalam berkas perkara ada keterangan dari polisi untuk meminta pada pihak RS agar melakukan pemeriksaan luar dan dalam. Ternyata keluarga meminta untuk tidak dilakukan pembedahan sempurna, tapi hanya pengambilan sampel yaitu hanya dari lambung, hati dan urin. Hal ini membuat Otto bersikeras bisa saja peristiwa itu tidak bisa menjadi kasus, karena mungkin bukan sianida penyebab meninggalnya Mirna.

Pihak Jessica kemudian mendatangkan saksi ahli patologi forensik RSCM sekaligus dokter DNA pertama di Indonesia, Djaja Surya Atmadja. Menariknya sang dokter mengemukakan untuk mengetahui penyebab kematian seseorang, harusnya diperiksa semua organ. Tambah lagi, dia tidak dipanggil ke persidangan, malah dari pihak penasehat hukumnya Jessica. Selain itu ada fakta lain yaitu ketika Mirna diperiksa 70 menit setelah meninggal, dalam lambungnya negatif sianida. Dokter Djaja memberi kesimpulan bahwa meninggalnya Mirna bukan karena sianida.

Dalam lambung Mirna ada 0.2 mg/liter dari sianida setelah 3 hari kematian. Sedangkan dosis mematikan dari sianida adalah 50-176 mg. Selain itu dokumenter ini menyorot dosis sianida yang cukup tinggi di dalam gelas sekitar 7400 mg. Cukup aneh karena bila mengujinya dalam ruang tertutup, zat yang dari cair bisa menjadi gas itu akan membuat orang-orang di sekitarnya pingsan. Bahkan botol berisi sianida yang diujicobakan masuk ke persidangan dan dibuka Otto, tapi tidak membuat efek berarti di sekitarnya. Otto juga tidak mencium apapun.

dosis sianida dalam tubuh mirna salihin
Dosis sianida dalam tubuh Mirna Salihin

Kejanggalan-Kejanggalan dalam Persidangan?

Kembali beralih pada sudut pandang mantan pegawai Olivier yang menerapkan prosedur dengan baik ketika selesai kejadian nahas itu. Mereka membungkus plastik barang bukti dan polisi mengangkatnya, ketika di persidangan terlihat seperti telah dipindahkan berkali-kali dari gelas ke botol, untuk berita acaranya pun menurut Otto tidak ada. Otto meragukan motif jika Jessica pelakunya yang selama ini tersebar di media, sedangkan menurut Edward Hiariej, motif sebenarnya tidak perlu dibuktikan. Sebelum sidang, manajer dan barista kafe Olivier rupanya melakukan pertemuan dengan Edi. Sayangnya Rangga menjawab lupa karena sudah lama, sementara Devi takut salah ngomong. Intinya mereka merasa Edi sangat menyayangi Mirna dan berharap Jessica bisa tertangkap. Apalagi Edi tidak menggunakan jasa pengacara dan berjuang sendirian.

Otto merasa ada kejanggalan-kejanggalan lain dalam persidangan. Salah satunya foto wajah Mirna setelah meninggal yang tersebar berwarna biru. Setelah dokter Djaja memberi kesaksian bahwa orang teracuni sianida berwarna merah karena kandungan oksigennya tinggi, kemudian beredarlah foto yang sama seperti lalu namun kali ini berubah menjadi warna merah. Dokter Djaja juga melihat warna muka Mirna yang biru setelah 2 jam kematiannya. Setelah kesaksian itu ributlah persidangan dan rupanya dari belakang ruangan ayah Mirna tampak tidak terima. Keterangan saksi ahli lain, dokter Beng Beng Ong dari Australia, mengemukakan bahwa meninggalnya Mirna bukanlah kasus, apalagi sianida, mungkin ada penyebab lain. Sayangnya dokter itu mendapat deportasi karena pelanggaran imigrasi.

Dr Djaja dokter forensik dan Erasmus Napitupulu direktur LRPP
Dr Djaja dokter forensik dan Erasmus Napitupulu direktur LRPP

Sudut Pandang Jurnalis yang Meliput Persidangan Kopi Sianida

Jessica dikatakan memiliki karakter psikologis eksplosif-kompulsif, bahkan psikopat narsistik karena bersikap aneh dan tenang. Menurut Erasmus Napitupulu sebagai direktur eksekutif Lembaga Reformasi Peradilan Pidana, jaksa seperti berusaha meyakinkan hakim kalau Jessica mungkin membunuh dengan penjabaran gerak-geriknya tadi. Bukannya memberikan bukti Jessica melakukan pembunuhan itu. Saksi polisi dari Australia membeberkan apa saja hal kriminal yang pernah Jessica lakukan di sana. Seperti mencoba bunuh diri dan mengancam mantan pacarnya, menabrakkan diri ke panti jompo, sampai ada pernyataan Jessica kepada bos di tempat kerjanya dulu bahwa dia bisa mendapat pistol dan mengetahui dosis yang tepat jika mau membunuh orang. Tapi ada pernyataan lain bahwa kalimat itu sebenarnya bisa dianggap sambil-lalu karena sang bos mengunjungi Jessica yang sementara menjalani perawatan kesehatan mental. Ada barang bukti yang menunjukkan Jessica memiliki obat antidepresan.

Jurnalis media pada tahun 2016 lalu ada dua yang muncul dalam dokumenter ini, yaitu Fristian Griec dan Timothy Marbun. Timothy mengungkap kasus ini menjadi besar di media walau baik Jessica maupun Mirna bukan orang terkenal di Indonesia. Karena kasus yang cukup unik, dengan cerita berlatar belakang dua perempuan kaya yang bersahabat, yang satunya meninggal karena racun. Banyak rumor tak sedap mengenai keduanya, ada yang sampai berkata mereka itu punya hubungan romantis. Sementara Fristian merasa Jessica tampak seperti orang normal karena memuji bajunya bagus ketika berada di ruang sidang. Apalagi setelah itu, Jessica mengetahui kalau mereka seumuran dan mempersilakan Fristian mewawancarai dia di ruangan yang lain.

Timothy Marbun dan Fristian Griec jurnalis tahun 2016
Timothy Marbun dan Fristian Griec, jurnalis

Buku Harian Jessica yang Menjawab Pertanyaan Banyak Orang

Walau akses wawancara kepada Jessica terbatas, mengejutkan pihak produksi dokumenter ini mendapatkan buku hariannya. Tertulis alasan Jessica mengenai hal-hal yang terasa janggal oleh banyak orang. Antara lain kenapa dia memesan minuman lebih dulu dan cukup lama waktunya hingga kedua temannya datang. Karena dari percakapan di chat, Mirna memperkirakan akan tiba sekitar jam 4. Sayangnya mereka sampai sudah terlambat di sekitaran jam 5. Selain itu alasan Jessica memindah-mindahkan paperbag karena bosan saja. Juga Jessica mempertanyakan rekaman CCTV yang menampilkan dia, kenapa sering mereka putar dalam persidangan, tetapi untuk polisi yang masuk keluar kafe dengan barang bukti tidak tertampil dan katanya sudah permanen terhapus.

Berdasarkan pengakuan Reza Indragiri, sang psikolog forensik, dirinya pernah mendapat telepon yang memintanya untuk berhenti bicara ke publik mengenai kasus ini dan tasnya disisipkan sejumlah uang seakan menyuruhnya tutup mulut. Dia khawatir jika oknum tak bertanggungjawab itu bisa saja melakukan hal yang sama pada yang punya kekuasaan lebih tinggi dari Reza, seperti para penegak hukum. Sementara Erasmus Napitupulu berharap adanya reformasi sistem peradilan pidana di Indonesia agar semuanya bisa mendapatkan akses terhadap keadilan. Di post credit scene terdapat penjelasan juara barista, Mikael Jasin (yang mencetuskan juwara beans di Kopi Kenangan itu!) akan sejarah munculnya kopi di Indonesia.

Beberapa Poin dari Film Dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023)

Film dokumenter dengan artian judulnya Es Dingin: Pembunuh, Kopi dan Jessica Wongso berisi cuplikan persidangan, kronologi singkat dan wawancara pihak terkait (bahkan yang tidak terkait!) atas kasus meninggalnya Mirna karena kopi sianida. Sepanjang film ini mengingatkan pada masa itu, di tahun 2016 dengan sidang yang berkepanjangan dan cukup alot. Namun dokumenter ini sebenarnya fokus pada tindak peradilan hukum di Indonesia, ketimbang melihat siapa yang benar atau salah. Tidak ada bukti kuat (hanya tidak langsung tapi ketika itu hampir semua mengarah pada Jessica) dan cukup disesali tidak ada autopsi menyeluruh sehingga bisa meyakinkan publik bahwa penyebab meninggalnya Mirna adalah zat sianida. Justru setelah menonton film ini, banyak orang yang jadi menarik kesimpulan : Apakah kasus ini benarlah pembunuhan? Bagaimana cara Mirna meninggal? Benarkah Jessica yang membunuh Mirna?

Jika kita menonton baik-baik dokumenternya, kasus ini ketika itu sangat dibesar-besarkan oleh media. Bagaimana sosok ayah Mirna begitu vokal meyakini bahwa Jessicalah pembunuhnya, lengkap dengan bukti sampel sianida. Namun pihak kuasa hukum Jessica membantah bahwa bukan sianida penyebab Mirna meninggal. Lantas ada teori liar di luar sana, kalaupun Jessica yang membunuh, mungkinkah bukan racun sianida atau kombinasi sianida dengan zat tertentu yang menyebabkan Mirna meninggal? Atau memang Mirna meninggal secara alami? (tapi ketika sidang ada pernyataan dokter forensik yang menyebut bibir bagian dalam dan tenggorokan Mirna berwarna kehitaman seperti kena racun).

Hal Positif dari Film Dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023)

Dari film dokumenter ini pula, aku sempat heran pada mantan manajer dan barista kafe Olivier yang tidak bisa mengemukakan dengan pasti apa saja yang menjadi pembahasan ketika bertemu dengan Edi setelah kejadian. Memang itu cukup lama terjadi tapi pastilah sangat membekas di ingatan. Juga di sepanjang film, Edi tampak begitu mendominasi yang membuat prasangka liar sampai ada rumor tentang asuransi Mirna dan hubungan si bapak dengan istri kedua yang masih muda. Ada beberapa hal bagus dari film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023) ini :

  • Animasi dan ilustrasi foto kopi bersianida yang menarik
  • Adanya hal-hal yang baru yang tidak ada di persidangan tahun 2016, dengan wawancara beberapa orang yang membuat kita melihat kasus ini dari dua sudut pandang berbeda

film dokumenter ice cold murder coffee and jessica wongso

Beberapa Kekurangan Film Dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023)

Sedangkan ada beberapa bagian dalam film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023) ini yang membuatku heran dan ada juga hal yang bisa dikembangkan agar hasilnya lebih baik :

  • Kenapa pihak pewawancara menanyakan apa Edi membawa pistol, membuat dia terkesan seperti seorang mafia. Seakan mengiyakan apa yang dia lakukan ketika persidangan yang jadi terasa ribut (sampai pihak kuasa hukumnya Jessica bilang diancam sama si bapak).
  • Sayang sekali tidak ada wawancara orang terdekat Mirna seperti sang suami, sahabatnya Hanie yang bersama-sama dia di kafe Olivier, bahkan ibunya sendiri. ART-nya Jessica yang katanya membuang celana juga lebih baik muncul di dokumenter ini. Akan lebih bagus tertera alasan (misalnya ada penjelasan sebelum credit-scene) mengapa ada yang tak ikut sesi wawancara.
  • Wawancara dengan Jessica hanya berlangsung sangat singkat tanpa alasan jelas. Hanya ada perkataan pihak lapas ketika menyetop pembicaraan Jessica bahwa apa yang dibicarakan sudah terlalu dalam. Seharusnya pihak produksi film ini bisa memberikan keterangan yang pasti sehingga tidak menimbulkan praduga di masyarakat (cari tahu misalnya apa ada hukum yang mengatur untuk wawancara dengan narapidana). Akhirnya kita hanya cari alasannya di berita-berita sekarang, ada penjelasan kalau dokumenter ini tidak mengantongi izin wawancara karena tidak terkait dengan pembinaan dan kebetulan saat itu masih pandemi (Januari 2022).

Beberapa Kekurangan Film Dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023) (2)

  • Alangkah lebih baik ada kronologi yang runtun dan jelas (hari dan jam persisnya) misalnya dari chat-chat Jessica dan teman-temannya, kemudian gerak-gerik Jessica & Mirna di kafe. Lalu apa saja yang menjadi bahasan dalam sidang bisa berbentuk timeline semacam infografis agar lebih memudahkan penonton, karena mungkin dulunya banyak orang kurang mengikuti perjalanan sidang yang sampai 26 kali terlaksana. Jadi dalam dokumenter ini cukup banyak detail yang tidak muncul seperti ART Jessica yang membuang celananya, sedotan, perihal Mirna yang mengibas mulut merasa kopinya tidak enak dan Hanie ikut mencicipinya serta hal-hal lain yang ada dalam persidangan.
  • Ada kesalahan penulisan tahun lahir Mirna (1998 seharusnya 1988) di surat pihak kepolisian dalam berkas perkara mengenai autopsi yang bisa menjadi sorotan pembuat dokumenter ini.
  • Beberapa adegan tak terlalu penting yang seperti sengaja masuk untuk menambah durasi. Misalnya terlalu banyak adegan Otto bermain golf, badut di jalanan, wawancara sampai pada kaum milenial (yang pada saat hebohnya kasus itu pastilah masih lebih kecil) yang tidak tepat sasaran sampai adegan Marcella Zalianty. Adegan-adegan ini memang seperti simbol (contohnya Otto yang tidak dapat memasukkan bola ke lubang berarti hasilnya kalah di persidangan). Namun jika kelebihan malah terasa tidak penting lagi.
  • Kualitas rekaman berita lama yang tidak terlalu baik seakan dipaksakan masuk ke dalam film sekarang.
  • Bilingual alias dua bahasa yang terasa nanggung, kenapa tidak bahasa Indonesia saja semua sih? Walau memang Jessica sudah jadi warga negara Australia, tapi kejadiannya kan di Indonesia.

Referensi dan Pendapat Setelah Film Dokumenter Kopi Sianida Rilis

Buat kamu yang masih penasaran dengan kasus ini, cukup banyak referensi lain di luar film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023). Dari Youtube ada wawancara dokter Richard Lee dengan dokter Djaja, pengacara Otto di podcast Deddy Corbuzier, rangkuman kejadian oleh Hirotada Radifan juga dari Nessie Judge. Aku juga sempat membaca diskusi seru mengenai kasus ini di platform Quora. Di Tik Tok sampai banyak berseliweran teori konspirasi, bahkan cuplikan video wawancara bapaknya Mirna yang seperti keceplosan menyebut tau botol berisi sianida seperti apa di X.

Secara keseluruhan, film ini seru untuk ditonton apalagi yang telah mengikuti berita persidangan Jessica dulu. Apalagi film dokumenter ini menurutku cukup berani mengangkat kasus dari 7 tahun lalu, menyorot pihak-pihak yang bertanggungjawab dalam kasus (sampai ada oknum yang belum lama ini kena kasus pembunuhan anak buahnya sendiri) hingga beberapa kutipan kata dari pewawancara yang menurutku cukup kontroversial. Setelah menonton film ini, rasanya seperti menjadi seorang Detektif Conan dan memang kasus ini masih menyisakan tanda tanya. Untuk kamu yang suka nonton dokumenter dari Netflix, bisa cobain baca ulasanku tentang hal penangkapan ikan ya!

Beberapa Kutipan dalam Film Dokumenter Netflix Ice Cold

Quotes menarik dari film dokumenter Ice Cold: Murder, Coffee and Jessica Wongso (2023) ini :

“Kalau kau berbuat jahat, pasti tertangkap. Jadi jangan berbuat jahat begitu. Pasti tertangkap, terungkap suatu hari.” ~ Jessica Wongso

“Jika media tidak tertarik padaku saat itu, apakah akan berbeda?” ~ Jessica Wongso

Warganet itu, ya, suka-suka mereka mau membela siapa. Tapi kalau saya bicara yang benar, hal itu saya tidak peduli.” ~ Dokter Djaja Atmadja

“Kritik terbesar saya adalah kita terlalu gampang bahkan cenderung semena-mena untuk memotret kondisi psikologis seseorang sebagai dasar bagi kita untuk menghakimi dia.” ~ Reza Indragiri

“Saya bisa sebenarnya menceritakan lebih dalam, tapi tidak semua bisa diceritakan, kan?” ~ Otto Hasibuan

“Bukan masalah benar atau salah, tapi yang terpenting cara sistem peradilan pidana Indonesia menunjukkan bahwa dia membuktikan seseorang bersalah dengan keraguan yang masih tersisa.” ~ Erasmus Napitupulu

 

Rating versiku : 3/5

Trailer bisa lihat di sini:

 
Share :

admin

Leave a comment

Kembali ke atas
error: Nggak boleh dicopy. Share link saja ya