[Review Film] Abadi Nan Jaya (2025), Zombie Indonesia Paling Terniat!

Halo kalian para pencinta film! Apalagi yang menunggu kapan Indonesia bisa bikin film bergenre zombie dengan sangat proper, nah, Netflix baru saja merilis Abadi Nan Jaya atau The Elixir (2025). Karya sutradara sekaligus penulis Kimo Stamboel, bersama Agasyah Karim, Khalid Kashogi ini memiliki beberapa pemerannya yang terkenal di dunia perfilman. Ada Donny Damara (jago akting, pernah berperan jadi waria di Lovely Man), Eva Celia, Mikha Tambayong, Marthino Lio, Dimas Anggara, Claresta Taufan (Badarawuhi di Desa Penari) dan Ardit Erwandha (Tinggal Meninggal). Film Abadi Nan Jaya (2025) berkisah tentang sebuah keluarga tak akur di Yogyakarta yang harus menghadapi keganasan wabah zombie karena jamu awet muda dari perusahaan mereka.

Sinopsis dan Review Film Abadi Nan Jaya (2025): Jamu Awet Muda Awal Penyebab Wabah Zombie di Sebuah Desa

Film Abadi Nan Jaya (2025) berlatar di sebuah desa fiktif pelosok Yogyakarta, Wanirejo, tempat tinggalnya pengusaha jamu yang memiliki pabrik besar bernama Wani Waras. Kepala keluarganya, Sadimin adalah lelaki paruh baya yang tinggal bersama istri keduanya, Karina dan anak sulung seorang gamer– Bambang. Hubungan Sadimin dan anak-anaknya agak kurang harmonis. Terlebih dengan anak kedua, Kenes yang sebenarnya bersahabat dengan Karina sejak kecil. Tapi malah akhirnya Karina menjadi ibu tirinya. Walau begitu Karina sangat ingin berbaikan dengan Kenes yang begitu membencinya.

Suatu hari datanglah Kenes bersama suaminya, Rudi dan anak tunggal mereka, Raihan. Pasangan ini mau mengajukan proposal bisnis, karena mendengar sang bapak mau menjual pabrik jamu. Bahkan rencananya juga si bapak mau pensiun, Karina juga ingin mengajaknya bulan madu supaya dapat anak mereka sendiri.

Sadimin mendapatkan sampel minuman jamu dari pabrik yang rupanya belum terdaftarkan ke BPOM. Mereka lebih suka produknya disetujui dulu oleh pendiri perusahaan. Bukan hanya Sadimin, sampel itu juga dikirim ke Grace yang berada di Jakarta. Selesai minum jamu bernama ‘Abadi Nan Jaya’ itu, tubuhnya yang ringkih tampak lebih muda. Ubannya menghilang, otot mengencang, berkurangnya kerutan di wajah serta matanya jelas tak perlu kacamata. Begitu semangatnya Sadimin memperlihatkan tubuh mudanya pada Karina. Setelah itu dia menatap puas tanaman dalam pot, kantong semar, yang jadi bahan dari ramuan jamu tersebut.

pabrik wani waras keluarkan jamu abadi nan jaya
Pabrik Wani Waras keluarkan Jamu Abadi Nan Jaya (dok. trailer Youtube)

Sadimin Menjadi Zombie Pertama di Wanirejo

Sadimin menolak sampai merobek proposal bisnis Rudi dan Kenes. Mereka pun tampak heran kenapa Sadimin tampak jauh lebih muda. Selain itu si bapak memang lebih agresif. Dia menyinggung sifat pasangan itu, juga si Bambang yang hanya suka bermain saja. Sebenarnya kedatangan Kenes kesana juga ingin cepat-cepat mendapatkan hasil penjualan pabrik karena mau bercerai dengan Rudi yang berselingkuh darinya. Tingkah Sadimin itu membuat mereka kecewa. Namun tidak berapa lama Sadimin mengalami kejang parah dan wajahnya dipenuhi totol-totol semacam pola dari tanaman kantong semar. Kemudian dia rubuh, namun kembali berdiri dan mulai menyerang dengan cepat para pekerja rumah, menggigit hingga berdarah-darah. Bambang hampir kena gigit juga, berkat senjata mainannya, dia berhasil menewaskan sang bapak.

Bambang berlari masuk ke dalam mobil. Dia merasa terpukul karena merasa telah membunuh bapaknya sendiri. Kenes ikut masuk ke dalam mobil, memintanya untuk tidak berpikir seperti itu. Lagipula dia masih butuh sang kakak jika sudah bercerai nanti. Ketika mereka sedang berbagi kegalauan, dari kaca spion terlihat para pekerja rumah mulai saling menyerang. Mereka berdua terpisah dari Rudi, Karina, Raihan dan satu ibu pekerja. Sementara yang berempat ini juga lari ke area belakang dekat rumah kepala desa.

chaos di desa wanirejo
Kekacauan di desa Wanirejo (dok. trailer Youtube)

Acara khitanan dekat rumah kepala desa rupanya berakhir ricuh karena sopir keluarga Sadimin berubah jadi zombie dan menyerang mereka semua. Salah satu gadis desa di acara tersebut, Ningsih, sempat merajuk kepada pacarnya Rahman, seorang polisi yang tidak bisa berlama-lama di sana karena harus balik ke kantor. Ningsih kesal karena Rahman belum kunjung melamarnya padahal sudah lama berpacaran. Ketika chaos desa terjadi, Ningsih berhasil balik ke rumahnya namun kaget karena ada Karina dan Raihan di dalam. Rupanya Rudi sudah berubah dan terjebak di salah satu ruangan rumah itu.

Rumah Ningsih dan Kantor Polisi Jadi Latar Pengepungan Zombie

Karina berhasil menghubungi Kenes yang ternyata sudah bersama Rahman di kantor polisi. Bambang juga bersama mereka. Para polisi tewas, begitupun bantuan dari kantor terdekat. Kenes sempat meminta maaf pada Karina, menyadari bahwa dia dulu banyak mendapat bantuan dari sang sahabat. Karina juga menyatakan bahwa dia memang tulus mencintai sang bapak. Kenes kemudian meminta Karina untuk menjaga Raihan jika sesuatu terjadi kepadanya.

Ningsih, Karina dan Raihan menaiki sepeda motor butut melewati hujan. Para zombie seperti tidak bisa bergerak setelah terpapar air hujan deras. Mereka bertiga mau menuju ke kantornya Rahman. Sementara Rahman dan yang lain sempat keluar dari kantor mengenakan berbagai atribut agar tidak mudah tergigit dengan mengalihkan perhatian para zombie menggunakan petasan. Sayang hujan tidak berlangsung lama dan mereka gagal menjangkau motor. Segera mereka terkepung. Si Kenes sempat menaiki truk dan menghampiri Karina dan yang lain. Karina yang akhirnya mengendarai truk itu malah menabrakkannya ke dalam kantor polisi tempat Rahman dan Bambang berada. Zombie semakin banyak dan berhasil menjangkau mereka! Akankah mereka semua dapat selamat dari pengepungan zombie?

rahman dan ningsih jadi sub plot
Rahman dan Ningsih jadi karakter sampingan (dok. trailer Youtube)

Film Abadi Nan Jaya, Hiburan Horor Memuaskan di Bulan Oktober

Film Abadi Nan Jaya menjadi film genre zombie paling terniat di Indonesia! Memang bukan yang pertama, dulu aku pernah nonton yang judulnya Reuni Z tapi arahnya lebih ke komedi. Aku juga merasa film itu masih sangat kurang dari berbagai poin. Untuk series aku belum nonton, tapi banyak yang bilang Hitam dan Zona Merah sudah cukup memuaskan. Abadi Nan Jaya dapat menjadi acuan untuk para sineas berlomba-lomba membuat film bergenre zombie dengan jauh lebih bagus lagi. Dari judulnya saja sudah tampak bagus, terambil dari penggalan lagu kemerdekaan dan bermakna abadi laiknya zombie. Intensitas juga terjaga hingga akhir, tidak membosankan dan berhasil membuatku duduk tegang. Hampir semua aspek di film ini sudah sangat memuaskan dan cukup, bisa 4 komaan jadi aku bulatkan menjadi 5 hehehe 🙂

Makeup dan koreo pemeran zombie bagus parah! Detail luka berlubang pola tripofobia dari kantong semar dapat teraplikasikan dengan bagus di wajah para pemain. Kebayang katanya sekitar 3 jam untuk makeup seperti itu, pada 200an orang dan sekitar 20 MUA yang turun tangan. Koreonya juga keren, zombie-nya lari cepat bergaya patah-patah gitu, tidak kalah dengan film luar negeri. Untuk sinematografinya juga bagus! Ada adegan yang diambil dari atas seperti pakai drone, close-up dan angle dari jauh. Paling suka ketika kamera menyorot Rahman dan lainnya di atap kantor, pengepungan dari zombie terhadap 3 orang berpakaian polisi, juga petasan di tengah langit. Adegan brutal nan gore-nya juga banyak, jelas kelihatan organ berdarah-darah. Memang sih ada beberapa kelihatan CGI-nya tapi minim dan lumayan halus. Tone film ini juga indah, semburan merah darah di hamparan sawah hijau. Setidaknya mata nyaman, kebanyakan film zombie kan rada suram dan gelap.

latar film indonesia abadi nan jaya
Sinematografi indah dari film Abadi Nan Jaya (dok. trailer Youtube)

Adegan Detail, Plot Cerita Perlu Lebih Tergali

Detail adegan juga diperhatikan. Mulai dari set pabrik, botol sampel sampai kemasan minuman yang Ningsih bawa di acara khitanan. Suasana Indonesia-nya juga sangat terasa dari acara dangdutan, truk bergambar serta ada tulisannya, bunyi truk dengan telolet-nya, desa yang asri sampai pada tingkah para polisinya juga hahaha. Untuk scoring-nya sudah cukup bagus, apalagi suara para zombie itu beneran nakutin. Tapi seperti halnya kebanyakan film Indonesia, suara para pemain kadang kurang kenceng, terdengar seperti kumur-kumur. Aku harus bolak-balik kembali ke adegan sebelumnya buat mendengarkan dengan baik dialog mereka.

Selain suara, plot cerita juga masih perlu adanya perbaikan. Runtut sih, tapi latar jamunya masih terasa kurang. Kenapa pabrik Wani Waras memilih kantong semar, bukan tanaman lain? Jika sudah ada riset lalu memilih bahan itu, apakah uji coba langsung pada manusia dilakukan pada bos mereka sendiri? Biasanya kan mereka akan punya orang lain atau hewan gitu untuk diuji-coba, tak langsung ke atasan gitu. Apalagi tak ada jaminan aman, katanya juga belum bawa ke BPOM. Kalau menurut yang kubaca di inet, tim memilih kantong semar karena sifatnya yang suka ‘menelan’ serangga alias karnivora. Tapi lantas kenapa bisa membuat manusia menyerang manusia secara langsung? Tidak kelihatan mereka mau makan hewan misalnya.

Film Abadi Nan Jaya Akan Ada Lanjutan di Bagian Kedua?

Tapi sebenarnya hal ini bisa diceritakan pada bagian 2. Di ending terlihat ada clue, Grace juga sudah meminum sampel kedua. Si Grace akan pergi naik pesawat. Mungkin akan terjadi chaos di Jakarta atau dalam pesawatnya nanti? Kalau melihat film atau series zombie lain, asal virus juga tidak terlalu jelas diceritakan. Kalau Kingdom juga dari tanaman, Train to Busan dari virus pabrik biokimia yang bocor. Oh ya, adegan meluk anak sambil lari-lari di sini mengingatkanku sama film Train to Busan juga. Yah, namanya film pasti ada saja formula yang tak benar-benar baru kan? Tapi alangkah lebih baik jika tim Kimo mau mengeksplorasi lebih jauh mengenai jamu sehingga lebih mengenalkan kebudayaan Indonesia. Selain itu, alasan spesifik si jamu ini dibuat, apakah agar Sadimin bisa awet muda bersanding dengan mantan sahabat putrinya? Atau memang karena mau gebrakan baru dari pabriknya yang sepertinya akan bangkrut? Mungkin bisa kamu interpretasikan sendiri 🙂

Untuk karakter para tokoh, memang berkesan agar ada drama di film ini ya. Bayangkan saja, sahabat sendiri menikahi ayah yang jarang-jarang ada untuknya? Jelas kesal sekali. Tapi ini cukup memotret kehidupan nyata keluarga di Indonesia. Banyak keluarga kaya yang tidak bahagia dan film ini menceritakannya dengan baik. Tingkah para tokoh menghadapi zombie di film ini juga menurutku Indonesia banget. Ada yang berpikir fenomena saling serang itu adalah para warga yang kesurupan. Atau kelihatan ada bahaya mengadang di depan, tak dipedulikan malah mau nantang balik hahaha. Gemas banget sama para polisi dan sopir truknya! Di sini juga gitu kan, ketika covid melanda masih banyak yang denial dan menganggap itu akal-akalan pemerintah. Sehingga di awal itu banyak yang meninggal karena tak peduli pada protokol kesehatan.

Karakter Manusiawi, Adegan Komikal Juga Ada

Tingkah para tokoh utama juga sesekali bikin gregetan. Si Bambang yang seorang gamer masih saja kebingungan menghadapi zombie. Nyuruh polisi seakan para zombie itu masih manusia yang rusuh saja. Seharusnya dia menjelaskan dengan lebih baik kepada Rahman. Tapi kalau melihat dari sudut pandang lain, Bambang mungkin masih bingung mau bilang mereka itu apa dan lebih peduli pada dirinya serta Kenes. Terkadang manusia kan gitu, kalau dalam keadaan terdesak dia akan lebih milih diri sendiri. Si Kenes juga dikit-dikit teriak, ngeklakson. Sedihnya juga nggak dapet sih. Aku malah lebih kasihan sama Ningsih dan Rahman di ending. Keinginan Ningsih tercapai namun dengan cara tragis 🙁

Jadi kalau ada yang bilang film ini kok tidak ada antagonisnya seperti di TtB atau judul lain? Yah, antagonisnya sebenarnya ada di diri para tokoh utama sih. Dari pabrik mereka, lalu penanganan mereka terhadap masalah ini membuat mereka jadi pribadi yang tak disukai. Mereka mati pun aku kayak, ya sudah. Justru Karina yang sejak awal memang kelihatan mau berusaha memperbaiki hubungan dengan Kenes, tulus mencintai bahkan walau dikata-katain tetap menjaga Raihan hingga akhir. Sepertinya film ini di-setting bahwa semuanya tak pernah ada yang menonton genre zombie hahaha. Oh iya bahkan kata ‘zombie’ seingatku tak pernah terlintas sekalipun. Beberapa adegan tampak komikal, klakson telolet dan kumandang adzan siang yang segera tenggelam karena serangan para zombie. Lalu kenapa harus chaos di kantor polisi? Seakan ini semua menyimpan pesan satir.

Akting Bagus, Bahkan Sampai Pada Para Pemeran Zombienya!

Untuk akting, hampir semua bagus. Dari Donny sebagai zombie pertama juga keren, berturut-turut jejeran pemeran zombie tak kalah mengikuti. Di film ini kita bisa melihat berbagai zombie yang ganas dan bisa berlari cepat: ada yang setengah perut keatas, waria penyanyi dangdut, dll. Yang terasa kurang menurutku emosi Mikha (feel nangisnya ga dapet) dan si anak kecil (wajar sih belum banyak pengalaman).

Film Abadi Nan Jaya ini sudah cukup bagus dan berani membawakan genre zombie. Jika menjadi series, pasti akan lebih bagus lagi.  Mungkin karena keterbatasan durasi sehingga plot belum terasa sempurna, tapi tetap jadi tontonan yang berkesan sih. Aku ingat sama Kingdom yang zombienya tak bergerak ketika siang hari, di film ini susah bergerak ketika hujan. Keren sih.

poster film abadi nan jaya 2025

Berbagai Makna Mendalam dari Film Abadi Nan Jaya (2025)

Film Abadi Nan Jaya (2025) memberikan makna mengenai kekeluargaan, tidak ada yang sempurna di dunia ini. Bahkan umur manusia pun terbatas. Uang memang penting, tetapi keluarga jauh lebih penting. Sesekali harus ada waktu, manfaatkan momen yang ada bersama keluarga. Jangan tunggu ketika sudah tidak sibuk karena tiap hari pasti ada saja masalah atau kepentingannya. Untuk kamu yang suka genre zombie tanpa banyak mikir dengan nuansa Indonesia banget, durasi pendek, adegan tembak-tembakan, letusan, action ada pula, kudu cobain film Abadi Nan Jaya (2025) hanya di Netflix! Semoga bisa sampai bagian 2-nya. Amin… Sampai ketemu di review selanjutnya ya 😀


Info Seputar Film Abadi Nan Jaya (2025)

Judul : Abadi Nan Jaya (2025);

Tgl Rilis : 23 Oktober 2025;

PH : Mowin Pictures, Netflix;

Genre/Rate : Zombie, Horror, Thriller /18+;

Negara Asal : Indonesia;

Waktu : 116 Menit;

Pemain : Mikha Tambayong sebagai Kenes, Eva Celia Latjuba sebagai Karina, Donny Damara sebagai Sadimin, Marthino Lio sebagai Bambang, Dimas Anggara sebagai Rudi, Varen Arianda Calief sebagai Raihan, Ardit Erwandha sebagai Rahman, Claresta Taufan Kusumarina sebagai Ningsih, Kiki Narenda sebagai sopir keluarga, Vonny Anggraini sebagai Mbok Sum, Karina Suwandhi sebagai Grace

 

“Mereka masih manusia bukan sih? … Gaklah, diajak ngobrol gak bisa, sukanya saling bunuh saling makan.”

Tapi itu masih salat? …  Tertarik suaranya aja.”

“Tak usah cari dulu apa, kenapa, yang terpenting sekarang cari solusinya.”

 

Rating versiku : 5/5

Trailer bisa lihat di sini:

 
Share :

admin

Leave a comment

Kembali ke atas
error: Nggak boleh dicopy. Share link saja ya