[Review Novel] The Kill Order (Maze Runner Prekuel #1)

Judul Novel : The Kill Order (Maze Runner Prekuel #1);

Pengarang : James Dashner;

Penerjemah : Yunita Candra;

Tahun Terbit/ Cetakan: 2017 / 6 (Indonesia);

Penerbit : Mizan Fantasi (Indonesia);

Genre/Rate : Dystopia / Remaja – 15+;

Negara Asal : AS;

Tebal Buku: 425 hal.


Hai. Buat kamu penggemar Maze Runner, ini adalah prekuel pertama namun novel yang terakhir kubaca dari semua serinya. Sengaja karena seri ini tidak bercerita tentang Thomas dkk. Namun ternyata setelah dibaca tetap ada benang merahnya, walaupun sedikit sekali. Masih ingat dengan cerita prekuel kedua The Fever Code kan? Disitu aku sempat menyinggung tokoh bernama mirip shampo Didi, hahaha. Nah, ada erat kaitannya itu dengan sebagian besar cerita novel ini.

Tiga Belas Tahun Sebelum Maze Runner

Cerita novel The Kill Order bermula dengan flashback dimana Teresa menatap Thomas yang sedang dibius dan dihilangkan kenangannya. Lalu kita dibawa ke masa tiga belas tahun sebelumnya. Bukan Thomas dkk, ini kisah tentang beberapa orang yang hidup di permukiman pegunungan Appalachian setelah ledakan sinar matahari. Ada Mark sebagai tokoh utama, Trina, Alec, Lana, Darnell, Toad dan Misty. Mereka bertemu di terowongan bawah kota New York dan bersama-sama menyelamatkan diri. Mark dan Trina teman sejak kecil, sementara Alec adalah mantan tentara di Departemen Pertahanan bersama Lana- perawat bawahannya.

Kehidupan mereka yang berangsur membaik terancam rusak lagi karena berg yang datang tiba-tiba dan melempari permukiman mereka dengan banyak panah. Masalahnya bukan hanya panah biasa, melainkan memiliki virus yang kuat. Menghancurkan otak dan membuat gila, bahkan sampai tewas. Mark dan Alec berhasil naik ke dalam berg dan mencegah lebih banyak orang terkena panah. Namun mereka harus menghadapi kenyataan akan panah-panah tadi. Aku perhatikan, awak berg yang sengaja menjatuhkan diri seperti diatur pikirannya oleh Koalisi Paska Flare alias WICKED. Mirip-mirip keadaan Thomas dkk.

Sekembalinya ke permukiman, Mark mendapati Darnell yang mengalami keadaan hampir gila, walau telah diserang beberapa hari sebelumnya. Mereka memahami bahwa infeksi virus itu berpengaruh pada tiap orang dengan kondisi yang berbeda. Ada yang sangat cepat, ada yang lambat dan bisa saja langsung tewas atau setelah beberapa hari kemudian. Kemudian Misty juga terjangkit, Toad ingin menemaninya. Sehingga Mark dkk memutuskan untuk meninggalkan mereka dan menuju asal Berg dengan peta yang terdapat pada tablet dalam kendaraan itu.

Deedee yang Sepertinya Kebal

Dalam perjalanan, mereka menemui permukiman yang mirip keadaannya dengan permukiman mereka. Ada anak kecil berusia empat tahun yang bernama Deedee. Dia menceritakan ayah dan ibunya sudah mati terkena panah, sementara kakaknya Ricky ikut lari ke hutan dengan penduduk lain. Rupanya dia tidak diajak karena walau terkena panah, dia masih hidup dan tidak tampak sakit. Mereka mengajak Deedee untuk ikut.

Terdengar suara ribut seperti ada paduan suara, membuat Mark dan Alec pergi memeriksa ke dalam hutan. Mereka bertemu dengan penduduk yang dulu tinggal dengan Deedee. Mereka sempat diikat dan diinterogasi, tapi kemudian selamat dan ketika akan kembali, hutan mengalami kebakaran. Trina dan yang lain sudah tidak ada di tempat tadi. Bahkan ada tanda-tanda yang menunjukkan ada teman mereka yang terluka. Mereka memutuskan untuk langsung pergi ke tempat asal Berg karena Alec yakin Lana akan kesana. Ada tanda menunjukkan mereka kesana.

Di area terbuka, mereka menemukan ada jalan untuk Berg mendarat. Mereka berhasil masuk ke dalam markas dan sempat mencuri dengar pembicaraan tim yang rupanya melepaskan panah pada mereka. Tim yang dipimpin pria bernama Bruce ini merencanakan untuk pergi ke Asheville yang terdapat flat trans untuk menuju Alaska. Tempat yang konon aman dan terlindungi dari virus yang disebut flare (tempatnya WICKED dong). Bruce dan yang lain mulai ikut terinfeksi dan berharap setelah ke sana mendapat pengobatan. Lalu Bruce menyerukan bahwa ada penguping sehingga timnya memburu Mark dan Alec. Mereka berdua berlari dan berusaha masuk dalam Berg yang diparkir di bawah. Sempat terjadi pertarungan sengit dan Mark mulai menyadari dirinya seperti telah terinfeksi. Mark merasa ketika menjatuhkan pilot Berg, ada yang mengambil alih kewarasannya dan seperti marah tidak terkontrol.

Alec Mengorbankan Diri untuk Kelanjutan Hidup Deedee

Mereka mencari jejak Trina, Lana dan Deedee sesuai yang didengar mereka di markas tadi, bahwa mereka diberikan pada penduduk gila. Lewat jalur atas, Alec menemukan mereka yang sedang digiring. Mereka menggunakan transvice dan memasuki permukiman. Banyak sekali orang yang terinfeksi disana dan Lana dianiaya habis-habisan. Trina dan Deedee berhasil ditemukan, walau kondisi Trina yang memprihatinkan. Dia mulai melupakan Mark!

Alec mulai merasa terinfeksi dan berusaha untuk membawa Berg. Ada beberapa orang gila yang berhasil masuk dan untung saja Mark dapat mengatasi mereka semua. Mereka berusaha membawa Deedee menuju Asheville. Trina dan Mark berhasil mengantar hingga masuk dalam gedung dan melihat flat trans. Harapan mereka agar Deedee yang kebal dapat membantu pengobatan jika memang prosesnya ada di Alaska.

Alec menabrak gedung itu setelah Deedee berhasil memasuki flat trans dan memusnahkan para orang yang terinfeksi. Termasuk Mark dan Trina. Ending yang tragis tapi ditutup dengan manis, Trina akhirnya mengingat Mark dan menyebutkan nama lelaki itu. Sedih…

Dua tahun kemudian, seorang wanita melepas anak lelakinya kepada sebuah tim yang masuk dalam rumahnya. Tim yang menjanjikan pengobatan untuk penyakit flare. Anak itu akan mereka sebut dengan Thomas. Selesai.

Banyaknya Bencana yang Terjadi Setelah Ledakan Matahari

Nah, di sela-sela runtutan cerita ini, Mark yang beberapa kali tertidur mengalami mimpi akan kejadian-kejadian yang terjadi sebelumnya. Ketika di terowongan kereta bawah tanah New York bersama Trina dan bertemu Alec dkk setelahnya. Ternyata ada anak lain bernama Baxter. Dua minggu berikutnya mereka berada di gedung pencakar langit, Gedung Lincoln. Mereka mencari tempat tinggi untuk menghindari banjir dan tsunami akibat mencairnya es di bumi karena radiasi. Ketenangan mereka terusik ketika ada yacht yang datang dan membawa lelaki perempuan bersenjata. Mereka membunuh Baxter dalam sekejap dan Alec menjebak mereka. Mereka dapat menaiki yacht dan meninggalkan penjahat itu.

Sekitar tiga bulan setelah ledakan sinar matahari, mereka berada di dalam gua. Keluar dari yacht dan menempuh perjalanan di pegunungan. Kemudian mereka menemukan permukiman tempat mereka bernaung hingga Berg datang dan mengacaukan lagi hidup mereka hingga mati dengan virus. Sungguh tragis 🙁

Banyak teknologi yang ditawarkan dalam novel ini, seperti adanya telepon telapak yang lebih murah dari telepon gelang. Ada transvice yang merupakan alat pemindah molekuler mirip dengan flat trans. Tapi transvice berfungsi sebagai senjata untuk memecah dan tidak bisa kembali ke wujud semula. Flare disini juga perpindahan virusnya melalui udara, bukan hanya darah saja.

Typo Sedikit, Kosakata Baru Banyak

Dalam novel The Kill Order ini ada banyak kata yang jarang di dengar, sehingga bisa menambah pengetahuan kosakata bahasa Indonesia. Seperti bonggol, mencangklong, membesut, birai, meretih, mendesau, galur, mencangkung dan lainnya.

Ada juga cukup banyak kata disini yang sering kita ketahui dengan tidak tepat. Misalnya ada kata beserdawa yang biasanya kutahu itu bersendawa. Lalu ada kata yang mirip seperti itu semisal permukiman, trenyuh, membubung, mengertak, mengadang, membeludak dan dimungkiri.

Typo atau salah pengetikan sedikit sekali di dalam novel ini. Pada hal. 201, ada kalimat yang punya kata setelah percakapan yaitu ‘Tambahnya’. Seharusnya t kecil, bukan kapital. Lalu ada kalimat tidak tepat pada hal.72, yaitu ‘Selintas raut Alec menampakkan rasa haru, sesuatu yang jarang dilihat Alec’. Seharusnya Alec tidak bisa melihat dirinya sendiri, tetapi mungkin itu akan pas jika diganti dengan si Mark hehehe.

Alur Cerita Lebih Menarik Daripada The Fever Code

Alur ceritanya berlangsung cepat dan menyenangkan sampai habis. Aku lumayan cepat membaca novel ini, hampir seminggu dan lebih tertarik membaca seri ini daripada prekuelnya yang kedua. Banyak adegan aksi disini digambarkan secara apik dan rapi oleh James, yang membuatku seperti sedang menonton sebuah film. Pilihan kata dan latar juga meyakinkan. Salut buat James.

Hanya saja pengulangan karakter Thomas dalam diri Mark membuatku tidak terlalu suka. Adegan kilas balik yang ditampilkan dalam mimpi terasa seperti ‘Oh ini Thomas kedua rupanya’ hahaha. Emosi mereka berdua juga mirip, beberapa kali menangis dan terkesan tokoh wanitanya yang lebih tegar. Aku suka karakter Alec disini, begitu berani dan setia. Dalam detik-detik terakhir hidupnya pun dia masih memikirkan cara untuk membantu teman-temannya. Setidaknya novel ini membuatku jadi mengerti perasaan Teresa, membuatnya begitu menggantungkan harapan pada WICKED. 

Namun kesimpulan yang kuambil darisini, yaitu WICKED alias koalisi paska flare, tetap saja tidak baik. Dari pikiran sempit untuk mempertahankan sumber daya, pada akhirnya mencari obat yang ujung-ujungnya tidak ditemukan. Terasa sia-sia karena tidak ada solusi dan ujung cerita menggantung. Kurang puas sebenarnya dengan eksekusi akhir cerita Maze Runner. Untuk review seri Maze Runner lainnya, kamu bisa baca disini:

Lumayan banyak quotes dari novel The Kill Order yang menarik diantaranya:

“Kadang-kadang kalian dapat memercayai rumor atau gosip. Biasanya omong kosong berasal dari sebagian orang berotak udang yang mencoba membuat satu atau dua gadis terkesan. Tapi, bila sebagian besar gosip berisi hal yang sama, kau sebaiknya waspada dan memperhatikannya,” kata Alec (hal. 127)

“Aku berharap kau tidak lagi mengalami mimpi-mimpi buruk. Kita berhasil melewatinya, dan itu yang terpenting. Kau harus mencoba melepaskan masa lalu,” kata Trina pada Mark (hal. 141)

Rating versiku : 4/5

 
Share :

Leave a comment