[Review Novel] Marriage in Mission – Atika

Judul Novel : Marriage in Mission;

Pengarang : Atika;

Tahun Terbit/ Cetakan: 2019 / 2;

Penerbit : CV. Khadijah;

Genre/Rate : Romance, Marriage Life / 18+;

Negara Asal : Indonesia;

Tebal Buku: 374 hal.


Halo, sudah lama aku tidak mengulas novel. Kali ini buku yang kubaca dengan format e-book, bisa lihat di Google Play Book, novel berjudul Marriage in Mission karya Atika. Aku sudah lupa tahu buku ini darimana, tapi pernah baca ulasannya bahwa isi ceritanya manis dan bukan cerita pernikahan mainstream. Tahu kan yang pakai surat kontrak atau semacamnya? Hahaha. Novel ini sebelumnya diterbitkan di Wattpad dengan judul KEMED.

Novel Marriage in Mission ini sedikit mirip dengan Marry in Haste. Jadi pasangan utama disini, Medina dan Kemal menikah seperti laiknya orang lain tapi dengan tujuan masing-masing tanpa cinta. Medina untuk mengejar gelar sarjana Pendidikan, sementara Kemal mendapatkan properti dari sang ayah. Namun ternyata misi mereka tidak semudah yang dibayangkan. Novel ini bercerita melalui sudut pandang orang ketiga.

Medina-Kemal Sama-Sama Punya Misi dalam Pernikahan

Medina menawarkan diri menjadi istri dari kakak sahabatnya, Alia. Daripada menikah dengan orang tak jelas di kampung dan terancam tidak bisa melanjutkan kuliah padahal tinggal menyusun skripsi, Medina nekad walau diperingatkan untuk menikah dengan Kemal. Bahkan gebetannya, Reza, adik tiri dari Kemal juga sudah memperingatkannya. Medina yang tahu Reza hanya menganggapnya seperti seorang adik, kekeuh akan keputusannya saat ini.

Benar saja Kemal hanya beberapa kali menemuinya sebelum nikah, bahkan di hari akad suaminya sempat tidak bisa melapalkan nama Medina. Perempuan itu berusaha menjadi istri yang baik di hari pertama. Menjadi istri seutuhnya, membuatkan kopi untuk sang suami walau disitulah terlihat bagaimana pribadi jutek sang suami.

Begitu hari-hari seterusnya yang mereka jalani. Ada saja pertengkaran, namun kadang momen manis juga muncul. Kemal tidak suka menutup-nutupi sesuatu, misinya yang ketahuan dari sang ayah pun tidak membuatnya berpura-pura pada Medina. Apa adanya. Misi Medina yang sejak awal diketahui pun Kemal terima. Alasan nikahnya dengan Medina juga tidak berusaha dia tutup-tutupi. Inilah komunikasi yang mereka jalani, walau perkataan Kemal cukup ‘keras’.

Medina merasa misinya akan segera terlaksana, sementara Kemal sudah. Ketika Medina telanjur hamil dan akhirnya terjadi masalah besar di antara mereka, perempuan itu mulai meragu. Apa pernikahan ini bisa layak dipertahankan karena misinya akan segera tuntas? Kira-kira mereka akan tetap bertahan atau bubar dan kembali pada kehidupan yang dulu?

Alur Cerita Rapi, Eksekusi Bagus

Novel Marriage in Mission ini mempunyai tagline ‘When a missing crush the mission’. Alur cerita dalam novel cukup rapi dan tidak lompat-lompat. Perkembangan karakter juga ada seiring berjalannya plot. Aku suka bagaimana Kemal dan Medina menjadi pribadi yang lebih baik dan saling menghargai satu sama lain hingga menjelang ending. Konflik tidak terlalu boom, mungkin masih novelnya ‘Critical Eleven’ Ika Natassa yang lebih tajam.

Narasinya kuat. Apa yang dirasakan tokoh dan sikapnya membuatku seakan merasa ikut sesak. Ikut tersenyum juga dengan chemistry yang dibangun pasangan ini. Medina yang semangat dalam menggapai cita-cita dan tipe yang blak-blakkan. Bertemu dengan Kemal yang tegas, gengsian dan punya luka masa lalu berkaitan dengan ibu yang meninggalkannya bersama sang adik. Merasa tak diinginkan sejak dalam rahim, membuat Kemal tidak mengetahui arti cinta. Namun Medina berhasil mengisi kekosongan dalam dirinya sehingga mulai berubah. Keduanya pasangan realistis dan berusaha yang terbaik untuk pernikahan mereka.

Fokus novel ini terlihat sekali memang mengarah ke Kemal-Medina. Untuk yang lain hanya pelengkap saja. Misalnya Alia dan Rafdi yang tidak terlalu rinci dijelaskan apa masalah pernikahan mereka sebenarnya. Masalah mereka juga pernikahan ayah Kemal dulu- tak terduga membuat solusi pendukung untuk masalah pasangan utama. Eksekusi novel ini juga bagus. Aku suka cara Kemal menghadapi Medina di akhir cerita. Nendang pokoknya!

Beberapa Karakter Kurang Digali

Hanya saja beberapa karakter semestinya bisa digali lagi. Misalnya perempuan dari masa lalu Kemal. Atau Rafdi-Alia. Juga mungkin bisa mengulas kisah kakak Medina, Pramono yang nyebelin abis. Heheheh.

Novel ini memberikan makna betapa pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan tidak boleh dipermainkan. Mungkin di awal, semua orang punya alasan untuk menikah. Seiring berjalannya waktu, janji yang dibuat di depan Tuhan itu harus tetap dijaga. Meski berat sekalipun, berusaha yang terbaik karena pernikahan adalah pilihan. Kalau hanya mau enaknya, mending jangan nikah! Nah, disini diceritakan bagaimana Kemal menjadi korban keegoisan kedua orangtuanya. Luka yang ditancapkan tidak akan mudah hilang begitu saja.

Good job buat Atika, aku baca profil di halaman belakang novel ini. Ternyata Marriage in Mission adalah novel debutnya. Sebagus ini loh sampai bikin baper ;D

Istilah dan Kosakata Baru

Ada banyak kosakata yang akhirnya kuketahui dari buku ini. Misalnya saja :

  • ‘Cekit-cekit’ pada hal. 43, yang berarti terpatuk.
  • ‘Memberangas’ pada hal. 45, berarti menghanguskan.
  • Surau pada hal. 90, berarti tempat (rumah) umat Islam melakukan ibadatnya (mengerjakan salat, mengaji, dan sebagainya).
  • Lepek pada hal. 211, berarti alas; piring kecil alas cangkir.
  • Sudip pada hal. 225, berarti sendok seperti sudu, bertangkai panjang (untuk mengarau nasi, membalik-balikkan barang yang digoreng, dan sebagainya).
  • Terpegun pada hal. 307, berarti tegak terdiam (tercengang, tercenung, dan sebagainya).
  • Ulas pada hal. 309, berarti sarung (bantal, tilam, dan sebagainya).
  • Gelenting pada hal. 352, berarti berbunyi “ting-ting”.

Typo Cukup Banyak Bertebaran

Walau begitu, ada banyak typo di dalam novel Marriage in Mission ini. Di hal. 5, kata ‘khutbah’ seharusnya ‘khotbah’. Hal 17 ada ‘tehnik’ yang seharusnya ‘teknik’. Kata ‘menyalahkan’ yang adalah ‘menyalakan’ pada hal. 18. Sementara pada hal.19 ada ‘meruntuki’ yang harusnya ‘merutuki’.

Kalimat ‘justru dia tertawa-tawa’ di hal. 24 pada paragraf 4, cukup ‘justru dia banyak tertawa’. Pada hal. 29, kata ‘terpenjam’ seharusnya ‘terpejam’. Kata ‘segebok’ di hal. 40, seharusnya ‘segepok’. Pada hal. 42, kata ‘terbersit’ seharusnya ‘tebersit’. Hal. 45, ada kata ‘resiko’ yang tidak baku dan seharusnya adalah ‘risiko’. Dan hal. 48 ada kata ‘memperhatikan’ yang seharusnya ‘memerhatikan’. Pada hal. 213, ada kata ‘sangsi’ yang seharusnya ‘sanksi’.

Kata ‘reality show’ pada hal. 33 seharusnya dibuat miring. Begitu juga sama kasusnya dalam hal. 49, pada kata ‘laundry’. Serta pada hal. 53 dalam kalimat ‘the power of shopping’. Dan di hal. 184 pada kata ‘chatting’ serta hal. 247, ada kata ‘caesar’. Selain itu ada pada kalimat ‘welcome home’ di hal. 270. Hal. 302, ada kata ‘packing’.

Pada kata ‘tayangan’ di hal. 34 paragraf awal seharusnya tidak perlu diketik dua kali dalam satu kalimat. Di hal. 57, kata ‘sendiri’ di paragraf awal tidak cocok, seharusnya hanya ‘diri’. Dalam hal. 58, ada kata ‘berkali’ yang seharusnya ‘berkali-kali’. Di halaman yang sama, ada kalimat rancu ‘menusukkan telunjuknya ke dada belakang Kemal’. Lucu saja dada adanya selalu di depan kan? Hehehe. Pada hal. 365, ada kalimat ‘tempatnya tidurnya’ yang lebih baik jadi ‘tempatnya tidur’.

Penulisan Harus Lebih Diperhatikan

Pada hal. 62, ada kata ‘tersenggal’ yang seharusnya ‘tersengal’. Kata ‘silir-silir’ pada hal. 90 tidak cocok, seharusnya ‘silir-semilir’ dengan artian bertiup perlahan-lahan. Pada hal. 110, kata ‘bibir’ dalam satu kalimat ditulis sebanyak 2 kali. Sementara pada hal. 112, kata ‘menegaknya’ seharusnya ‘meneguk’ untuk meminum segelas air.

Pada hal. 236, kata ‘merenggangkan’ seharusnya ‘meregangkan’ tangan. Kata ‘menghentakkan’ seharusnya ‘mengentakkan’ pada hal. 330. Dan kata ‘handle’ pintu lebih baik menjadi ‘hendel’ pada hal. 272.

Ada typo penulisan sedikit, seperti hal. 230, ada kata ‘menggangu’ yang adalah ‘mengganggu’. Dalam hal. 239, kata ‘terbersit’ seharusnya ‘terbesit’. Hal. 245, kata ‘mencengkram’ seharusnya ‘mencengkeram’. Kata ‘gemericik’ seharusnya ‘gemercik’ pada hal. 273. Dan hal. 370 pada kalimat ‘ke makan putrinya’ seharusnya makam.

Quotes Menarik dan Instagrammable

Novel ini aku rekomendasikan untuk kamu yang sudah dewasa ya. Untuk kamu yang ingin baca cerita tentang pernikahan dan tidak menye-menye, konflik tidak terlalu berat wajib baca buku ini. O iya, banyak quotes dari novel Marriage in Mission ini diantaranya:

“Kualitas seseorang itu bukan dilihat dari fisik dan materi yang dipunya, tapi dari kepribadiannya.” ~ Alia (hal. 3)

Awal-awal pernikahan bukankah memang sarang kesalahpahaman? ~ Medina (hal. 18)

Keindahan fisik tidaklah menjamin sebuah kenyamanan ~ Medina (hal. 29)

“Orang hidup punya prioritas, Al. Buat kamu yang hidup berkecukupan, tapi kurang kasih sayang, mungkin cintalah yang utama. Beda sama aku yang bernasib terlahir miskin. Kalau ada kesempatan untuk sukses, nggak bakal aku tawar. Cinta nomor seribu.” ~ Medina (hal. 41)

“Irit boleh, pelit jangan.” ~ Kemal (hal. 48)

“Belajarlah menikmati hidup. Aku nggak melarang kamu belanja, tapi jangan foya-foya.” ~ Kemal (hal. 48)

‘Mak, katanya kekayaan bisa membawa kebahagiaan, tapi kenapa aku malah merasa nelangsa?’ ~ Medina (hal. 90)

Quotesnya Banyak Ya? XD

“Memang menyenangkan melihat kesalahan orang lain, hingga kita lupa untuk memperbaiki diri.” ~ Yatno (hal. 126)

“Atau kamu menikmati hidup tanpa berani mencoba hal baru karena takut disalahkan saat gagal, sementara tak pernah dihargai ketika berhasil?” ~ Yatno (hal. 146)

“Aku nggak tahu pikiran orang lain. Tapi kalau aku, asal perut kenyang, yang di bawah perut senang, persetan dengan rumput.” ~ Kemal (hal. 151)

“Tak ada cara yang lebih baik untuk menyakiti hati seorang ibu selain melalui anaknya.” ~ Kemal (hal. 173)

“Setiap masalah menyimpan hikmah di baliknya. Tergantung kita mau lihat dari sudut pandang mana, positif atau negatif.” ~ Medina (hal. 177)

“Karena anak sebagai korban, cuma bisa menuntut orang tua. Tanpa mau tahu, mungkin orang tua juga merasakan sakit yang sama besarnya.” ~ Alia (hal. 182)

Namun, dia yakin tetap saja setiap kebersamaan menyimpan kesan- terlepas pada baik atau buruknya ~ Medina (hal. 306)

Bukankah kenangan lebih sering datang ketika kebersamaan sudah tak terbangun lagi? ~ Medina (hal. 315)

“Kadang saat pikiran kalut, kita seringkali terjebak dengan keputusan yang hanya tampak benar dalam pikiran kita. Padahal belum tentu itu solusi yang tepat.” ~ Yatno (hal. 323)

“Apa pernikahan ini permainan buatmu? Permainan yang bisa dimulai dan diakhiri semaumu. Apa masalah kita serumit itu sampai-sampai hanya perpisahan yang bisa dijadikan solusi?” ~ Kemal (hal. 358)

“Kalau nggak tahu caranya mengupas, duri durian bakal melukai. Tapi dalamnya bikin ketagihan. Begitulah kamu.” ~ Medina (hal. 364)

 

Rating versiku : 4/5

 
Share :

Leave a comment