[Review Novel] Light In a Maze – Citra Novy

Judul Novel : Light In a Maze;

Pengarang : Citra Novy;

Tahun Terbit/ Cetakan: 2018 / 1;

Penerbit : PT Grasindo;

Genre/Rate : Romance, Fiction, Young Adult / 18+;

Negara Asal : Indonesia;

Tebal Buku: 245 hal.


Halo, aku mau mengulas e-book yang kubaca dari iPusnas, novel Light In a Maze karya penulis Wattpad, Citra Novy. Sang penulis sebelumnya telah menerbitkan banyak buku, diantaranya Satu Kelas dan Satu Atap. Aku lagi menunggu novelnya, Aksara Sevanya yang baru mau terbit, ceritanya itu pernah kubaca di Sweek tapi tidak sampai selesai keburu dihapus hehehe.

Novel Light In a Maze bermula dari kisah seorang Sanya Pratham, cewek berumur 25 tahun yang hobinya menghambur-hamburkan uang. Dia kemudian terpuruk dengan kematian ayahnya, apalagi setengah kepemilikan perusahaan akan diberikan padanya jika mau menikahi Alden Abhigyan, lelaki yang dituduh sebagai pembunuh sang ayah. Alden divonis bebas karena tidak ada bukti kuat, sehingga Sanya merasa benci jika harus menikahi si “pembunuh”.

Malam pernikahan, Sanya ingin kabur dengan pacar pura-puranya, Gava namun Alden menemukannya. Esok paginya, Sanya terbangun dengan lelaki misterius di sampingnya. Dia menangis dan kabur dengan mobilnya sambil memikirkan lagi kenangan 10 tahun lalu, kejadian yang membuatnya membenci sang ayah terlebih ibunya sendiri. Kecelakaan menimpanya karena dia terlalu fokus bersedih.

Sanya Bangun dari Koma dan Amnesia

Tiga minggu koma di RS, akhirnya Sanya terbangun dengan kondisi Retrograde Amnesia. Dia mengingat namanya sendiri, tapi keadaan masa lalunya sulit untuk diingat: termasuk Alden. Jadi bukan seperti hilang ingatannya Dao Ming Shi ‘Meteor Garden’ ya. Alden yang berstatus suaminya, membuat dia sangsi dan ragu. Perasaan cinta atau dada berdebar tidak dirasakan Sanya sama sekali, ditambah sikap dingin Alden yang memperlakukannya bukan seperti istri saja.

Sanya akhirnya bertekad untuk mencintai Alden. Karena bosan di rumah, dia kemudian mengajukan diri bekerja di perusahaannya sendiri dengan basic-nya sebagai arsitek lanskap, selain itu dia bisa lebih dekat dengan Alden yang biasanya ke kantor terlalu pagi dan pulangnya kemalaman. Si Alden ini juga kalau tidur malam sukanya di ruang kerja.

Perlahan cara mendekati Sanya yang manis banget membuat Alden mulai luluh. Sikap Sanya yang dulunya arogan, kini berubah 180 derajat. Lebih sopan, cara berpakaiannya juga, mau belajar masak dan tidak malas-malasan. Bahkan mau kerja! Namun, Alden sempat ragu karena selain dia pernah membuat “kesalahan” di malam pertama, pun soal Sanya yang membencinya dulu sebagai “pembunuh”. Namun Eve, kakak Alden menyuruhnya untuk egois agar bisa bahagia.

Alden dan Sanya kemudian menjalani hidup layaknya suami-istri beneran. Walau Alden tak pernah mengungkapkan rasa cinta, namun Sanya merasakan sikap Alden yang hangat padanya. Bahkan Sanya bisa mengenal ibu Alden, juga lebih dekat dengan adik kandungnya sendiri, Modya. Alden juga tipe yang setia, walau teman kerjanya yang juga teman kuliahnya menyukai dia, tapi dia tidak terpengaruh. Yah, dia juga memang tidak peka sih.

Ingatan Sanya Mulai Kembali

Kalau kena amnesia, pasti suatu saat ingatan bisa kembali dan inilah yang kemudian terjadi pada Sanya. Walau perlahan ingatan-ingatan mulai kembali, Sanya berusaha untuk bertahan mencintai Alden dan berada di sisinya. Namun setelah menemui Gava dan om Edor (pesaing perusahaan sang ayah), juga kenyataan sang ibu telah muncul, Sanya tidak bisa berpura-pura lagi tidak ingat.

Sanya akhirnya meminta pisah dengan Alden, karena walau dia masih cinta, namun rasa bencinya juga tetap ada, cap “pembunuh” masih ada pada Alden. Walau Alden sekalipun menyatakan cinta, dia tidak bisa menahan Sanya karena komitmen yang mereka buat sebelumnya. Sedih 🙁

Kira-kira Alden dan Sanya bisa balikan lagi nggak ya? Lalu apa hubungan Eve dan Bana, sahabatnya Alden yang lagi dekat bisa direstui? Bagaimana hubungan Sanya dan Modya, juga dengan ibu mereka setelah ingatan Sanya kembali, apa akan tetap atau lebih buruk lagi?

Kover novelnya cantik. Sepintas kalau baca ‘Maze’, jadi teringat Maze Runner hahaha. Tapi beda jauh ya ceritanya hahaha. Cara penulisan Citra ngalir banget dan aku tidak butuh lama, sekitar dua hari sudah selesai membaca ini saking gemasnya sama Sanya-Alden. Apalagi novel ini mengangkat sudut pandang orang ketiga serba tahu, jadi bisa mengetahui apa yang dipikirkan si dingin Alden hehe.

Ada Poin yang Terasa Kurang dalam Cerita

Walau ceritanya sudah mainstream, pernikahan yang tidak diinginkan plus ada amnesia-nya juga, tapi eksekusi novel ini cukup baik. Tidak dramalah. Hanya saja ada beberapa poin dari cerita yang agak aneh.

  • Yakin si Sanya hanya luka-luka lecet ringan, mengingat kepalanya bisa terbentur hebat sampai amnesia? Setidaknya dalam kejadian kecelakaan, bisa saja ada bagian tubuhnya yang patah. Apalagi dia cewek dan dari deskripsi, tubuhnya mungil.
  • Peristiwa 10 tahun lalunya Sanya ketika masih SMA, sang ayah dapat dengan mudah mengangkat Sanya dengan penceritaan dia seperti masih anak-anak. Walau tubuhnya kecil pasti ayahnya tetap akan kesulitan mengangkatnya dong.
  • Hubungan malam pertama pernikahan Alden-Sanya dengan inti cerita. Seperti tidak ada pengaruhnya, Sanya juga tidak hamil kan karena itu. Soalnya walau tahu, Sanya juga tidak bereaksi apa-apa, hanya sekedar tahu saja yang melakukannya dengan dia bukan Gava. Adegan ini walau dihilangkan tidak apa-apa.
  • Ayahnya Sanya-Modya tergolong egois. Dia tahu istrinya haus belaian karena dia impoten, terus sampai dua kali dipergoki sama anak-anaknya, si ayah ini biasa-biasa saja. Kenapa sang ayah tidak menyuruh istrinya itu pesan hotel saja untuk menjaga perasaan anak-anak? Ibu mereka juga seperti tidak tahu tempat saja. Orangtua mereka ini penuh dengan ego, anak-anaklah yang akhirnya jadi korban. Kalau dalam kehidupan nyata, memang ada ya ayah-ibu seaneh ini?

Ada istilah menarik yang baru kutahu disini seperti retrograde amnesia (hal. 42). Juga adanya suasana pembangunan proyek mall dari mulai draft sampai tahap penyelesaian diceritakan dalam buku ini. Bumbu perkantorannya menurutku salah satu hal bagus dari novel ini, jadi tidak melulu percintaan terus.

Typo Lumayan Banyak, Tapi Tidak Terlalu Mengganggu

Ada beberapa kesalahan typo di novel ini. Di hal. 16, ada kata ‘jerusi’ yang seharusnya jeruji. Hal. 49, kata ‘menggedikkan’, seharusnya mengedikkan bahu. ‘Sofa dubuk’ yang seharusnya sofa duduk pada hal. 67.

Pada hal. 76, kata ‘tangannnya’ seharusnya huruf ‘n’ hanya dua. Kata ‘menunjuk’ punya dua kesalahan penulisan di hal. 89 (menujuk) dan 96 (menunju). Pada hal. 142, ada kata ‘mengasurkan’ yang seharusnya mengangsurkan. Hal. 159, ada kata ‘meraksuki’ yang seharusnya ‘merasuki’. Bahkan di hal. 163, ada kata ‘isri’ yang seharusnya istri.

Pada hal. 18, pada kalimat ‘jasa wedding organizer’, yang digarisbawahi itu seharusnya dibuat miring. Hal. 52, kata ‘Balas Eve’ seharusnya ‘b’-nya huruf kecil. Hal serupa juga terjadi di hal. 211, pada kata ‘Setelahnya’, yag seharusnya huruf kecil bukan kapital. Hal. 77, tas ‘kelly bag’ tidak dibuat miring. Di hal. 148, kalimat ‘Modya menekan bel di depannya.’ seharusnya tidak pakai titik dibelakangnya. Juga pada hal. 239, kata ‘keberadaanya’ seharusnya ‘n’-nya ada dua.

Pada hal. 21, kata ‘clutch‘ lebih baik ditambahkan menjadi ‘clutch bag‘ agar terkesan sebagai tas tangan. Juga di hal. 229, ada kalimat yang seharusnya diucapkan Bana, bukannya ‘pinta Alden’. Ada juga kosakata yang tidak ada dalam KBBI, seperti melamik (hal.7), mendecih (hal.19 dst) dan dumal (hal. 157). Lumayan banyak sih typo-nya. Tapi tidak terlalu mengganggu sih.

Tetap Rekomen!

Bagi kamu yang suka cerita ringan, terdapat selipan misteri sedikit dan suka dengan cerita cinta manis dalam pernikahan tak ada cinta, kamu pasti akan menyukai novel ini 🙂

Beberapa quotes diantaranya:

“Aku tidak pernah memikirkan alasan untuk tetap bertahan bersamamu. Hanya saja, aku merasa ada cinta yang sedang dalam perjalanan, yang harus kutunggu kedatangannya. Jika kamu bertanya apakah ia sudah datang atau belum, maka jawabannya, aku tidak tahu. Yang aku tahu, aku senang menunggunya datang” (Prolog – Alden)

“Mungkin, terkadang kita harus egois agar bisa bahagia” ~ Sanya (hal. 131)

novel light in a maze

Rating versiku : 4/5

 
Share :

2 thoughts on “[Review Novel] Light In a Maze – Citra Novy

Leave a comment