[Review Film] The Lion King (2019)

Judul Film : The Lion King (2019);

Tgl Rilis : 17 Juli 2019 (di Indonesia);

PH : Walt Disney Studios Motion Pictures;

Genre/Rate : Drama, Petualangan, Musikal / Semua Umur;

Negara Asal : USA;

Waktu : 118 Menit;

Pemain : Donald Glover sebagai Simba, JD McCrary sebagai Simba muda, Seth Rogen sebagai Pumbaa, Chiwetel Ejiofor sebagai Scar, Alfre Woodard sebagai Sarabi, Billy Eichner sebagai Timon, John Kani sebagai Rafiki, John Oliver sebagai Zazu, Beyoncé Knowles-Carter sebagai Nala, Shahadi Wright Joseph sebagai Nala muda, James Earl Jones sebagai Mufasa


Halo semua. Film live action remake dari tahun 1994 The Lion King (2019) dengan sutradara Jon Favreau ini memiliki grafis yang wah. Mengusung konsep animasi komputer photorealistic sehingga terasa seperti menonton hal yang nyata. Jadi mirip saluran National Geographic melihat dimana kawanan hewan bersama-sama juga berburu. Lagu ‘Can You Feel The Love Tonight’ yang mulai disebar di Youtube menambah antusiasku untuk segera nonton film ini di hari pertamanya.

film The Lion King (2019)
Simba, anak Mufasa

Plot cerita mengusung hal yang sama dengan versi aslinya. Berkisah tentang Simba, anak raja Singa, Mufasa, yang memimpin daerah Pride Lands di Afrika. Di masa kecilnya dia begitu dekat dengan sang ayah. Walau dia sempat berlaku nakal, namun sang ayah menuntunnya dan memberi pelajaran baik untuknya. Sikapnya yang agak sombong membuat amarah di hati Scar, pamannya lebih membara. Scar adalah adik Mufasa yang diasingkan karena sikapnya di masa lalu. Dia menyukai sang ratu, Sarabi.

Simba Seolah-Olah Terlihat Mencelakakan Sang Ayah

Scar yang dendam akhirnya memanfaatkan kawanan hyena untuk memberontak. Dengan skenario memanggil Simba, dia berhasil membunuh Mufasa tanpa terlihat dan membuat Simba merasa bersalah seolah telah membuat ayahnya mati. Scar memberi saran agar Simba berlari sejauh-jauhnya karena Sarabi dan kawanan singa pasti akan membencinya karena itu. Setelah Simba pergi, dia menyuruh hyena membunuhnya, namun untung saja tidak berhasil. Scar yang mengira Simba telah mati, mengambil posisi sebagai raja dan membuat Pride Lands begitu tandus juga suram. Bersama hyena mereka yang karnivora menyerbu apa saja sehingga alam menjadi tidak seimbang seperti dulu.

Simba yang hampir mati akan dimakan kawanan burung bangkai, untung saja ada seekor babi hutan bernama Pumbaa dan meerkat (sejenis luwak) bernama Timon yang menolongnya. Simba tidak memberitahu mereka jati dirinya yang sebenarnya. Namun mereka merawatnya hingga dewasa dengan kasih sayang. Mengajarkannya makanan ‘lokal’, jadi hanya serangga bukan daging hewan hahaha. Juga hal yang sangat penting yaitu moto film ini yang terkenal sejak dulu, hakuna matata, yang berarti jangan khawatir.

Simba Dewasa Merasa Damai Tinggal dengan Pumbaa-Timon

Ketika dewasa, Nala, sahabat Simba yang tidak tahan akan kepemimpinan Scar pergi mencari bantuan secara diam-diam dengan pertolongan burung istana, Zazu. Nala yang hampir saja memburu Pumbaa, dicegah oleh Simba. Nala sadar bahwa Simba masih hidup. Mereka kemudian saling menyanyikan lagu Can You Feel The Love Tonight, membuat bulu kudukku merinding hehehe.

Nala kecewa akan sikap Simba yang terlalu menyepelekan masalah di Pride Lands dan berencana pergi. Simba disadarkan oleh monyet dukun yang dulu pernah memeluknya ketika kecil, akan jati dirinya sebagai anak Mufasa dan bertanggungjawab sebagai penerus takhta. Akhirnya Simba kembali dan bersama Nala serta Pumbaa dan Timon menemui kawanan singa. Sarabi hampir saja dicelakai oleh Scar, untung mereka datang tepat waktu.

Simba yang disadarkan akan masa lalunya oleh Scar hampir saja menyerah. Namun ketika akan jatuh ke tebing dalam posisi yang sama dengan ayahnya dulu, Scar mengakui kejahatannya. Simba yang emosi akhirnya mendorong Scar dan mengatakan pada semuanya bahwa Scarlah pembunuh Mufasa.  Mereka semua segera saling menyerang, bahkan Pumbaa dan Timon hahaha. Pumbaa mah jadi kuat karena merasa ditindas hehehe.

Scar jatuh dari tebing namun nahas walau dia selamat, kawanan hyena yang merasa difitnah akhirnya balik menyerangnya. Simba akhirnya berhasil mengambil alih Pride Lands dan memiliki anak dengan Nala. END.

film The Lion King (2019)

Grafis Konsep Komputer yang Wah, Cerita Setia Mengikuti Versi Animasi

Dari segi grafis, film ini memiliki efek CGI yang wah dengan konsep terasa nyata, mirip dengan tontonan perilaku hewan di televisi. Seakan kita ada disana dan menyaksikan kawanan hewan yang bisa bersuara dan lincah. Namun justru disini juga menjadi titik lemahnya. Ekspresi wajah dan emosi tidak terpancar laiknya animasi dulu. Sehingga kita banyak menyaksikan wajah yang datar saja, mengurangi sisi magis dari The Lion King sendiri. Aku merasa feel-nya jadi kurang dan tidak menggetarkan hati seperti filmnya yang lama. Adegan Simba yang menangisi Mufasa juga terkesan cepat dan background music-nya juga sedikit. Aku tidak sampai keluar airmata hanya berkaca-kaca saja, tidak seperti yang dulu nangis-nangis bombay 😀

Dari segi musik, cukup wah dan membuat hati bergetar. Apalagi Can You Feel tentu saja, Beyonce suaranya memang cetar. Hakuna Matata juga aku suka dan beberapa lagu lainnya. Sisi humoris hanya banyak terjadi di antara Pumbaa dan Timon saja, namun mampu mengocok perut bahkan disaat mereka bernyanyi sekalipun.

Plot cerita cukup bagus mengikuti versi aslinya. Bahkan mereka menambahkan cerita tentang Scar, sehingga aku jadi kasihan juga padanya, tidak seperti versi animasinya dulu.

The Lion King cocok untuk ditonton buat kamu pecinta Disney dan versi animasinya dulu. Mengobati penasaran sekaligus bernostalgia, namun jangan banyak berharap akan semagis dulu dan cerita yang akan diubah atau ditambah banyak. Seperti makna film ini, jangan khawatir dan pergi saja di bioskop untuk nonton. Ajak anak-anak sekalian hehehe. Oiya, aku rekomen ulasanku tentang Frozen 2 disini. Salam.

 

Rating versiku : 4/5

Trailer bisa dilihat disini:

Music Video bisa dilihat disini:

 
Share :

Leave a comment