[Review Film] Countdown (2019)

Judul Film : Countdown (2019);

Tgl Rilis : 1 November 2019 (di Indonesia);

PH : STX Entertainment;

Genre/Rate : Horror, Supernatural, Tech, Comedy / 17+;

Negara Asal : USA;

Waktu : 90 Menit;

Pemain : Elizabeth Lail sebagai Quinn Harris, Jordan Calloway sebagai Matt Monroe, Talitha Bateman sebagai Jordan Harris, Tichina Arnold sebagai Perawat Amy, P.J. Byrne sebagai Pastor John, Peter Facinelli sebagai Dr. Sullivan, Anne Winters sebagai Courtney, Dillon Lane sebagai Evan, Tom Segura sebagai Derek, Charlie McDermott sebagai Perawat Scott, Christina Pazsitzky sebagai Krissy, Jeannie Elise Mai sebagai Allie, Marisela Zumbado sebagai Kate


Hai guys! Film yang cocok diputar di hari Halloween ini, Countdown (2019) disutradarai oleh Justin Dec yang juga merupakan karya layar lebar pertamanya. Hebat juga sih, ini film debutan yang menurutku cukup menarik karena idenya yang segar. Horor bercampur teknologi, terdengar menjanjikan bukan? Horor Barat yang belum lama kutonton yaitu Ready or Not juga punya ide segar, namun ternyata film ini tidak seberuntung itu.

Ceritanya dimulai dengan sekelompok remaja di sebuah pesta yang mengunduh aplikasi yang memprediksi waktu kematian. Sistemnya hitung mundur dan menampilkan berapa hari, jam, menit dan detik yang tersisa. Semula mereka menganggap hal itu hanya lelucon. Namun tidak bagi Evan yang mengalami kecelakaan mobil. Pacar Evan yang mendapat waktu kematian lebih dulu sempat terhindar karena tidak naik mobilnya, saat itulah peringatan ‘perjanjian yang diingkari’ muncul. Si gadis diserang oleh sesosok iblis di rumahnya, memberikan rasa takut bagi Evan bahwa dia juga akan segera menemui ajalnya di meja operasi.

Quinn Akhirnya Penasaran dengan Aplikasi Countdown

Quinn, salah seorang perawat di RS mengetahui cerita tentang aplikasi kematian itu dari Evan. Ternyata teman kerja Quinn juga mengunduh aplikasi itu sehingga membuatnya penasaran. Setelah diunduh, tak lama Evan meninggal diindikasikan sebagai bunuh diri jatuh dari tangga darurat — ia melarikan diri dari jam operasinya. Quinn kemudian menyadari cerita Evan sepertinya menjadi kenyataan. Dia nekad mengambil handphone milik Evan yang jadi barang bukti untuk polisi, berniat mengecek aplikasi itu. Quinn sampai masuk kamar mayat untuk membuka kunci dari handphone-nya Evan, yang ngerinya sidik jari tidak bisa, harus melalui mata. Adegan yang bikin deg-deg ser lah!

Di sisi lain ditunjukkan drama keluarga Quinn. Dia punya adik perempuan dan ayah yang tinggal terpisah dengannya. Ibu mereka sudah tiada yang ternyata menjadi masa lalu kelam dari Quinn, membuatnya selalu menyalahkan diri sendiri. Sementara Quinn yang gundah dan curiga dengan aplikasi Countdown, membuat dirinya “menjauh” dari keluarga. Membuat bumerang dan seperti yang diduga, adiknya juga ikut mengunduh aplikasi itu.

Quinn yang baru saja diangkat jadi karyawan RS, juga mengalami insiden tak mengenakkan dengan atasannya yang telah menikah – dokter Sullivan. Diangkat dengan cepat, namun dihempaskan juga seketika oleh dokter yang ternyata rada genit. Quinn yang gelisah dengan aplikasi jahat juga harus menahan getir menerima nasibnya yang dipecat.

Mencoba mencari cara dengan mengganti HP (walau ngerinya aplikasi masih ada dan muncul sendiri), bahkan meminta meretas HP dengan ide dari seorang pastor, namun tetap saja aplikasi itu tetap menghantui Quinn. Bukan hanya dia, ada seorang lelaki bernama Matt juga yang mengalami nasib sama dan akhirnya mereka jadi teman.

Quinn & Matt - film countdown 2019
Quinn & Matt – film countdown 2019

Berlomba-lomba Mencari Akal Untuk Menghindari Maut

Pastor kemudian menemukan cara baru namun rupanya gagal lagi dan Quinn semakin terancam, apalagi adiknya – Jordan mempunyai waktu yang lebih singkat darinya. Cara apa lagi yang harus dilakukan Quinn disaat semuanya tampak kabur?

Film Countdown (2019) ini mempunyai plot yang rapi dengan ide segar namun punya eksekusi yang tidak terlalu baik. Film terasa seperti Final Destination, jadi takdir berusaha mati-matian untuk dihindari dan memunculkan notifikasi perjanjian dilanggar. Makin ke ending makin buruk dan mudah ditebak. Film ini terkesan mengutamakan jumpscare gila-gilaan dan musik yang begitu keras dan ribut.

Akting para pemain standar. Karakter Quinn terlihat mengalami perubahan kearah lebih berani dan tangguh, namun terkesan aura baiknya sebagai perawat langsung lenyap. Jadi ancaman maut membuatnya berubah, agak tidak sreg sih menurutku. Matt juga jadi seakan tempelan. Make-up iblis juga tidak terlalu bagus dan animasi makhluk aplikasi tampak kasar. Oiya, pantas saja wajah dokter Sullivan sepertinya familiar mirip aktor pemeran kepala keluarga Cullen di Twilight, ternyata memang dia orangnya! Kelihatan seperti vampir beneran, tidak kelihatan tuanya 😀

Dr. Sullivan
Dr. Sullivan

Ide Segar, Eksekusi Lumayan dan Open Ending?

Aplikasi ini juga terasa tidak jelas darimana dan bagaimana bisa masuk store HP. Soal mantra dalam koding aplikasi, itu terasa apik sih. Bagian ending mengindikasikan akan ada sekuelnya dan di credit after scene, aku merasa tidak perlu adegan itu muncul. No No sekali.

Makna film Countdown (2019) ini yang kusuka yaitu agar bisa berdamai dengan diri dan masa lalu. Karena tiap orang pernah melakukan kesalahan, maka seharusnya merubah diri lebih baik dan jangan melihat ke belakang. Juga jangan asalan ngikut hal yang lagi viral dan tampak mencurigakan, misalnya dengan tujuan ingin mengangkat gengsi dan menabur lelucon. Malah hasilnya bisa jadi bumerang seperti aplikasi ini. Ngomong-ngomong, aplikasi ini beneran ada loh di Google Play Store 😀

Bagi kamu yang ingin nonton film dengan efek kejut dan musik seram yang hampir selalu muncul, ingin hiburan memicu adrenaline atau suka iseng kudu nonton film ini. Sayang sudah keluar dari bioskop, jadi kamu bisa menunggunya di situs download 😉

Rating versiku : 3/5

Trailer bisa dilihat disini:

 
Share :

Leave a comment